Akhir Bahagia Kisah Angel Di Maria dengan Argentina

Kredit foto: X @AlbicelesteTalk
Angel Di Maria mencium trofi Copa America 2024 usai membantu Argentina membekuk Kolombia pada partai final yang berlangsung di Hard Rock Stadium, Miami, Florida, Senin (15/7) pagi WIB.

Timnas Argentina membuktikan bahwa mereka memang layak bertengger di peringkat satu dunia. Tim Tango berhasil menjuarai Copa America dalam dua edisi beruntun. Sang veteran, Angel Di Maria pun menutup kisah manisnya bersama Argentina dengan indah.

Akhir pekan yang spesial di Hard Rock Stadium, Miami. Sang juara bertahan, Argentina duel dengan Kolombia untuk memperebutkan titel Copa America 2024. Adapun di Indonesia, pertandingan digelar kala matahari sudah terbit pada Senin (15/7) pagi WIB. Laga tetap berjalan meski sebelumnya diwarnai kontroversi kelam.

Ya, kontroversi menyelimuti panitia penyelenggara final Copa America 2024. Sebelumnya, mereka dikritik akibat insiden perkelahian para pemain Uruguay dengan suporter Kolombia.

Kritik terus mengalir tak henti-hentinya kala panitia menempatkan penampilan penyanyi kondang, Shakira di periode paruh babak. Masa paruh babak yang biasanya berdurasi selama 15 menit diperpanjang lima menit lebih lama untuk memberi wadah bagi penampilan mantan kekasih Gerard Pique itu.

Keputusan ini menuai kritik tajam. Pelatih Kolombia, Nestor Lorenzo termasuk salah satu pihak yang mengkritik keputusan tersebut. Menurutnya, kaki para pemain bisa dingin kembali akibat masa paruh babak yang terlalu lama.

“Saya harap Anda menikmatinya, Shakira hebat. Untuk final, ketika peraturan berubah untuk kedua tim, lapangan yang buruk untuk keduanya atau cuaca yang sama untuk keduanya, saya tidak bisa mengatakan apakah itu buruk atau menguntungkan salah satu pihak,” ujar Lorenzo pada konferensi pers jelang laga.

“Saya tidak bisa memahaminya, sekarang ada pertunjukan. Para pemain bisa terlalu dingin, tapi itu  berlaku di kedua kubu. Saya mengetahui hari ini bahwa memang demikian adanya,” tuturnya dikutip Marca.

Tak sampai di situ, laga Argentina versus Kolombia mengalami penundaan karena adanya insiden sebelum laga. Sejumlah suporter Kolombia dan Argentina yang tidak memiliki tiket memaksa masuk stadion. Suasana Hard Rock Stadium pun cukup mencekam.

Permisa televisi harus menunda waktu tidur karena beberapa jam sebelumnya, terdapat laga final Euro 2024 antara Spanyol kontra Inggris. Tentu mereka mengharapkan pertandingan final yang menghibur.

Pressing Kolombia, Lautaro Martinez cemerlang, dan air Mata Lionel Messi

Ekspektasi pemirsa pun terpenuhi. Kolombia berani bermain terbuka meski menghadapi si nomor satu dunia. Penjaga gawang Argentina, Emiliano Martinez jatuh bangun menahan gempuran Luis Diaz, Jhon Cordoba, dan Jefferson Lerma di sepanjang paruh pertama.

Kolombia tidak membiarkan Argentina nyaman memegang bola. Penyebabnya, Nestor Lorenzo menerapkan pressing berformat man-to-man marking hingga ke daerah pertahanan Argentina. Taktik ini membuat Argentina terisolasi untuk mengirim umpan.

Kredit foto: Tangkapan layar dari Vidio
Pressing ketat dengan man-to-man marking membuat jalur distribusi Argentina terisolasi.

Secara mengejutkan, Kolombia mampu tampil dominan meski secara materi pemain, mereka kalah segalanya dari Argentina. Pada babak kedua, pelatih timnas Argentina, Lionel Scaloni sudah menemukan cara mengatasi blok pressing Kolombia. Namun, hal ini tidak jauh-jauh dari mengandalkan kualitas individu pemain.

Scaloni memberikan Di Maria ruang untuk berkreativitas. Di usianya yang sudah menginjak 36 tahun, pergerakan Di Maria begitu cair. Eks pemain Real Madrid dan Manchester United ini berkali-kali menemukan ruang untuk melepaskan umpan berbahaya.

Bahkan tembakannya pada menit ke-57 nyaris membobol gawang Kolombia, namun untungnya masih mampu diantisipasi kiper Kolombia, Camilo Vargas. Namun demikian, pressing Kolombia masih berjalan dengan baik. Terbukti, tidak banyak pula peluang yang dihasilkan kubu Argentina.

Kredit foto: Tangkapan layar dari Vidio
Pergerakan Angel Di Maria begitu cair. Terkadang menyisir area yang berlawanan dengan posisinya. Pada laga kontra Kolombia, Di Maria sejatinya ditempatkan di sayap kanan.

Situasi diperparah dengan sang megabintang, Lionel Messi, yang cedera. Pemain berjuluk La Pulga ini memang sudah tampak kesakitan sejak babak pertama, hingga dirinya tak bisa melanjutkan laga pada menit ke-66.

Di bangku cadangan, raut kesedihan pun terpancar dari wajah Messi. Air mata jatuh membasahi pipinya lantaran tidak bisa berkontribusi membantu negaranya di sisa pertandingan. Di tengah kebuntuan yang terus dihadapi, Argentina kehilangan satu sosok penting hingga pertandingan pun harus berlanjut ke babak perpanjangan waktu.

Kebuntuan masih dihadapi Argentina pada babak pertama babak perpanjangan waktu. Rodrigo De Paul ikut maju, bergerak mencari ruang untuk melancarkan umpan tarik. Namun, penyelesaian akhir Argentina masih belum klinis.

Kemudian, Lautaro Martinez yang di awal laga duduk di bangku cadangan akhirnya naik panggung. Kolombia melakukan kesalahan fatal dengan meninggalkan ruang lebar untuk pergerakan bomber Inter Milan itu.

Martinez menghukum kesalahan Kolombia tepat pada menit ke-112. Stamina yang sudah terlalu lelah pun membuat Kolombia harus merelakan gelar juara ke tangan La Albiceleste.

Selamat pensiun, Di Maria!

“Ini pertarungan terakhir saya. Tidak ada lagi yang bisa saya katakan yang belum pernah saya ucapkan sebelumnya, ini pertandingan terakhir saya. Saya harus mengucapkan terima kasih kepada semua warga Argentina dan generasi ini yang telah memungkinkan saya mengangkat begitu banyak trofi,” ujar Di Maria sebelum pertandingan.

“Saya belum siap untuk pertandingan terakhir saya di tim nasional, tapi ini saatnya. Apa pun yang terjadi di final, saya pikir saya bisa keluar melalui pintu depan. Saya memberikan segalanya. Saya selalu memberikan hidup saya untuk jersey ini,” tuturnya dilansir RTV Online.

Di Maria menutup karier internasionalnya dengan penampilan yang begitu apik. Beberapa kali peluang berbahaya Argentina ke gawang Kolombia lahir dari umpan progresinya, baik saat permainan terbuka maupun bola mati.

Berdasarkan catatan Fotmob, Di Maria melepaskan sebanyak tujuh umpan silang sepanjang laga. Dari jumlah itu, hanya satu umpan silang saja yang tidak tepat sasaran.

Di Maria juga melepaskan empat umpan panjang, dengan tiga diantaranya tepat sasaran. Argentina memang kesulitan menembus blok pressing Kolombia. Namun, jika bukan karena Di Maria, sudah tentu permainan Argentina akan sangat membosankan.

Kredit foto: Instagram @angeldimariajm
Angel Di Maria merayakan gelar juara bersama sang istri, Jorgelina Cardoso.

Tak ayal, Di Maria pun diganjar penghargaan man of the match alias pemain terbaik pada laga tersebut . Usai laga, Di Maria berpelukan hangat dengan rekan-rekan setimnya.

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, Di Maria merayakan perpisahan dengan timnas Argentina dengan cara yang paling tepat. Di Negeri Paman Sam, pemain berjuluk El Fideo itu menutup perjalanannya bersama negara tercinta dengan tenang.

“Sebenarnya, ini sudah tertulis, seperti ini, saya memimpikannya, itulah mengapa saya mengatakan ini adalah Copa America terakhir dan berakhir di sini,” ujar Di Maria dilansir Daily Star.

“Saya bermimpi bahwa saya akan mencapai final, saya bermimpi bahwa saya akan memenangkannya, bahwa saya akan pensiun seperti ini,” ucapnya.

Kredit foto: X @gastonedul
Perpisahan hangat Angel Di Maria dengan skuad timnas Argentina di hotel tim sebelum pertandingan.

Messi pun ikut menyampaikan kata-kata perpisahan kepada Di Maria. Jawara Ballon D’Or tujuh kali ini menyatakan Di Maria layak pensiun dengan cara yang begitu indah.

“Kami sangat menikmati bersamanya (Di Maria). Dia selalu memberikan segalanya dan yang terbaik dari dirinya dan bahwa dia akan pensiun di final adalah sesuatu yang pantas dia dapatkan,” ujar Messi.

Muchas Gracias El Fideo!


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.