Pernahkah terpikirkan jika para gangster dan preman diadu dalam satu ring untuk saling bertarung? Seperti cerita dalam film “Fight Club” (1999) yang diperankan aktor Brad Pitt dan Edward Norton, Komunitas asal Depok, Brenx Street Fighter memiliki konsep untuk mengadu para gangster dan preman dalam sebuah ring. Dengan begini, energi para gangster dan preman tersebut akan tersalurkan melalui hal positif.
Sabtu (7/9) siang WIB, masyarakat antusias memadati Taman Merdeka, Depok, Jawa Barat. Pengurus komunitas tengah sibuk mempersiapkan ring bertarung yang dibuat dengan amat sederhana.
Hanya bermodalkan cone atau kerucut lalu lintas dan garis polisi yang tak terpakai, mereka membuat ring berbentuk persegi. Sementara pengurus yang lain sibuk memasang spanduk.
Acara tersebut merupakan sparing terbuka yang sudah cukup rutin digelar. Masyarakat dari kalangan mana pun dibebaskan untuk ikut mendaftar, dengan syarat menguasai teknik dasar bela diri, terutama tinju.
Mereka yang berhasil memenangi pertarungan akan diberi hadiah medali untuk cendera mata. Lewat acara ini, masyarakat diberi wadah untuk mengasah kemampuan dan ketangguhan.
Acara tersebut rencananya akan menghadirkan bintang tamu spesial, yakni seorang preman bernama Koben Pasar Agung. Namun sayang, yang bersangkutan berhalangan hadir. Meski tak dihadiri seorang jagoan, masyarakat setempat tetap antusias memadati Taman Merdeka.
Namun demikian, acara tersebut bukannya tanpa sajian istimewa. Seorang mantan ketua gangster, Rukun Prasetyo hadir mengundang tepuk tangan dan sorak-sorai penonton. Sudah tentu pertarungan Rukun ditempatkan di penghujung acara.
Adapun acara ini menghadirkan delapan pertarungan. Para peserta diwajibkan menggunakan alat pengaman berupa head guard (pelindung kepala tinju), mouth guard (pelindung gigi) dan sarung tangan tinju.
Adapun pertarungan antar peserta didasarkan pada berat badan. Tak hanya orang dewasa, pertarungan tersebut juga diikuti oleh masyarakat dari berbagai usia. Brema, yang masih duduk di bangku SMP, tidak gentar sedikit pun menghadapi lawan yang lebih senior.
“Kalau bisa, gua pengennya sih ronde satu langsung (menang). Gua (kelas) tiga SMP. Gua pengen buktiin kalau SMP, umur itu bukan halangan,” ujar Brema.
Acara kemudian ditutup dengan pertarungan Rukun, mantan ketua gangster asal Ciledug menghadapi Kicong, mantan ketua gangster asal Depok. Semakin malam, lokasi kian padat disesaki masyarakat yang penasaran dengan aksi dua sosok sangar tersebut.
“Oke sih mantap, lawan gue (Kicong) juga mantap. Dia sudah berubah, dari yang tadinya suka ribut di jalanan, tawuran gak jelas, gak dapat apa-apa. Sekarang dia mau belajar latihan tinju, bertarung di atas ring,” ujar Rukun kala ditemui Ludus.id seusai acara.
Rukun, yang sempat menggeluti disiplin bela diri silat, mengaku sudah meninggalkan dunia kekerasan jalanan sejak 2016. Rukun bergabung ke Brenx Street Fighter karena dirinya sudah mulai lelah berjibaku dengan hal negatif tersebut.
“Gua udah mulai capek, gua pikir-pikir kalau tawuran gak dapat apa-apa. Makanya, gua beralih ke hal-hal kaya gini. Dapat medali dan sertifikat. Kasihan nyawa di jalanan,” ucap Rukun.
“Gua gabung (ke Brenx Street Fighter) udah lama, udah hampir setahun. Gua juga udah vakum (tawuran di jalan), terakhir tahun 2016. Sekarang udah stop banget,” tandas pria berusia 33 tahun ini.
Usung misi edukasi
Tak hanya sekadar baku hantam, komunitas Brex Street Fighter mengusung misi edukasi, agar para gangster dan preman segera bertobat dan tidak meresahkan masyarakat. Slogan komunitas yang berbunyi ‘Stop Tawuran’ pun mengajak masyarakat untuk berhenti melakukan kekerasan di jalanan.
“Kita merekrut emang yang benar-benar dari preman, ormas dan gangster. Semua yang pernah berbuat kriminal di jalan atau pelaku tawuran kita rekrut untuk kita beri wadah positif,” ujar Martinus Reynaldi, Ketua Brenx Street Fighter.
“Kami berikan wadah positif dan edukatif juga, lebih produktif juga buat mereka. Jadi buat teman-teman anak muda, kita salurkan kegiatan yang produktif. Jadi emang anggota-anggota kita ini sebagian ormas, sebagian gangster atau preman,” tuturnya kala ditemui Ludus.id seusai acara.
Lebih lanjut, Martin mengakui bahwa anggota komunitasnya memang didominasi oleh mantan pelaku kriminal. Pria asal Manado ini lantas menjelaskan cara dirinya melakukan pendekatan kepada para pelaku kejahatan untuk bergabung ke komunitasnya, alih-alih terus-terusan melakukan tindakan negatif di jalanan.
“Kita gampang untuk membujuk mereka untuk kegiatan positif. Pendekatannya memang di anggota rata-rata pelaku kejahatan. Jadi, untuk jejaring ke preman, gangster dan ormas sangat gampang,” tutur Martin.
“Kita sejauh ini lebih ke entertainment, lebih ke edukasi. Jadi, kita mencegah adanya tawuran. Dengan adanya acara ini, kita berharap tidak ada lagi hal negatif seperti mabuk-mabukan, narkoba dan tawuran. Jadi kita lebih menuju ke edukatif,” lanjut pria berusia 27 tahun tersebut.
“Masyarakat terhibur banget, antusiasmenya luar biasa. Kita gak kepikiran bakal seramai ini,” sambungnya lagi.
Brenx Street Fighter akan menggelar acara yang lebih besar pada Sabtu, 5 Oktober mendatang. Menurut Martin, acara selanjutnya akan menghadirkan lebih banyak mantan ketua gangster.
“Selanjutnya bakal lebih ramai lagi. Ada partai gangster, partai ormas, partai preman. Dan, itu benar-benar pelaku dari preman, ormas juga pelaku dari ormasnya langsung,” ujar Martin.
“Gangster juga kepalanya kita langsung ambil. Itu akan lebih meriah lagi, lebih ramai lagi dan partainya juga akan lebih gila lagi,” tandasnya.