Andika Putra Prafandi, Pebalap Tangguh yang Merangkak dari Bawah

 

Credit foto : Koleksi Pribadi
Pebalap Andika Putra Prafandi sebelum memacu mobiilnya untuk lomba.

Balap mobil sprint rally dan speed offroad menjadi salah satu olahraga otomotif yang paling eksis di kancah nasional saat ini. Regenerasi di kedua disiplin itu seakan tidak pernah berhenti karena banyak pebalap muda terus bermunculan dan menunjukkan prestasi mereka

Salah satu generasi pebalap muda berprestasi itu adalah Andika Putra Prafandi. Andika mampu menunjukkan prestasi yang cukup konsisten dengan meraih juara nasional G4 Speed Offroad 2022 dan juara nasional Sprint Rally Grup J 2023. Rentetan juara tersebut membuktikan jika dirinya patut diperhitungkan dalam persaingan di kancah balap reli ini.

Pembalap yang lahir dari pasangan Suprapto dan Sri ini terjun ke dunia balap reli pada 2018 atau saat usianya menginjak 16 tahun. Andika mengawali kiprahnya tak langsung menjadi pembalap, melainkan sebagai co-driver atau biasa juga disebut navigator. Posisi tersebut dijalaninya selama tiga tahun hingga 2021.

“Pertama terjun jadi navigator Robert Saroinsong selama satu tahun. Kemudian di tahun 2019 jadi navigator kakak, lalu memperdalam lagi karakter di balap sebagai driver dan navigator,” kata Andika saat ditemui Ludus.id.

Barulah pada 2022, Andika beralih menjadi pembalap. Keputusan itu diambilnya setelah merasa cukup pengalaman selama menjadi co-driver dan ingin mencoba tantangan baru sebagai driver.

Keinginan ini semakin kuat lantaran mendapat dukungan dari sang ayah, yang berprofesi sebagai mekanik, dan sang kakak, Risxy Firstanto, yang juga menggeluti profesi yang sama.

Credit foto : Koleksi Pribadi
Pebalap Andika Putra Prafandi sedang memacu mobiilnya saat lomba.

Andika pun langsung membuktikan kemampuannya pada debutnya sebagai driver pada sebuah lomba. Pasalnya, dia dihadapkan pada trek yang tak bersahabat.

“Kebetulan di awal jadi driver pada seri 1 itu langsung dapat trek yang banyak halangannya kayak hujan dan berlumpur. Namun, ayah sama kakak mengingatkan supaya dinikmati saja bawa mobilnya. Akhirnya, di SS 1 sampai 4 langsung dapat waktu terbaik kedua untuk orang baru. Pas tahu, ayah sama kakak bingung, ‘kok bisa?’,” tutur Andika.

Situasi tersebut, dikatakan Andika, bisa diatasinya dengan bermodalkan keyakinan dan pengalamannya sebagai co-driver. Pembalap kelahiran Ponorogo, 11 Januari 2002, itu pun merasa bersyukur lebih dulu terjun sebagai co-driver lantaran merasa lebih matang sebagai pembalap.

Selain itu, Andika juga merupakan pribadi yang tak malu untuk bertanya. Dia kerap berdiskusi dengan para senior yang sudah lebih dulu menggeluti dunia balap reli ini, seperti TB Adhi, TB Deyang, Robert, dan juga kakaknya sendiri guna meningkatkan kemampuannya.

Namun, semua itu hanya sebatas teori. Dalam praktiknya, pembalap 21 tahun ini menjajal sendiri setiap hal yang telah didiskusikan sebelumnya. Memang, Andika diberkahi dengan kemampuan belajar dengan cepat secara otodidak.

“Kayak dulu sebelum saya jadi navigator, saya suka cari tahu ilmunya sendiri dulu. Ditambah suka sharing juga sama senior. Saya belajar teorinya dulu sebelum terjun langsung di balapan pada 2018,” kata Andika.

Semua itu harus dilakukan Andika lantaran tak ada akademi resmi untuk menjadi pembalap rally. “Paling berupa coaching clinic saja yang disediakan sebelum balapan,” ucap dia.

Credit foto : Koleksi Pribadi
Pebalap Andika Putra Prafandi (tengah)

Terpengaruh pekerjaan ayah

Bukan sebuah hal yang mengherankan jika kini melihat Andika bisa menjadi pembalap yang andal. Pasalnya, dia bisa dibilang sudah “berkecimpung” di olahraga ini sejak usia yang masih belia.

Itu semua lantaran sang ayah berprofesi sebagai mekanik mobil balap, secara khusus mobil balap Jeep. “Ayah saya itu mekanik balap dari tahun 90-an. Dia pernah bilang kalau dia senang bekerja di dunia balap karena banyak yang bisa diulik,” ungkap pembalap yang juga masih berstatus mahasiswa ini.

Jadi, mau tak mau Andika menyaksikan langsung setiap hari sang ayah bekerja di bengkelnya, Prafa Motorsport, dan tak jarang ikut menonton balapan. Bisa dibilang, lingkungan lah yang membentuknya menjadi seperti sekarang.

Andika menilai pekerjaan ayahnya sangat menarik dan tak membosankan. Setiap hari, ada saja hal baru yang bisa dipelajari dan harus selalu update dengan teknologi yang akan digunakan. Semua itu semakin menguatkan niat Andika untuk menjadi pembalap ketimbang mengikuti jejak ayahnya sebagai mekanik.

Credit foto : Koleksi Pribadi
Pebalap Andika Putra Prafandi (kanan) usai mengikuti lomba.

“Bisa jadi terpengaruh (ayah) karena ayah berkecimpung di situ. Menurut saya pekerjaan ayah menarik dan akhirnya memutuskan jadi pembalap. Saya melihat di balap rally ini banyak tantangannya, seru, sampai akhirnya jadi suka, baik speed rally, sprint rally, dan speed off road,” tutur dia.

“Karena di rally itu tantangannya dari alam langsung. Apakah treknya, cuacanya dan itu yang membuat saya semakin tertantang untuk menaklukkannya,” tambahnya.

Berbagai faktor itulah yang membuat Andika bisa beradaptasi dengan cepat dan meraih prestasi dalam waktu singkat ketika sudah resmi jadi pembalap. “Saya sampai dijuluki ‘The Baby Alien’ karena banyak yang kaget dengan pencapaian saya,” ujarnya.

Selain kemampuannya, Andika juga beruntung langsung menemukan tim yang tepat sedari awal kariernya sebagai pembalap. Ya, sejak 2018, Andika sudah berada di bawah naungan tim BBG AHSRT (Bina Benua Group – Asal Hati Senang Racing Team) dan berkompetisi di kategori balap Jeep 4.500cc.

Credit foto : Koleksi Pribadi
Pebalap Andika Putra Prafandi sedang memacu mobiilnya saat lomba.

Suka Duka jadi Pembalap

Sebagai pembalap, tentu Andika tak selalu merasakan kemenangan. Ada kalanya dia harus menerima kenyataan pahit lantaran dirinya gagal memenangkan balapan yang diakibatkan berbagai faktor.

Salah satu momen kurang menyenangkan yang paling diingatnya terjadi di awal kariernya pada 2018. Kala itu, dia menjadi co-driver dari Robert dan sedang dalam performa positif setelah melewati dua seri awal. Sial, hal yang tak diinginkan terjadi di seri ketiga.

“Momen dukanya pas kalah sih, soalnya terasa sangat berat pas kalah. Lalu, ada juga momen di 2018, waktu itu saya lagi jadi navigator, membawa mobil Jimny. Di seri 1 dan 2, kami naik podium, tapi di seri ketiga mobil terbalik, itu rasanya campur aduk. Namun, yang namanya balapan apa pun bisa terjadi,” kata Andika.

Beruntung, Andika tak melulu tertimpa kesialan saat balapan. Ada satu momen manis yang bakal dikenangnya sebagai pembalap. Apalagi, kejadian itu terbilang dramatis dan mengantarkannya menuju gelar juara nasional.

Saat itu, mobil yang dikendarainya mengalami mesin jebol dalam dua SS di hari pertama ketika membalap di Seri 3 Speed Offroad G4 2022. Padahal, dia tengah berupaya mencari poin demi mengunci gelar.

Credit foto : Koleksi Pribadi
Pebalap Andika Putra Prafandi (tengah)

Praktis, kejadian itu membuat dirinya drop. Namun, timnya tetap memberi semangat dan bekerja keras semalam suntuk untuk menemukan solusi agar sang driver bisa membalap dengan baik pada keesokan harinya.

Hasilnya pun di luar dugaan, Andika bisa tampil baik di sisa dua SS dan finis di urutan kedua. Namun, itu sudah cukup untuk mengantarkannya merebut gelar juara nasional.

“Itu jadi momen yang tak terlupakan. Bisa dibilang ‘mission impossible’ karena mesin saya jebol di dua SS di hari pertama. Saya sempat drop tapi tim tetap support dan bilang balapan belum selesai. Dukungan itu sangat membantu saya hingga akhirnya saya bisa dapat podium kedua dan menjadi juara nasional,” ungkap Andika.

Kemenangan tersebut semakin memacunya untuk meraih prestasi yang lebih besar lagi. Terdekat, dia akan membalap di Sentul pada pertengahan Desember mendatang.

Khusus untuk tahun depan, dia mengaku bakal mencoba fokus ke dua nomor, sprint rally dan speed rally. “Sebenarnya, kami mau coba ikut semua, termasuk Speed Offroad juga. Target saya bisa terus meraih juara karena itu tidak mudah. Saya mau mencoba tampil konsisten di setiap balapan,” ungkap dia.

 


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.