Berstatus sebagai turnamen BWF World Tour Super 1000, Indonesia Open 2024 pastinya menghadirkan sederet pebulu tangkis papan atas dunia di Jakarta. Salah satu yang telah menyelesaikan pertandingan pertamanya adalah Carolina Marin.
Tak bisa dipungkiri, pebulu tangkis putri asal Spanyol itu menjadi salah satu daya tarik badminton lovers untuk hadir ke Indonesia Open 2024. Dan, Marin memastikan bakal berada lebih lama di Jakarta setelah memenangkan laga pertamanya melawan wakil China, Zhang Yi Man.
Meski mendapatkan perlawanan ketat dari Zhang, wanita 30 tahun itu tetap mampu menyelesaikan duel dengan kemenangan straight game 21-16 dan 21-18.
Hasil yang tak mengherankan. Marin merupakan atlet yang lebih berpengalaman dan memiliki peringkat yang jauh lebih tinggi dari Zhang.
Saat ini, Marin menempati peringkat ketiga dunia. Sementara, Zhang berada di urutan ke-17.
Rekor pertemuan pun lebih berpihak kepada Marin yang unggul 4-1 sebelum duel ini dilangsungkan. Satu-satunya kemenangan Zhang atas Marin terjadi pada Hylo Open 2022 saat keduanya berhadapan di babak perempat final.
Walaupun meraih kemenangan, Marin enggan jumawa. Dia mengakui jika partai pertamanya sudah sangat berat lantaran berhadapan dengan wakil China meski bisa dilalui dengan mulus.
“Ini babak pertama yang sangat berat. Namun, saya senang bisa melewatinya dan senang bisa meraih kemenangan,” kata Marin saat diwawancara Ludus.id selepas pertandingan di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu 5 Juni 2024.
“Anda tahu ketika Anda berhadapan dengan pemain China pasti selalu sulit karena mereka tahu cara terbaik menghadapi lawannya. Namun, saya puas saya bisa mengontrol pertandingan hari ini dan mendapatkan kemenangan,” lanjutnya.
Tidak bidik juara
Perempuan bernama lengkap Carolina Maria Marin Martin yang lahir di Spanyol, 15 Juni 1993, merupakan pebulutangkis yang sangat populer di antara pebulu tangkis asal Eropa lainnya. Apalagi, Marin merupakan atlet kelahiran Spanyol, di mana bulu tangkis masih kalah jauh terkenal ketimbang sepak bola.
Kendati demikian, hal itu tak menyurutkan tekad Marin untuk menggeluti bulu tangkis sebagai jalan hidupnya. Padahal, di masa kecilnya, dia merupakan penari Flamenco. Dia meninggalkan dansa agar bisa serius di bulu tangkis pada usia 8 tahun.
Marin bahkan rela meninggalkan keluarganya di Huelva dan merantau ke Madrid demi berlatih bulu tangkis di National Centre. Ternyata, dia tak salah mengambil keputusan.
Pada usia 16 tahun atau tepatnya di 2009, dia menjadi pebulu tangkis Spanyol pertama yang meraih medali perak di Kejuaraan Eropa Junior. Dan di tahun yang sama, dia memenangkan medali emas di Kejuaraan Eropa Junior U-17.
Gelar senior pertamanya diraih pada turnamen Irish Internasional 2009. Memulai langkahnya dari babak kualifikasi, Marin bisa mengalahkan wakil Belanda, Rachel Van Cutsen pada partai final.
Dua tahun berselang, Marin bersama dengan rekan senegaranya, Beatriz Corrales, menciptakan sejarah di bulu tangkis Spanyol setelah menciptakan All Spanish Final di Kejuaraan Eropa Junior di Finlandia, yang dimenangkan oleh Marin.
Tahun demi tahun, kariernya semakin menanjak. Marin terus menunjukkan dominasi dan seakan tak memiliki saingan di bulu tangkis Eropa bahkan dunia kala itu.
Puncaknya, dia berhasil meraih medali emas Olimpiade Rio 2016 usai mengalahkan wakil India, Pusarla V Sindhu, lewat duel rubber game di laga final.
Atlet bertangan kidal itu mampu menempati peringkat satu dunia selama 66 minggu sebelum menurun akibat cedera lutut. Hingga saat ini, selain medali emas Olimpiade, dia telah mengoleksi 2 gelar BWF Grand Prix, 9 BWF International Challenge, 6 BWF Superseries, 10 BWF World Tour, 1 Kejuaraan Eropa Junior, 7 Kejuaraan Eropa, 1 European Games, dan 3 Kejuaraan Dunia.
Namun, dari sekian banyak gelar juara yang telah dirasakan Marin, dia belum pernah sekali pun mengecap kemenangan di Istora yang merupakan venue bersejarah bagi bulu tangkis Indonesia. Baik di Indonesia Open maupun Indonesia Masters.
Dari tiga final yang pernah dijajaki Marin di Istora Senayan, dia selalu gagal keluar menjadi pemenang, dua kali di Indonesia Masters, sekali di Indonesia Open. Khusus Indonesia Open, dia melangkah ke partai puncak pada 2023 namun tumbang dari Chen Yu Fei.
Marin memiliki kesempatan lagi di tahun ini untuk bisa juara di Istora Senayan, tapi dia memilih untuk tak terlalu serius menjalani turnamen ini dan tak mengincar juara.
“Saya ikuti saja setiap babaknya step by step. Saya tak memiliki target untuk mencapai final, memenangkan turnamen, tidak. Saya ingin menjalaninya dari pertandingan ke pertandingan dan lihat saja ke depannya. Tentu, saya ingin memenangkan setiap pertandingan,” ujar dia.
Marin memiliki alasan kuat di balik keputusannya itu. Indonesia Open 2024 dianggap sebagai pemanasan sekaligus persiapannya menghadapi Olimpiade Paris 2024.
“Ya, tentu. Makanya saya tak akan mengeluarkan 100 persen di sini. Saya baru akan 100 persen di Olimpiade. Jadi, ini hanya bagian dari persiapan,” jelas wanita yang dianugerahi penghargaan Princess of Asturias Awards untuk olahraga di 2024 ini.