Penggawa timnas Portugal berlarian begitu Bernardo Silva sukses menjalankan tugasnya sebagai eksekutor penalti ketiga. Mereka merayakan kesuksesan lolos ke babak perempat final usai mengalahkan Slovenia di babak 16 besar Euro 2024, Selasa (2/7) dini hari WIB.
Awalnya, pertandingan yang digelar di Waldstadion atau yang kini dikenal sebagai Deutsche Bank Park, Frankfurt, berjalan begitu alot. Selecao das Quinas yang mengambil alih inisiatif serangan dibuat frustrasi oleh Slovenia yang bertahan cukup dalam.
Belum lagi ditambah ketangguhan sang kapten, Jan Oblak, yang menjadi tumpuan utama di bawah mistar gawang Slovenia. Dia berkali-kali menggagalkan peluang yang dimiliki tim asuhan Roberto Martinez sepanjang pertandingan.
Total, ada lima penyelamatan yang dilakukan kiper Atletico Madrid itu dalam 120 menit. Dengan catatan shot on target Portugal sebanyak enam kali, itu berarti Oblak menepis 90 persen dari upaya Cristiano Ronaldo cs membobol gawangnya.
Pertandingan bisa dibilang berjalan semakin menarik di babak perpanjangan waktu. Sebab, di masa tambahan waktu ini, terdapat dua momen yang bisa saja mengubah arah duel.
Pertama, ketika Portugal mendapatkan penalti pada menit ke-103 usai Vanja Drkusic melanggar Diogo Jota di kotak terlarang. Cristiano Ronaldo yang menjadi algojo gagal melaksanakan tugasnya lantaran arah sepakannya dibaca dengan baik oleh Oblak dengan bergerak ke kiri gawang dan menepis bola pada menit ke-105.
Sang kapten Portugal tak bisa menutupi kekagetannya mengetahui tendangannya ditepis. Itu menjadi kegagalan pertama Ronaldo dalam mengeksekusi penalti setelah selalu berhasil dalam 13 kali percobaan.
Kegagalan itu juga menjadi puncak dari rasa frustrasi dari pemain 39 tahun yang juga melepaskan delapan tembakan pada laga ini, namun tak ada satu pun yang berbuah gol. Ronaldo sampai menangis tersedu-sedu di jeda babak tambahan waktu sehingga harus ditenangkan oleh rekan-rekan setimnya.
Tendangan penalti yang ditepis Oblak membuat CR7 hingga kini belum mencetak satu gol pun di Euro 2024. Dalam empat pertandingan yang sudah dijalani Portugal, Ronaldo baru menyumbangkan satu umpan gol.
Satu momen penting lainnya tercipta jelang wasit meniup peluit panjang. Bek Portugal, Pepe, melakukan kesalahan saat mengontrol bola sehingga bola bisa direbut Benjamin Sesko.
Bomber Slovenia itu kemudian berlari menuju kotak penalti Portugal. Kali ini, giliran kiper Selecao das Quinas, Diogo Costa, yang beraksi. Dia secara heroik menghalau tembakan Sesko dengan kakinya dan memaksa pertandingan berlanjut ke babak adu penalti.
Di babak tos-tosan, mental juara Portugal terlihat. Ronaldo yang sebelumnya gagal mengeksekusi penalti bahkan memilih untuk menjadi penendang pertama.
Kali ini, tugasnya berhasil dijalankan dengan baik. Begitu juga dengan Bruno Fernandes dan Bernardo Silva.
Sementara, tiga penendang Slovenia, yakni Josip Ilicic, Jure Balkovec, dan Benjamin Verbic, seluruhnya digagalkan Diogo Costa. Portugal pun berhak mendapat tiket ke delapan besar dengan skor 3-0.
“Kami menjalani turnamen yang baru. Kami mengatakan kemarin bahwa turnamen ini sekarang memiliki detail yang berbeda, Anda bisa memenangkannya lewat penalti, Anda bisa menciptakan momen dari kemampuan individu, tapi seluruh tim bermain dengan baik,” tutur juru taktik Portugal, Roberto Martinez, dikutip situs resmi UEFA.
“Ketika Slovenia menjaga clean sheet setelah 90 menit, berat bagi kami untuk menjaga konsentrasi dan fokus. Kami melihat sebuah tim yang penuh dengan kebanggaan, kekuatan, dan kami telah mencoba segalanya. Kami pantas menang tapi harus melewati pertandingan seperti ini. Sekarang, kami berada di perempat final,” imbuh Martinez.
Di sisi lain, pelatih Slovenia, Matjaz Kek, mengaku sedih dengan hasil ini. Namun, dia berharap momen ini jadi titik balik kebangkitan sepak bola Slovenia.
“Ketika Anda kalah, Anda tak merayakannya. Kami merasakan pahit, tapi juga manis di tangan yang lain. Saya harap turnamen ini jadi titik awal untuk masa depan sepak bola Slovenia,” kata Matjaz Kek.
“Saya meminta maaf kepada para penggemar yang memberikan energi yang begitu besar. Sayangnya, kami tak bisa meraih kemenangan, tapi Portugal pantas mendapatkannya,” tambah dia.
Selanjutnya, Joao Felix cs akan menghadapi Prancis dalam duel yang digelar di Volksparkstadion, Hamburg, Sabtu (6/7/24) dini hari WIB. Sebelumnya, kedua tim sempat berhadapan di fase grup Euro 2020 dan partai final Euro 2016. Pada partai pamungkas Euro 2016, Portugal finis sebagai juara.
Air Mata Kesedihan Ronaldo Berubah jadi Air Mata Bahagia
Cristiano Ronaldo bisa dibilang menjadi sosok yang paling menonjol di laga ini. Dia memimpin rekan-rekan setimnya untuk menggedor pertahanan Slovenia.
Sayangnya, dia lagi-lagi tak mampu menempatkan namanya di papan skor meski berkali-kali melakukan percobaan. Ini jadi pertama kalinya bagi Ronaldo belum mencetak gol sekali pun setelah melewati empat laga di Euro dalam enam putaran final kejuaraan antarnegara Benua Eropa yang telah dia jalani.
Padahal, Euro merupakan turnamen yang lekat dengan Ronaldo. Dia telah menancapkan namanya dengan berbagai rekor. Beberapa di antaranya adalah top skor putaran final (14), top assists putaran final (7), pemain terbanyak tampil di Euro (6), pemain degan jumlah pertandingan terbanyak di Euro (28), dan kapten tertua yang tampil satu pertandingan Euro (39 tahun 147 hari vs Slovenia).
Di usianya yang sekarang, bomber Al Nassr itu juga menjadi pemain tertua yang mencetak penalti di babak tos-tosan Euro.
Maka, tak heran melihat Ronaldo begitu emosional selepas gagal menaklukkan Jan Oblak lewat titik putih sampai menitikkan air mata. Selain menunda pecah telur di Euro 2024, kegagalan itu hampir memberi dampak besar pada perjalanan Portugal di turnamen ini.
Beruntung, Portugal memiliki Diogo Costa yang tampil gemilang dalam mengawal gawangnya. Kiper FC Porto itu mengantarkan Selecao das Quinas sekali lagi menuju babak perempat final setelah menepis tiga percobaan dari tiga algojo Slovenia di adu penalti.
“Ini laga yang berat, tapi inilah sepak bola. Mereka (Slovenia) bertahan dengan baik, fisik mereka juga sangat kuat, kondisi lapangan juga sangat membantu mereka, tapi Portugal menang karena kami bermain lebih baik, memiliki peluang yang lebih banyak, dan kami pantas untuk berada di delapan besar,” ujar Ronaldo.
Kisah Heroik Diogo Costa
Sang kapten boleh jadi sorotan di laga ini. Tapi, bintang sebenarnya adalah Diogo Costa.
Bagaimana tidak, kiper 24 tahun itu tampil sangat baik dalam menjegal setiap peluang yang dimiliki Slovenia. Selama 120 menit, dia mampu melakukan dua penyelamatan.
Jumlahnya sedikit karena Slovenia juga tak memiliki banyak shot on target. Namun, seluruhnya adalah peluang penting.
Yang paling krusial tentu ketika dia menepis tembakan Benjamin Sesko dengan kakinya jelang duel berakhir. Puncaknya, Costa mementahkan tiga tembakan algojo Slovenia di babak adu penalti untuk membawa Portugal melangkah ke babak perempat final Euro 2024 dan yang ketujuh kalinya secara keseluruhan penampilan di Euro. Jumlah terbanyak dibandingkan negara-negara Eropa lainnya.
Atas catatan impresif tersebut, Costa menjadi kiper pertama yang menyelamatkan tiga penalti dan yang dilakukan beruntun di babak tos-tosan Euro. Dia juga jadi penjaga gawang pertama yang tak kebobolan di babak adu penalti Euro.
“Ketika saya melakukan penyelamatan atas peluang Sesko di babak tambahan waktu, saya yakin saya bisa melakukannya. Saya membaca gerak tubuhnya dan berhasil menolong tim. Ini mungkin jadi pertandingan terbaik dalam hidup saya,” kata Costa.
“Saya fokus melakukan apa yang harus saya lakukan. Saya mengikuti firasat saya. Tentu, kami memiliki analisa soal penendang penalti, tapi pemainnya berubah dan mereka mengubah kebiasaan mereka menembak. Saya sangat senang dan sangat bersemangat untuk membantu tim ini,” jelasnya.
Diogo Costa merupakan produk asli didikan akademi FC Porto. Dia telah bersama Porto sejak 2011 setelah sebelumnya menghabiskan dua tahun bersama akademi CB Povoa Lanhoso.
Bersama Porto, Costa mendapatkan debutnya di tim senior pada Agustus 2017. Kematangannya di usia muda juga berkat bantuan Iker Casillas yang menjadi mentornya ketika eks kapten Timnas Spanyol itu berseragam Porto.
Sejak musim 2021, Costa telah menjadi kiper utama Porto. Sejak saat itu, posisinya tak pernah bergeser di klub hingga dipanggil timnas senior pada tahun yang sama. Di level junior, kiper kelahiran Swiss, 19 September 1999 itu sudah membela Portugal sejak 2014.
Bersama Porto, Costa telah tampil di 205 pertandingan dengan rincian 51 laga di Porto B dan 154 laga di tim senior. Dia juga membantu timnya meraih gelar UEFA Youth League 2018-2019 ditambah dengan 2 gelar Primeira Liga, 4 Taca de Portugal, 1 Taca de Liga, dan 1 Supertaca Candido de Oliveira.