Reuni Eriksson di Sampdoria dan Dukungan untuk Melawan Kanker Pankreas

Kredit foto: Akun IG @sampdoria
Sven Goran Eriksson Bersama Roberto Mancini dan presiden Sampdoria, Matteo Manfredini.

Pelatih legendaris Sven Goran Eriksson bereuni dengan para pemainnya di Sampdoria. Ia juga disambut dengan hangat oleh tifosi Doria di Luigi Ferraris sesaat sebelum pertandingan melawan Reggiana, 5 Mei 2024 lalu.

Eriksson bertemu dengan mantan pemainnya di Sampdoria seperti Roberto Mancini, Attilio Lombardo, Clarence Seedorf, Fausto Salsano, hingga Marco Lanna. Pelatih asal Swedia itu memang punya kenangan indah bersama klub asal kota Genoa itu.

Ia melatih klub berjuluk Il Blucerchiati itu selama lima tahun. Torehan gelarnya memang tidak sebanyak di Lazio, namun tangan dinginnya mampu membuat pemain biasa menjadi luar biasa di Sampdoria.

“Saya berada di sini selama lima tahun yang luar biasa dan sangat senang dengan para penggemar, kota, dan klub. Kami memainkan beberapa pertandingan yang sangat menyenangkan bersama-sama,” kata Eriksson seperti dikutip dari SkySports Italia.

Eks pemain Sampdoria lainnya yang mengikuti reuni Eriksson adalah Giovanni Invernizzi, Alberico Evani, Fausto Salsano, Enrico Chiesa, Pierre Laigle, Salvatore Lanna, Claudio Bellucci, Pippo Maniero, dan Riccardo Maspero.

Kredit foto: Akun IG @sampdoria
Sven Goran Eriksson sedang menyalami Pierre Laigle, mantan pemainnya di Sampdoria.

Selain itu, Eriksson turut menyaksikan pertandingan Sampdoria melawan Reggiana. Dalam pertandingan Serie B itu, I Samp menang 1-0 melalui gol semata wayang Sebastiano Esposito.

Kedatangan Eriksson juga disambut dengan riang gembira oleh para tifosi Sampdoria. Para supporter membentangkan spanduk dukungan kepada Eriksson yang mengidap kanker. Dalam sebuah spanduk tertulis ‘Kami juga akan mendukung Anda dalam pertempuran ini… Selamat datang kembali di Genoa, Tuan Eriksson.’

Sebelumnya, Eriksson juga pernah menjadi manajer sehari Liverpool dalam pertandingan LFC Legends menghadapi Ajax Legends pada Maret lalu. Eriksson bangga karena mimpi untuk melatih klub favoritnya akhirnya bisa terwujud meski hanya sehari.

Tangan ajaib di Sampdoria

Selama lima tahun di Sampdoria, Eriksson menyumbang satu gelar Coppa Italia 1993/1994. Gelar tersebut direngkuh usai Sampdoria mengalahkan Ancona dengan agregat 6-1. Gelar tersebut hingga saat ini masih menjadi gelar terakhir Sampdoria.

Selama dalam bimbingan Eriksson, Sampdoria banyak melahirkan pemain bintang seperti Enrico Chiesa, Clarence Seedorf, Juan Sebastian Veron, hingga Vincenzo Montella. Mereka awalnya merupakan pemain ‘biasa’, tetapi berkat polesan Eriksson para pemain tersebut menjadi bintang-bintang Eropa.

Sayangnya, Eriksson hanya mampu memoles pemain tersebut tetapi tidak mampu membawa Sampdoria meraih scudetto atau juara Serie A. Konflik dengan Enrico Mantovani, Presiden Sampdoria kala itu, membuat Eriksson gerah dan memilih hengkang.

Akhirnya, sang pelatih pun hijrah ke Lazio dan mampu meraih banyak gelar juara, mulai dari scudetto hingga juara Super Cup mengalahkan Manchester United.

Melawan kanker pankreas

Eriksson saat ini sedang berjuang melawan kanker pankreas stadium akhir. Dokter bahkan sudah menyebut sel kankernya sudah menjalar ke organ-organ lainnya dan hidupnya sudah divonis tersisa satu tahun.

Pria berusia 76 tahun ini mengetahui diagnosis kankernya satu tahun lalu. Hal itulah yang membuatnya mengundurkan diri sebagai direktur olahraga klub Swedia, Karlstad. Kesehatan yang memburuk membuat dirinya sudah sulit bekerja di bidang manajerial.

“Saya saat ini berupaya menjalani kehidupan normal. Saya tidak di rumah sakit, saya kadang-kadang pergi kontrol, tetapi saya tinggal di rumah dan saya punya teman di sini,” kata Eriksson kepada Sporting Witness dari BBC World Service.

“Saya akan keluar untuk mencoba dan berolahraga sebanyak mungkin, yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan satu tahun yang lalu, namun saya memiliki kehidupan yang normal.” kata Eriksson kepada Sporting Witness dari BBC World Service.

Kredit foto: Akun IG @sampdoria
Sven Goran Eriksson sedang bertemu dengan Fabrizio Ferron, salah satu mantan pemainnya di Sampdoria.

Kanker pankreas membuat Eriksson menghargai setiap detik dan hari-hari yang ia lalui. Gejala awal yang dirasakannya adalah tubuhnya kerap mendadak lemas hingga terjatuh.

Hal tersebut terjadi selama kurang lebih dari lima kali. Ketika dibawa ke rumah sakit, dokter yang merawatnya mengatakan bahwa Eriksson mengidap stroke ringan.

Dokter yang merawat sempat memberikan harapan bahwa Eriksson akan sembuh 100 persen. Namun, seiring dengan berjalannya pemeriksaan, pil pahit harus ditelan oleh Eriksson.

Saat ini, Eriksson pun harus diberi banyak obat-obatan oleh dokter, agar terus bisa beraktivitas. Mereka bilang akan memberikan saya pengobatan dan obat-obatan agar saya bisa hidup selama mungkin,” kata Eriksson.

Karena itulah Erikson ingin menjalani hari-harinya dengan kebahagiaan. Hal itulah yang ia dapat dengan mengunjungi klub-klub yang pernah ia tangani.

Tetap semangat, Sven Goran Eriksson!


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.