Turbulensi di klub AS Roma belakangan ini sejenak berhenti. Setelah Ivan Juric dipecat, posisi juru racik tim diberikan kepada Claudio Ranieri. Sebagai pelatih yang sebelumnya pernah dua kali menukangi Giallorossi (2009-2011, 2019), kehadiran Ranieri cukup menghidupkan lagi asa AS Roma.
Ranieri, 73 tahun, diumumkan sebagai pelatih AS Roma pada Jumat (15/11). Mantan pelatih Leicester City itu menggantikan Ivan Juric yang hanya melatih sebanyak 12 pertandingan. Ranieri akan menjadi pelatih kepala hingga akhir musim 2024-2025 dan bakal mengisi posisi eksekutif senior di klub.
Ranieri kembali melatih setelah enam bulan pensiun. Cagliari jadi klub terakhir yang dia tangani. Hasilnya, Cagliari selamat dari zona degradasi.
Kehadiran Ranieri menghidupkan lagi antusiasme di kalangan suporter. Hal ini tergambar dalam sebuah mural besar di kawasan Testaccio. Mural itu menampilkan Ranieri dengan pakaian gladiator yang tengah menggendong anak serigala.
Di luar lapangan Trigoria pun ada spanduk bertuliskan “Anda lagi-lagi tidak mundur. Ranieri, pemimpin abadi.”
Ranieri terkesan dengan sambutan hangat tersebut. Kepada para penggemar, pria berjuluk “Si Tukang Reparasi” itu pun mengatakan sudah punya cara untuk membangkitkan Roma.
“Saya mendapat penghargaan atas pencapaian tujuan tertentu. Saya melakukan ini di Ligue 1 dan Leicester. Saya selalu berupaya untuk berpikir positif sampai akhir,” ucap Ranieri dikutip dari Football Italia.
Empat hal yang harus dibenahi Ranieri
AS Roma tampil buruk di musim ini. Dari 16 pertandingan, Lorenzo Pellegrini dan kolega hanya menang empat kali.
Di Serie A Italia, hingga pekan ke-12, “I Lupi” hanya menang tiga kali, imbang empat kali, dan kalah lima kali. Alhasil, tim ibu kota Italia ini bertengger di peringkat ke-12 di klasemen sementara.
Tentu ini jadi pekerjaan rumah yang cukup sulit bagi Ranieri untuk membalikkan keadaan. Karena itu, ada empat hal yang perlu diperhatikan Ranieri.
Pertama, moral tim. Di tahun ini, Ranieri jadi pelatih keempat Roma. Sebelumnya ada Jose Mourinho, Daniele de Rossi, dan Ivan Juric.
Ranieri harus membawa stabilitas tim. Kemenangan demi kemenangan tentu bakal mengembalikan moral dan mentalitas tim yang merosot.
Kedua, taktik yang tepat. Di era De Rossi, Roma terbiasa bermain dengan empat pemain belakang. Adapun di tangan Juric, Roma terbiasa dengan formasi 3-4-2-1.
Ditanya terkait skema yang tepat, Ranieri mengatakan akan mencoba pendekatan taktik gim per gim. Tergantung siapa lawan Roma.
Ketiga, keteladanan. Mengutip dari Corriere dello Sport, ada sembilan pemain senior yang harus jadi teladan, baik dalam latihan maupun pertandingan. Mereka adalah Mats Hummels, Gianluca Mancini, Mario Hermoso, Bryan Cristante, Angelino, Lorenzo Pellegrini, Stephan El Shaarawy, Paulo Dybala dan Artem Dovbyk.
“Pertama, saya adalah penggemar. Saya ingin para suporter untuk bertahan dengan kami. Main di kandang tapi disiuli pendukung sendiri, rasanya sangat menyakitkan bagi tim.”
Keempat, dukungan dari suporter. Saat tiba di Roma, Ranieri langsung meminta satu hal.
“Pertama, saya adalah penggemar. Saya ingin para suporter untuk bertahan dengan kami. Main di kandang tapi disiuli pendukung sendiri, rasanya sangat menyakitkan bagi tim. Saya percaya dengan keberuntungan jika kita bekerja keras. Saya ingin dukungan dari kalian semua,” kata Ranieri kepada para penggemar.
Mantan pemain Roma, Luca Toni, menyambut baik kehadiran Ranieri.
“Selain pelatih bagus, dia itu sosok psikolog yang bagus. Dia orang yang tepat untuk Roma saat ini. Tapi, dia sendiri tidak akan cukup untuk membawa mereka kembali ke papan atas,” ujar Toni.
Ranieri memang pernah membuat dunia tercengang saat dia membawa Leicester City juara Premier League musim 2015-2016. Namun, hal itu mungkin terlalu tinggi untuk Roma di Italia musim ini.
Para pendukung harus menyadari seorang Ranieri bukanlah panasea untuk mengobati semua penyakit Roma. Namun, jika dia sanggup mengembalikan kestabilan kapal Roma yang tengah oleng, dengan membawa I Lupi ke posisi yang lebih baik di akhir musim ini, jelas itu juga adalah sebuah prestasi.