Bologna Akhirnya ‘Terbang’ ke Liga Champions

Kredit foto: Akun X @BolognaFC1909en
Pemain Bologna merayakan kepastian lolos ke Liga Champions usai AS Roma dihajar Atalanta 1-2.

Kejutan manis dihadirkan oleh salah satu klub Serie A, Bologna. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya dalam sejarah klub, tim yang memiliki nama lengkap Bologna FC 1909 itu lolos ke pentas sepak bola tertinggi Benua Eropa, yakni Liga Champions, setelah hampir 60 tahun.

Kepastian itu didapat setelah AS Roma tumbang 1-2 dari Atalanta pada lanjutan Serie A, Senin (13/5) dini hari. Sebelumnya, Sabtu (11/5), klub berjuluk Rossoblu itu memetik tiga poin penting kala bertandang ke markas Napoli, Stadio Diego Armando Maradona, dengan skor 2-0.

Kemenangan tersebut semakin memantapkan posisi Bologna di peringkat ketiga klasemen sementara Serie A dengan koleksi 67 poin. Dengan kekalahan Roma, artinya posisi Rossoblu sudah tak mungkin tergusur lagi dari 5 besar. Klub asal ibu kota Italia itu kini menempati peringkat enam dengan raihan 60 poin dan hanya memiliki dua pertandingan tersisa sehingga tak mungkin lagi menggeser Bologna.

Pada Liga Champions musim depan, Serie A mendapat jatah 5 slot lantaran menjadi salah satu dari dua liga dengan koefisien terbaik UEFA musim ini bersama dengan Bundesliga. Tambahan tim peserta di Liga Champions hadir lantaran mulai musim depan kompetisi kasta tertinggi antarklub Benua Biru itu akan diikuti 36 peserta.

Kredit foto: Akun X @BolognaFC1909en
Pemain Bologna merayakan kemenangan atas Napoli.

Kembali ke Bologna, tinta emas ini membuat klub yang berusia 114 tahun itu akan menjalani debutnya di Liga Champions pada musim 2024-2025. Meski, jika dihitung dari masa European Cup, penampilan ini jadi yang kedua bagi Bologna di kancah Eropa.

Bologna pernah tampil di European Cup musim 1964/65 setelah merebut Scudetto Serie A pada musim sebelumnya yang merupakan gelar ketujuh sekaligus terakhir di kompetisi lokal hingga saat ini. Sayang, perjalanan Rossoblu di kompetisi antarklub Eropa saat itu sangat singkat lantaran mereka tumbang dari wakil Belgia, Anderlecht, pada preliminary round.

Menilik prestasi yang sudah ditorehkan klub yang bermarkas di Stadio Renato Dall’Ara di wilayah Italia Utara itu sejauh ini, mereka pantas berpesta merayakan keberhasilan menembus panggung tertinggi impian bagi klub manapun yang berkompetisi di Eropa.

Selain itu, dengan sisa dua pertandingan lagi, Bologna berpotensi mengumpulkan 73 poin yang bakal membawa Lewis Ferguson cs meraih finis tertinggi, yakni posisi ketiga, sejak promosi lagi ke Serie A pada 2015. Sebelum mencapai poin itu, mereka harus bisa memenangkan duel kontra Juventus dan Genoa.

Tangan Dingin Thiago Motta

Sukses besar yang dirasakan oleh Bologna musim ini tak lepas dari kepemimpinan Thiago Motta. Tangan dingin pelatih berusia 41 tahun itu mampu menyulap Bologna dari tim papan bawah menjadi tim yang bertarung di zona Liga Champions.

Didatangkan pada September 2022 untuk menggantikan Sinisa Mihajlovic yang kesehatannya mulai menurun, Motta mampu mengangkat performa tim di sisa musim itu dengan finis di urutan 9 pada klasemen akhir Serie A 2022/23.

Barulah pada musim 2023/24 alias musim ini, Motta menjalani kampanye penuh pertamanya bersama Bologna. Pertandingan pertamanya berakhir mengecewakan setelah kalah 0-2 dari AC Milan.

Namun, setelah itu Bologna bermain cukup konsisten dengan menjalani 10 pertandingan tanpa sekali pun menderita kekalahan. Februari 2024 menjadi titik balik dari Bologna dengan menyapu bersih kemenangan sepanjang bulan tersebut. Itulah yang membuat mereka stabil berada di zona Liga Champions.

Kredit foto: Akun X @BolognaFC1909en
Tangan dingin sang pelatih, Thiago Motta, sukses mengubah Bologna jadi tim penantang juara di Serie A musim 2023-2024.

Bisa dibilang, performa Bologna di bawah asuhan Thiago Motta pada musim ini sangatlah impresif meski belum menyamai ledakan Bayer Leverkusen yang sukses menjuarai Bundesliga musim 2023-2024.

Hingga pekan ke-36, Bologna mengoleksi 18 kemenangan, 13 imbang, dan hanya menelan 5 kekalahan. Prestasi yang jauh meningkat jika dibandingkan musim lalu ketika “I Veltri” meraih 14 kemenangan, 12 imbang, dan 12 kekalahan.

Selain itu, pertahanan mereka juga sangat solid terbukti dengan hanya 27 gol yang bersarang di gawangnya. Catatan itu menjadi yang terbaik kedua setelah Inter Milan yang hanya 19 kali kebobolan.

Semua ini bisa diraih berkat strategi menyerang dengan build-up dari belakang yang diterapkan Motta. Pun, pemain Bologna bisa menerapkan arahan sang allenatore dengan cukup sempurna.

Penguasaan bola dan operan pendek jadi kekuatan dan ciri khas Bologna pada musim ini. Mereka juga mengandalkan serangan dari sisi sayap.

Sebagai info, WhoScored mencatat Bologna menjadi tim dengan rata-rata penguasaan bola tertinggi kedua dengan 57,8 persen. Hanya kalah dari Napoli dengan 61,6 persen.

Taktik tersebut membantu Bologna lebih aktif mencetak gol dari situasi permainan terbuka ketimbang mengandalkan bola mati. Total, 36 gol sudah ditorehkan Rossoblu dari open play atau sekitar 75 persen dari keseluruhan gol yang disarangkan ke gawang lawan.

Tingkat operan sukses mereka juga membaik dengan jadi yang tertinggi keempat dengan 86,3 persen di antara seluruh tim peserta Serie A musim ini.

“Lebih dari Liga Champions, saya senang dengan skuad ini yang sekali lagi menampilkan performa yang sangat baik menghadapi tim kuat,” ujar Motta menanggapi kemenangan atas Napoli yang memuluskan jalan mereka lolos ke Liga Champions dikutip dari France24.

“Saya mengerahkan seluruh energi saya untuk menikmati momen ini karena anak-anak tampil sangat luar biasa,” imbuh mantan pemain Barcelona tersebut.

Performa Apik Pemain Muda

Kehebatan Thiago Motta dalam meramu taktik tak akan berhasil tanpa para pemain hebat yang bisa mengaplikasikannya di lapangan dengan baik. Tercatat, setidaknya ada 7 pemain yang selalu menjadi andalan pelatih berpaspor Italia itu sepanjang musim ini.

Mereka adalah Lukasz Skorupski, Sam Beukema, Riccardo Calafiori, Lewis Ferguson, Alexis Saelemaekers, Riccardo Orsolini, dan Joshua Zirkzee.

Sebagai kiper, Skorupski bermain sangat solid di bawah mistar gawang. Meski sudah berusia 33 tahun, ia mampu menjadi benteng kokoh yang sangat sulit ditembus lawan.

Di luar kiper, Motta cukup banyak mengandalkan pemain muda. Sam Beukema dan Riccardo Calafiori yang baru didatangkan pada musim panas lalu langsung nyetel dan sangat solid di barisan pertahanan Rossoblu. Padahal, Beukema baru menginjak usia 25 tahun dan Calafiori 21 tahun.

Beralih ke lini tengah, Lewis Ferguson dan Alexis Saelemaekers jadi pemain kunci dalam permainan Bologna. Keduanya memainkan peran dengan baik dalam mengalirkan bola dari lini belakang ke lini depan.

Kredit foto: Akun X @BolognaFC1909en
Penyerang Bologna, Joshua Zirkzee mencetak 11 gol hingga pekan ke-36 Serie A 2023-2024.

Peran yang dimainkan Ferguson dan Saelemaekers memudahkan Joshua Zirkzee dan Riccardo Orsolini dalam menjalankan tugas untuk mengoyak gawang lawan. Kombinasi kedua pemain ini berhasil menorehkan 18 gol di Serie A atau sekitar hampir 40 persen gol yang dicetak Bologna hingga pekan ke-36.

Kondisi inilah yang perlu dipertahankan atau ditingkatkan oleh Bologna pada musim depan. Sebab, Liga Champions bukan kompetisi sembarangan dan sudah terbukti hanya klub-klub yang memiliki sejarah panjang yang bisa bertahan untuk meraih prestasi di sana.

Mungkin, hal seperti itu masih sulit untuk diwujudkan oleh Bologna. Yang terpenting, mereka harus berbenah guna mempersiapkan diri agar tak sekadar numpang lewat di kontestasi para juara tersebut.

Mereka bisa mencontoh Leicester City yang tampil di musim 2016/17 di mana klub berjuluk The Foxes itu mampu melangkah hingga 8 besar. Bologna punya peluang yang terbuka lebar untuk menghadirkan kejutan di kompetisi antarklub Benua Biru itu.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.