Ambisi Besar Jang Chang-ha Untuk Taekwondoin Tanah Air Hingga Pengaruh Shin Tae-yong

Kredit foto: Ludus.id/Ilham Sigit Pratama
Kerasnya latihan di Pelatnas Taekwondo Indonesia. Para atlet menjalani latihan tiga kali sehari, yakni pagi, siang dan malam.

Bising teriakan para atlet taekwondo di Pusat Misi Pemeliharaan Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI), Hambalang, Kabupaten Bogor terdengar hingga keluar sasana. Di balik teriakan itu, ada sosok yang menggembleng para atlet dengan penuh kharisma. Pria itu adalah Jang Chang-ha, sosok yang berambisi meniru kesuksesan rekan senegaranya, Shin Tae-yong yang namanya sudah lebih dulu harum di sepak bola Indonesia.

Jang Chang-ha ditunjuk Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PB TI) sebagai pelatih anyar Pelatnas Taekwondo pada April 2024 silam. Pria kelahiran Seoul, Korea Selatan itu direkrut melalui perantara Kwak Young-min, orang terdekat sekaligus senior Jang Chang-ha semasa berkiprah di Negeri Ginseng.

“Jadi pertama kali itu ada namanya Master Quak. Dia adalah yang pertama kali berbicara dengan saya. Dia menawarkan saya untuk bekerja di Indonesia. Dia lebih dekat sama saya, dia juga tahu bagaimana atlet di Indonesia dan bagaimana sistem di Indonesia,” ujar Jang Chang-ha kala ditemui Ludus.id, Kamis (10/10).

“Dari sana saya banyak pertimbangan antara menerima atau tidak, tetapi karena dia teman dekat, saya mengambil tawaran itu,” lanjut Jang Chang-ha kemudian.

Sesampainya di Indonesia, hal pertama yang dilakukan Jang Chang-ha adalah membuat aturan ketat mengenai pola hidup atlet. Bahkan, tidak hanya pola makan, atlet di Pelatnas Taekwondo juga perlu didisiplinkan perihal sopan santun.

“Saya akan membuat kebiasaan menjadi lebih baik, karena kita dasarnya masih kurang, sopan santunnya masih kurang, segalanya masih kurang kalau menurut saya. Karena itu, harus selalu dipersiapkan latihannya, staminanya, kekuatannya, sopan santunnya, dan disiplinnya juga,” jelas Jang Chang-ha.

“Saya juga berpikir pertama kalinya memang makanan yang harus diubah, karena penting untuk latihan, Jadi, memang dari beberapa waktu sebelumnya sudah diubah perihal menu makanan, di Indonesia ini negara yang panas, jadi makanannya harus bagus,” tuturnya menambahkan.

Revolusi Jang Chang-ha tidak hanya sampai di situ, Dia memberangkatkan atlet-atlet Pelatnas ke kampung halamannya, Korea Selatan untuk disekolahkan.

Rombongan yang pergi ke Korea Selatan diterbangkan secara bergilir, berdasarkan senior-junior serta kategori kyorugi dan poomsae. Beberapa waktu silam, kyorugi junior dan senior sudah lebih dulu menimba ilmu di Korea Selatan, sedangkan poomsae akan diterbangkan pada periode November hingga Desember 2024.

Kredit foto: Ludus.id/Ilham Sigit Pratama
Kategori poomsae juga akan diberangkatkan ke Korea Selatan dalam waktu dekat.

Pemusatan latihan di Korea Selatan berlangsung di Physical High University, yang juga merupakan tempat Jang Chang-ha menduduki bangku kuliah, pada awal Agustus 2024 silam. Menu latihan keras terus disajikan Jang Chang-ha selama di Negeri K-Pop.

Para atlet melakoni sparing dengan atlet-atlet di Korea Selatan. Sepekan kemudian, mereka diikutkan pada kompetisi Kimunyongcup International Open Taekwondo Championship 2024 pada 17 hingga 20 Agustus silam.

Kontingen Indonesia memang tidak berhasil menggondol medali pada turnamen tersebut. Namun, menurut Jang Chang-ha, turnamen itu hanya bertujuan agar para atlet, yang mayoritas wajah baru, mendapat pengalaman dan jam terbang.

“Itu bukan target untuk medali, tapi hasilnya bagus. Lebih kepada memperoleh pengalaman untuk atlet, karena kami membawa atlet senior yang baru. Jadi, ini atlet baru semuanya,” ucap Jang Chang-ha.

“Dan di luar negeri itu sudah banyak atlet-atlet yang sarat pengalaman. Target saya itu bukan tahun ini, tetapi tahun depan dan tahun depannya lagi untuk mengambil medali, lebih ke jangka panjang,” ungkapnya.

“Kalau untuk sekarang masih kurang puas (dengan hasil TC di Korea Selatan). Tapi kami pikir mengenai pengalamannya, dan di sana juga sangat keras latihannya, dan mereka sangat lelah. Kami akan kirim lagi atlet di sana,” sambungnya lagi.

Kredit foto: Ludus.id/Ilham Sigit Pratama
Pelatih kepala Pelatnas Taekwondo Indonesia, Jang Chang-ha saat ditemui Ludus.id di PMPP TNI, Hambalang, Kabupaten Bogor, Kamis (10/10).

Jang Chang-ha menerapkan aturan yang membuat atletnya bergidik. Dia akan langsung mencoret sang atlet jika ketahuan melanggar aturan. Hal ini diakui oleh salah satu anak asuhnya, Megawati Tamesti Maheswari.

TC (pemusatan latihan ) di Korea latihannya keras, sehari tiga kali, di sana kami bertemu atlet-atlet hebat, lawan sparingnya sangat banyak, di sana latihannya keras. Sehari tiga kali latihan di sana, pagi siang dan malam,” ujar Megawati.

“Tegas banget, kita 30 menit sebelum latihan harus sudah sampai (tempat latihan), terus makan di sana bagus, jadi untuk latihanya pun menunjang. Sejauh ini gak ada yang berani melanggar (aturan), gak ada yang berani,” ungkap peraih medali emas SEA Games Kamboja 2023 itu.

Taekwondoin yang disegani

Jang Chang-ha lahir di Seoul pada 28 Juli 1983. Dia sudah 30 tahun berkiprah sebagai atlet taekwondo nasional Korea Selatan. Semasa menjadi taekwondoin, Jang Chang-ha sudah mengoleksi deretan prestasi.

Dalam kurun waktu 2006 hingga 2008, Jang Chang-ha tidak pernah absen berdiri di podium. Jang Chang-ha membawa pulang medali emas pada World Taekwondo Championship edisi Bangkok 2006 dan satu keping perak di Peking setahun setelahnya.

Kredit foto: Chosun
Jang Chang-ha kala memenangkan medali emas di ajang Taekwondo International Championship Korea 2008.

Sementara pada tahun 2008, Jang Chang-ha membawa pulang perunggu pada ajang Asia Taekwondo Championship di Henan. Hanya saja, Jang Chang-ha tidak sempat mencicipi rasanya menjadi Olimpian, sebab ajang olahraga terbesar sejagat itu tidak mempertandingkan kelas welter.

Jang Chang-ha memulai karier kepelatihan di Uni Emirat Arab pada tahun 2014 hingga 2015. Namun, dia kurang betah melatih di Negeri Minyak tersebut.

“Negara itu (Uni Emirat Arab) adalah negara yang keras, tidak cocok dengan saya,” ujarnya.

Setahun di Timur Tengah, Jang Chang-ha mendapat tawaran melatih di China pada kurun waktu 2015 hingga 2017. Setelah itu, Jang Chang-ha mudik ke Korea Selatan.

Selama pulang ke kampung halaman, Jang Chang-ha melatih berbagai tim dari mulai kampus tempat dirinya menimba ilmu, Seoul Phisycal Highschool, Keunghee University dan Korean Gas Professional Team yang merupakan mantan timnya semasa aktif menjadi atlet.

Selama masa pulangnya itu pula, Jang Chang-ha berhasil menelurkan bintang taekwondo yang berbicara di Olimpiade Paris 2024 silam. Jang Chang-ha menyebut satu nama, yakni Lee Da-bin yang merupakan atlet tersukses yang pernah dia besut.

Pada Olimpiade Paris silam, mantan anak didiknya itu berhasil mendulang perunggu di kelas 67 kg putri. Korea Selatan berhasil menjadi juara umum pada pesta olahraga edisi Prancis tersebut.

“Untuk atlet, banyak sekali, karena untuk masuk ke timnas itu susah sekali. Jadi, selalu ada atlet yang menonjol. Di Korea, masuk timnas susah sekali, harus ada juaranya juga di Korea atau di luar negeri,” tutur Jang Chang-ha.

“Atlet paling menonjol saya itu ada Lee Da-bin yang berlaga di Olimpiade kemarin, meski sebentar latihan sama saya, dia keluar dari sekolah Seoul Physyical School dan dilatih oleh saya,” ucapnya.

Didikan Sang Ayah hingga pengaruh Shin Tae-yong

Kesuksesan Jang Chang-ha baik sebagai atlet maupun atlet tak lepas dari didikan keras sang Ayah. Sejak kecil, Jang Chang-ha mengaku dibesarkan dengan gaya militer di keluarganya.

“Ayah saya orang yang keras seperti tentara, selalu memberi tahu saya dengan cara keras, setelah itu masuk ke sekolah, beranjak dewasa masih terus saja diperlakukan keras,” ucap Jang Chang-ha.

Jang Chang-ha sadar bahwa perlakuan Ayahnya memiliki maksud baik. Didikan keras tersebutlah yang membentuk mental Jang Chang-ha saat kali pertama berkenalan dengan disiplin bela diri taekwondo.

“Pertama kali saat kadet di SD, ikut sama teman, tapi waktu itu saat ada sparing-sparing, saya selalu kena tendang, saya tidak suka kalau saya kena tendang. Saya selalu tidak mau kalah, saya lalu masuk ke tim nasional,” ujarnya.

Namun, tidak hanya sekadar keras, orang tua Jang Chang-ha mendukung penuh minatnya untuk menjadi taekwondoin kebanggaan negara. Sang Ayah terus menekankan kepada dirinya untuk senantiasa mematuhi arahan pelatihnya di sekolah.

“Lalu masuk ke SMP itu saya langsung bertemu pelatih, saya selalu menuruti apa kata pelatih sampai jadi juara, dan orang tua terus mendukung. Jadi, orang tua saya selalu menekankan untuk terus menuruti apa kata pelatih,” tambahnya.

Kini, di Indonesia, Jang Chang-ha berusaha menerjemahkan pengalaman kerasnya kepada para atlet. Baik di Korea Selatan maupun Hambalang, Jang Chang-ha menerapkan jadwal latihan tiga kali sehari.

Kredit foto: GSI/PSSI
Pelatih tim nasional Taekwondo Indonesia, Jang Chang-ha ingin mengkuti kesuksesan Shin Tae-yong yang lebih dulu bersinar di sepak bola tanah air.

Hal ini semata-mata untuk memenuhi ambisi besarnya, yakni memberangkatkan anak bangsa ke Olimpiade Los Angeles 2028. Jiwa tak mau kalahnya membuat dirinya ingin menandingi kesuksesan Shin Tae-yong, rekan senegaranya yang lebih dulu harum di sepak bola.

“Jadi, saya ingin sekali ada atlet saya yang berlaga di Olimpiade Los Angeles nanti, ataupun setelahnya. Makanya dari situ, sekarang atlet yang dipanggil itu yang umur 20-an. Mereka baru dipanggil ke Pelatnas, jadi memang targetnya itu masih panjang,” ujar Jang Chang-ha.

“Saya tahu bahwa Shin Tae-yong ada di Indonesia. Dia bekerja dengan bagus. Saya ingin seperti Shin Tae-yong yang sudah melahirkan banyak atlet yang bagus,” tandasnya.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.