
Aksi suporter Persikota dalam memberikan dukungannya kepada tim kesayangan.
“Persikota…Persikota…Bayi Ajaib!”
Yel-yel tersebut merupakan yel legendaris dari pendukung Persikota Tangerang era 2000-an di Stadion Benteng, Kota Tangerang. Sempat memudar sekian lama, ‘Sang Bayi Ajaib’ itu kembali bangkit ke level elite sepak bola Indonesia.
Musim depan, Persikota berhasil promosi ke kompetisi Liga 2 atau kompetisi satu tingkat di bawah Liga 1. Torehan ini jelas membuat pendukung Persikota dan warga Kota Tangerang bangga.
Persikota meraih tiket promosi ke Liga 2 usai mengalahkan Tornado FC Pekanbaru 2-1 pada laga pamungkas babak 8 besar Liga 3 Nasional di Stadion Mini Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (3/6). Gol kemenangan Persikota dicetak Andre Sitepu dan Fatih. Kemenangan itu sudah cukup untuk mendapatkan tiket promosi.
Pelatih Persikota, Fachrudin, menyambut bangga kemenangan tersebut. Baginya, kemenangan Persikota atas Tornado menjadi hadiah yang indah bagi pendukung mereka.
“Kemenangan ini tidak hanya meneruskan catatan positif tak terkalahkan, namun sekaligus menjawab dahaga semua fan yang ingin melihat tim kebanggaannya naik kasta ke Liga 2 musim depan,” kata Fachrudin dikutip dari tangerangkota.go.id.

Selebrasi pemain Persikota usai mencetak gol.
Persikota tidak sendirian ke Liga 2 musim depan. Mereka bersama-sama dengan Dejan FC, Persiku Kudus, Persikas Subang, Adhyaksa Farmel FC dan Persibo Bojonegoro menjadi tim yang bakal tim berstatus promosi.
Wajar saja jika Beteng Mania (Betmen) dan beberapa kelompok supporter Persikota lainnya, serta warga Tangerang senang klubnya naik ke Liga 2. Pasalnya, kompetisi tersebut menjadi gerbang menuju Liga 1, kompetisi kasta tertatas sepak bola Indonesia.
Suporter berharap Persikota bisa Kembali berlaga di kasta atas, setelah terakhir kali bermain di kompetisi kasta atas pada 2007. Kerinduan suporter melihat tim kesayangannya bisa berlaga di tingkatan paling elite, bisa diwujudkan dengan tampil di Liga 2 musim depan.
Kelahiran Persikota
Tahun 1993, muncul Kotamadya Tangerang. Kota Tangerang merupakan hasil dari pemekaran Kabupaten Tangerang yang menjadi bagian Provinsi Banten (dulu masih bergabung dengan Jawa Barat sebelum terpisah pada era 2000-an). Pemekaran daerah ini berpengaruh terhadap olahraganya, termasuk sepak bola.
Sejak 1953, orang Tangerang memiliki Persita Tangerang sebagai jagoannya. Setelah Kotamadya Tangerang berdiri, Persita bergeser menjadi tim kabupaten dan Kota Tangerang melahirkan Persatuan Sepak Bola Indonesia Kota Tangerang alias Persikota pada 1994.
Persikota disahkan menjadi anggota PSSI melalui Kongres PSSI tahun 1995. Mereka diizinkan mengikuti Liga Indonesia. Namun, sebagai tim baru, mereka harus memulai kompetisi musim 1995-1996 dari Divisi II lebih dahulu.
Divisi II ternyata menjadi tempat yang mudah bagi Persikota. Dilatih oleh legenda Persija, Andi Lala, Persikota tidak terkalahkan sepanjang putaran pertama hingga putaran ketiga. Persikota akhirnya mampu tampil sebagai juara Divisi II Liga Indonesia 1995-1996.
Bermain di Divisi I, Persikota mulai berbenah. Andi Lala merekrut pemain asing seperti Francis Yonga dari Kamerun dan Ali Shaha dari Tanzania. Selain itu, Persikota juga memunculkan Nova Zaenal yang kelak menjadi ikon klub yang identik dengan warna kuning dan biru itu.
Ketangguhan Persikota di Divisi I mulai terlihat. Mereka mampu menjadi juara Grup Tengah II dan lolos ke babak 10 Besar. Pada babak itu, Persikota berada di Grup A Bersama dengan PSIM Yogyakarta, PSS Sleman, PSSB Bireun, dan Persiter Ternate.
Anak-anak Kota Tangerang meraih hasil positif dengan meraih dua kemenangan atas PSSB Bireun dan PSS Sleman, satu imbang melawan PSIM dan satu kalah melawan Persiter. Hasil itu membawa Persikota berhadapan dengan Persikabo Kabupaten Bogor.
Persikota menang 2-1 atas Persikabo di semifinal sekaligus memastikan diri ke final menghadapi PSIM. Melawan tuan rumah, Persikota tak gentar dan malah menang 2-1 sekaligus membawa mereka ke Divisi Utama Liga Indonesia 1997-1998.
Kemunculan julukan ‘Bayi Ajaib’
Masuk ke Divisi Utama, Persikota melakukan pergantian pelatih dari Andi Lala ke Sutan Harhara. Keduanya merupakan mantan pemain Persija era 1970-an yang punya mental juara dan ketika itu sudah beralih menjadi pelatih.
Untuk membantu tugasnya, Sutan didampingi oleh Rahmad Darmawan, mantan pemain Persija era 1980-an, yang ketika itu menjabat sebagai asisten pelatih. Rahmad juga menjadi pemain Persikota sejak di Divisi II dan Divisi I.
Persikota di tangan Sutan menggebrak dunia sepak bola Indonesia. Mereka berhasil bersaing ketat dengan tim-tim kuat di wilayah tengah Liga Indonesia seperti PSMS Medan ataupun Pelita Jakarta.
Pencapaian luar biasa dengan finis di posisi ketiga wilayah tengah itulah yang membuat Persikota mendapat julukan ‘Bayi Ajaib’. Dalam usia yang masih tiga tahun, Persikota berhasil mendobrak dominasi tim-tim besar tradisional.
Sayang, kerusuhan 1998 membuat kompetisi dihentikan. Publik gagal melihat Persikota melangkah lebih jauh dan membuat kejutan. Tak sedikit masyakrat ketika itu berharap Persikota tampil sebagai juara.
Masuk semifinal dan stabil di papan atas
Prestasi terbaik Persikota mungkin terjadi pada musim 1999-2000. Saat itu penampilan Persikota yang trengginas membawa mereka melaju ke babak 8 besar dari wilayah barat Bersama Persija Jakarta, Persijatim Jakarta Timur, dan PSMS Medan.
Persikota membuat sejarah dengan melangkah ke semifinal usai menamatkan perlawanan dari Persija, Arema Malang, dan Pelita Solo pada Grup A babak 8 Besar. Mereka berhadapan dengan PKT Bontang di semifinal dan mengincar tiket ke final.
Sayangnya, perjalanan Bayi Ajaib harus terhenti di semifinal usai Marwal Iskandar dkk kalah 3-4 dari PKT. Meski begitu, warga Kota Tangerang berbangga hati karena dengan usia yang masih seumur jagung, Persikota mampu menembus semifinal.
Gagal ke Liga Super dan dampak imbauan MUI
Persikota konsisten berada di papan atas pada kompetisi era 2000-an. Mereka memiliki pemain-pemain berlabel nasional seperti Isnan Ali, Jendry Pitoy, Firmansyah, ataupun Supriyono.
Mereka mampu menandingi kepopuleran saudara tuanya, Persita. Tangerang dibuat terbelah dalam hal sepak bola. Persikota berhasil mengambil hati orang Tangerang dengan ramainya suporter Benteng Mania ketika mereka bermain di Stadion Benteng.
Petaka Persikota datang setelah adanya eraturan Menteri Dalam Negeri No.13/2006. Peraturan tersebut melarang penggunaan APBD untuk pembiayaan klub sepak bola. Peraturan tersebut membuat Persikota harus beradaptasi dari tim daerah menjadi profesional.
Pada 2007, Persikota finis di posisi ke-15 wilayah barat. Posisi tersebut tak menolong Persikota untuk bisa berlaga di Liga Super Indonesia pada musim depannya. Peserta Liga Super diambil dari sembilan tim teratas wilayah barat dan timur.
Kondisi tersebut membuat Persikota harus puas bermain di kasta kedua, pertama kalinya sejak mereka promosi pada 1997. Namun, Persikota tertatih untuk bangkit karena masalah finansial.
Selain finansial, Persikota juga tertimpa fatwa Majelis Ulama Indonesia yang mengharamkan sepak bola pada 2012 karena banyaknya kasus kericuhan antarasuporter Persikota dengan fan Persita, meski pada akhirnya fatwa tersebut diklarifikasi hanya sebagai imbauan, Persikota kadung kesusahan dengan larangan tersebut.
Keadaan saat itu menjadi serba susah. Persita masih bisa bermain di luar Tangerang dan berstatus tim musafir. Sementara Persikota ditelantarkan karena serba kesusahan.
Melaju ke Liga 2
Setelah berkutat di kasta paling dasar, yakni Liga 3 Banten, akhirnya Persikota melaju ke Liga 2 musim depan. Perjuangan mereka sudah dimulai dari regional Banten.
Pada Liga 3 Banten 2023, Persikota finis sebagai runner-up usai kalah 1-2 dari Adhyaksa Farmel FC di laga final. Meski begitu, Persikota berhak melangkah ke Liga 3 Nasional.

Persikota sebelum kick-off salah satu pertandingan di Liga 3 Nasional.
Di Liga 3 Nasional, Persikota berhasil melakukannya seperti 1995 dengan promosi ke kasta elite kedua kompetisi sepak bola Indonesia. Gairah fan dan warga Tangerang kembali meninggi berkat pencapaian itu.
“Alhamdulilah, here we go Liga 2. Penantian yang panjang, Persikota adalah tim yang pernah besar dan akan kembali besar,” bunyi akun salah satu fan Persikota, di Instagram @korwil_selatan.
Publik Tangerang kini tentu berharap Persikota bisa melaju ke Liga 1. Selain itu Persikota juga diharapkan kembali menciptakan “Derbi Tangerang” bersama Persita suatu saat nanti, sebagai cerminan majunya sepak bola di wilayah Tangerang Raya.