Tidak banyak wasit putri di sepak bola Indonesia dan jumlahnya bisa dihitung dengan jari, Alenne Thresia Laloan salah satunya. Dara asal Magelang, Jawa Tengah ini, merupakan wasit putri yang berpengalaman memimpin pertandingan di kompetisi PSSI.
Alenne menceritakan pengalamannya di dunia sepak bola kepada Ludus.id saat mengunjungi kediamannya di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, beberapa waktu lalu. Alenne bercerita bahwa ia sudah bersentuhan dengan sepak bola sejak mengenyam bangku Sekolah Dasar (SD).
Namun, meski sejak SD sudah menyukai sepak bola, Alenne baru berani bermain olahraga tersebut ketika dirinya masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ketika itu ia bermain sepak bola dengan anak-anak laki-laki karena hanya dirinya, perempuan yang berminat dengan sepak bola.
Baru memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA), Alenne mulai masuk ke kegiatan ekstrakulikuler (ekskul) futsal. Ia memilih futsal karena di SMA-nya di kawasan Harmoni, Jakarta Barat, belum ada ekskul sepak bola.
Futsal menjadi gerbang pembuka Alenne untuk kenal lebih jauh dengan sepak bola. Ia terpantau ‘mata elang’ pelatih futsal terkenal, Doni Zola alias Donzol, ketika mengikuti turnamen antar-SMA.
“Nah, aku ikut futsal itu dan ikut turnamen antar-SMA. Terus dia (Donzol) ajak saya ke Jakarta Futsal Foundation (JFF). Ketemu banyak pemain bagus dan saat itu sampai ikut kompetisi LINUS (Liga Nusantara) tahun 2015,” ujar Alenne kepada Ludus.id.
Alenne semakin menikmati futsal dengan banyaknya turnamen yang diikuti. Ia bahkan sempat mengikuti laga tarkam (antarkampung) dengan klub futsal Ngapak FC. Ia pun memberanikan diri untuk mendapatkan lisensi wasit futsal.
Baru ketika berkecimpung sebagai wasit futsal, Alenne mendapat ‘godaan’ dari teman-temannya untuk mencoba juga menjadi wasit sepak bola. Awalnya Alenne sempat ragu, tetapi ia memberanikan diri mengambil lisensi wasit sepak bola dan ia menikmatinya.
Ternyata cinta lama dengan sepak bola membuat Alenne merasa nyaman. Ia lebih menikmati perannya sebagai wasit sepak bola dibanding futsal. “Nah, dunia aku sudah mulai bergeser ke sepak bola,” ucap Alenne.
Alenne yang memiliki lisensi wasit C3 Asosisasi Kota (Askot) PSSI Jakarta Barat, mendapat promosi dari Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI DKI Jakarta untuk mendapatkan lisensi C2. Ia dengan cepat mendapatkan lisensi tersebut karena ketika itu Asprov PSSI DKI memang sedang membutuhkan wasit putri.
“Naiklah aku ke C2, nah harusnya itu kan memimpin pertandingannya di provinsi saja seperti Piala Soeratin, nah tetapi Asprov DKI ini bawa aku ke pertandingan Liga 3 DKI,” kata Alenne.
Memimpin pertandingan Liga 3 bukan perkara mudah. Ia mendapatkan kesempatan meniup peluit di pertandingan Liga 3 ketika laga Persitara Jakarta Utara melawan ABC Wirayudha di Stadion Tugu, Jakarta Utara.
Beralih Menjadi Pesepak Bola
Wasit memberikan berkah bagi Alenne. Dara berusia 25 tahun itu mendapat tawaran membela tim sepak bola putri Provinsi Bali pada 2017. Ia membela Bali saat PSSI mengadakan turnamen Pra-Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.
Ketika membela Bali, jaringan Alenne di sepak bola semakin meluas. Ia pun terpilih membela tim Pra-PON DKI Jakarta untuk tembus PON 2021. Ia bergabung dengan pemain-pemain bertalenta dari Ibu Kota seperti Basia Putri, Sabrina Dressler, Anggita Oktaviani, Shalika Aurelia, ataupun Giselle Gwen.
Akan tetapi, Alenne memilih mundur sebelum Pra-PON DKI bergulir pada Desember 2020. Ia memilih mundur pada Agustus 2020 karena melihat peluang bisa berkembang sebagai wasit putri dan ini juga arahan Iswadi, pelatih Pra-PON DKI, yang melihat bakat Alenne di dunia perwasitan. “Waktu itu memang ada satu dan lain hal juga, makanya aku mundur dan memilih fokus di wasit sepak bola,” jelas Alenne.
Sebelumnya, Alenne juga sudah memimpin pertandingan Liga 1 Putri pada 2019. Ia memimpin beberapa pertandingan di daerah seperti Malang dan Bali.
Akhirnya, Alenne menjalani fokusnya sebagai wasit dan berkesempatan bertugas di pertandingan Pra-PON yang dilangsungkan di Belitung. Meski tak menjadi pemain, nyatanya Alenne tetap bersentuhan dengan Pra-PON walau sebagai wasit.
Regenerasi Wasit Putri
Alenne menjadi pewaris generasi lama wasit putri di DKI Jakarta. Sebelumnya wasit putri hanya ada beberapa saja. Jarak Alenne dengan wasit putri senior juga terlampau jauh. Baru ketika ia masuk sebagai wasit, DKI Jakarta kembali melahirkan enam sampai delapan wasit putri di sepak bola.
Ketika Alenne mulai memimpin pertandingan, perhatian sepak bola di DKI Jakarta langsung tertuju kepadanya. Ia pun mulai mendapatkan banyak tawaran untuk pertandingan-pertandingan fun football yang marak di Ibu Kota.
“Namun, untuk fun football, aku masih ikut dengan regulasi. Misalnya, hanya bisa di daerah Jakarta Barat karena Askot aku dari Jakarta Barat. Lumayan hits lagi wasit putri dan cukup menonjol, karena wasit putri yang dulu-dulu itu kebanyakan asisten kan dan pas aku jadi wasit tengah. Cukup booming ketika itu,” cerita Alenne.
Sebagai wasit putri, Alenne pun tak terlepas dari cat calling atau bentuk pelecehan di jalanan berupa komentar yang tak pantas. Apalagi sepak bola dikenal sebagai ‘dunia pria’ karena secara permainan cukup mengandalkan fisik.
Menyikapi adanya cat calling ini Alenne cukup menjawab dengan prestasi di lapangan hijau sebagai pengadil. Ia memang kesal dengan cat calling karena ia menjadi wasit juga melalui tahapan yang sama dengan seleksi wasit pria.
“Aku step-nya sama, gak ada tuh karena aku cewek tidak mendapatkan lisensi wasit dengan mudah,” ucap Alenne.
Cemoohan dan pelecehan secara verbal dijawan Alenne dengan pencapaiannya di sepak bola dan bahkan saat ini ia mendapatkan kesempatan yang lebih besar, yakni pelatihan Video Assistant Referee (VAR).
Menjadi Operator VAR
Karier Alenne tidak hanya sebagai wasit. Ia kini menjadi salah satu orang yang terpilih dalam mengoperasikan VAR untuk kompetisi Liga 1 seri Championship musim ini.
Masuknya Alenne menjadi sumber daya khusus VAR terbilang cukup mendadak. Ia masuk ketika lisensi Replay Operator (RO) VAR sudah berjalan. Alenne mendapatkan rekomendasi untuk bisa menjadi bagian dari SDM VAR di Indonesia.
Alenne sempat kesulitan karena ia masuk saat pelatihan sudah berjalan. Namun, ia belajar dan mampu beradaptasi dengan pelatihan menjadi Replay Operator VAR.
“Pelatihan VAR itu harus memenuhi kurang lebih 100 hari efektif belajar. Aku mulai dari November, rencananya mau diuji coba final EPA (Elite Pro Academy) di Solo setelah itu kita ada 10 hari lagi untuk pelatihan stage tiga. April mungkin sudah efektif karena harus instalasi terlebih dahulu,” jelas Alenne.
Ia pun senang bisa menjadi bagian VAR untuk generasi pertama ini. Apalagi kesempatan mengenal teknologi VAR tidaklah mudah dan Alenne merupakan wasit putri pertama yang merasakan pelatihan VAR sebagai reply operator. “Aku merasa tidak semua orang bisa di sini dan ini batch pertama dari pelatihan VAR
Menantikan Janji Kompetisi Putri
Sepak bola putri Indonesia bukannya tanpa prestasi. Buktinya, timnas putri pernah berhasil lolos ke Piala Asia 2022. Namun, sayangnya animo besar sepak bola putri belum bisa diimbangi dengan kompetisi putri yang baik.
Vakumnya kompetisi putri membuat Alenne sempat banting setir menjadi pegawai sebuah bank pemerintah di Jawa Tengah. Ia sempat tak berharap banyak PSSI ataupun Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia (ASBWI) bisa menggelar kembali Liga 1 Putri ataupun kompetisi rutin untuk sepak bola putri.
Namun, rumor adanya kompetisi untuk Liga 1 Putri membuat Alenn kembali bersemangat dan kembali memilih berada di jalur wasit. Ia sempat beberapa kali mengikuti penyegaran wasit dari PSSI, tetapi kompetisi khusus untuk sepak bola putri belum juga bergulir.
“Ada lebih 50 wasit putri yang berharap dengan pertandingan. Kita berharap ada kompetisi karena wasit untuk kompetisi profesional tidak disambi. Kalau wasit pria ada wadahnya, di Liga 1, tetapi wasit putri tidak. Kita sudah serius latihan dan konsisten dengan janji untuk adanya kompetisi untuk sepak bola putri,” ucap Alenne.