7 Tips Liburan Bebas dari Stres Musiman  

 

 

Credit foto : Unsplash
Ilustrasi bersantai di dekat pohon natal.

Akhir tahun. Musim libur panjang telah tiba. Jalan-jalan bersama keluarga, berkumpul dengan teman dan saudara, mudik ke rumah orang tua, dan masih banyak contoh aktivitas yang bisa dilakukan ketika berlibur.

Terkesan indah, menyenangkan, dan dapat jadi kenangan. Namun, kenyataan bisa jauh melenceng dari harapan. Liburan malah berpotensi memicu stres, depresi, dan kesepian musiman bagi Anda.

“Ada ekspektasi masyarakat bahwa liburan seharusnya meriah, meriah, dan menggembirakan, tetapi kenyataannya ini adalah saat yang sangat menegangkan ketika orang-orang berjuang melawan depresi dan kecemasan yang meningkat yang disebabkan oleh berbagai situasi sulit,” kata Kathy Dan Moore, seorang terapis di St. Petersburg, Florida, Amerika Serikat, dikutip dari livestrong.com.

Pemicunya ada beberapa hal, seperti mengingat orang terkasih yang telah meninggal, hubungan keluarga yang retak, atau kurangnya komunitas. Selain itu, liburan juga memberi tekanan finansial terhadap banyak keluarga.

Psikolog Cleveland Clinic, Dawn Potter, PsyD, mengatakan, jadwal yang padat bisa sangat menyita waktu. Antara kegiatan rutin dan tekanan untuk menghadiri acara liburan, yang sering kali mencakup perjalanan, banyak orang yang merasa terkuras. Saat liburan sudah tiba, Anda mungkin merasa lelah dan tidak bisa menikmati perayaan yang sudah Anda nanti-nantikan.

Agar liburan jadi lebih menyenangkan, berikut adalah beberapa cara yang disarankan terapis untuk mengatasi stres musiman dan mempraktikkan perawatan diri selama liburan.

Credit foto : Unsplash
Ilustrasi merencanakan liburan dengan cermat.

1. Buat Rencana dengan Matang

Waktu bergulir dengan cepat dan sepertinya tidak pernah cukup. Perencanaan dalam liburan menjadi penting.

Abbey Sangmeister, LPC, terapis di Ocean City, New Jersey, Amerika Serikat, mengatakan banyak orang tidak merencanakan liburan dengan baik, sehingga berakhir dengan pola yang sama seperti yang sudah-sudah.

“Saya mendorong klien saya untuk mulai merencanakan liburan pada bulan September dan Oktober, dan saya melakukan hal yang sama,” tutur Sangmeister.

Urutannya berupa konfirmasi rencana perjalanan Anda, tetapkan anggaran liburan, dan jadwalkan acara terpenting lebih dulu.

2. Tetapkan Batasan Sekitar Waktu Anda

Keluarga mungkin mengharapkan Anda untuk bepergian, membuat komitmen waktu, dan berkontribusi secara finansial. Jika ekspektasi tersebut tidak sejalan dengan ekspektasi Anda, tidak masalah untuk bilang tidak, menurut Asosiasi Psikiater Amerika (APA).

“Tetapkan batasan yang tegas sebelum memasuki musim liburan dengan menetapkan kejelasan tentang seberapa Anda terlibat dan tersedia,” tegas Jeff Sounalath, LPC, seorang konselor profesional berlisensi di Austin, Texas.

Tujuannya agar keluarga dan teman dapat menaruh ekspektasi sesuai dengan batasan yang Anda tetapkan.  Contohnya seperti menegaskan batas uang untuk pertukaran hadiah, menolak undangan yang memerlukan perjalanan, dan memprioritaskan acara yang paling bermakna.

Credit foto : Unsplash
Ilustrasi merencanakan liburan dengan cermat.

3. Temukan Keterampilan Mengatasi yang Cocok

Relasi dan komunikasi dalam keluarga bisa jadi hal yang sulit. Berkunjung ke rumah orang tua juga sering kali membuat Anda merasa diinterogasi.  Anda harus punya cara yang tepat untuk menghindari pertanyaan bersifat pribadi seperti kehidupan asmara, pilihan politik, status pekerjaan, dan pola asuh anak.

Sistem Kesehatan Mayo Clinic merekomendasikan untuk fokus pada kesamaan Anda dengan anggota keluarga. Adapun Sangmeister menyarankan  untuk melakukan pergerakan di alam terbuka dan secara teratur mencatat pemikiran dalam jurnal. Bagi yang lain, upaya mengatasinya mungkin termasuk meditasi, pernapasan dalam, dan beristirahat.

4. Cari Kilat Cahaya

Kilat cahaya adalah kebalikan dari pemicu stress. Itu adalah momen kecil yang memberi Anda rasa nyaman, damai, atau gembira. Kilat cahaya dapat ditemukan saat Anda memperlambat kecepatan dan hidup pada saat ini.

Ini dapat dilakukan secara sederhana seperti minum segelas kopi atau coklat hangat, melihat foto-foto lama Anda, atau melakukan sesuatu yang Anda sukai.

Credit foto : Unsplash
Ilustrasi bergabung bersama komunitas saat liburan.

5. Bergabung dengan Komunitas

Liburan bisa membangkitkan rasa kesepian, seperti mengingat orang terdekat yang telah meninggal dunia. Untuk memerangi kesepian, Anda disarankan untuk terlibat dalam komunitas atau organisasi lokal.

Ada banyak penelitian tentang manfaat menjadi sukarelawan. Membantu orang lain dapat mengurangi stres, meningkatkan kebahagiaan dan kepercayaan diri, serta memberi Anda tujuan, menurut Aliansi Nasional Kesehatan Mental.

Anda kemungkinan besar akan bertemu orang-orang baru, melakukan gerakan ekstra, dan meningkatkan kesejahteraan mental.

6. Pertahankan Rutinitas Baik

Liburan mungkin akan dipenuhi dengan banyak makanan dan mungkin juga konsumsi alkohol yang lebih banyak. Salah satu cara untuk mengambil kembali kendali adalah dengan memprioritaskan rutinitas rutin Anda, kata Peta-Gaye Sandiford, LMHC, seorang terapis yang berbasis di New York City.

“Mempertahankan kebiasaan sehat akan mengurangi kemungkinan terjadinya tekanan,” katanya.

Sandiford merekomendasikan hal-hal mendasar, seperti cukup tidur, makan dengan baik, dan berolahraga secara teratur.

Sandiford juga menyarankan untuk mengubah cara berpikir tentang rencana liburan.

“Daripada menyesuaikan rutinitas Anda agar rencana liburan berhasil, cobalah menyesuaikan rencana liburan Anda dengan rutinitas yang ada,” imbuhnya.

Credit foto : Unsplash
Kegiatan rutin, seperti olahraga dan yoga, tetap harus dikerjakan selama liburan.

7. Bersandar kepada Sistem Pendukung

Burnout sering kali dikaitkan dengan tempat kerja, tetapi bisa juga terjadi saat liburan. Untuk mengatasi kelelahan saat liburan, Sangmeister merekomendasikan untuk memiliki sistem pendukung.

Sistem pendukung adalah jaringan orang-orang tepercaya yang dapat Anda hubungi untuk mendapatkan dukungan saat Anda membutuhkannya. Mereka dapat mendukung Anda dengan mendengarkan tanpa menghakimi, membenarkan perasaan Anda, dan memotivasi Anda untuk terus melangkah.

Selain teman dan anggota keluarga, Anda juga bisa memilih ahli kesehatan mental untuk  jadi sistem pendukung yang baik. Anda pun boleh selektif dalam memilih dengan siapa Anda berada, kata Sangmeister.

“Anda bisa putus dengan hubungan yang tidak lagi berguna atau menguras energi Anda,” tutupnya.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.