PP PBSI memiliki tugas berat pada Olimpiade Paris 2024. Mereka dituntut untuk menjaga tradisi emas dari cabang olahraga bulu tangkis pada multievent empat tahunan itu.
Bagaimana tidak, hingga Olimpiade Tokyo 2020 lalu, hanya dari bulu tangkis lah Indonesia bisa membawa pulang medali emas. Dimulai sejak 1972, 20 tahun sebelum bulu tangkis diperhitungkan sebagai olahraga resmi yang terhitung medali, Indonesia sudah akrab dengan medali emas.
Kala itu, nama-nama seperti Rudy Hartono, Ade Chandra/Christian Hadinata, Icuk Sugiarto, dan Utami Dewi berhasil mempersembahkan medali untuk tim Merah Putih. Terakhir, pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang sukses menempati podium tertinggi dan membuat bendera Merah Putih juga lagu Indonesia Raya berkumandang di pesta olahraga paling bergengsi sedunia tersebut.
Maka, tak heran jika bulu tangkis masih menjadi andalan bagi Indonesia untuk merasakan medali emas. Harapan itu seperti yang dilontarkan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Dito Ariotedjo, saat mengukuhkan tim Indonesia untuk Olimpiade Paris 2024.
“Pastinya untuk emas kami berharap banyak dari bulu tangkis dan juga dilihat dari kualifikasi, kami harus jaga di panjat tebing dan angkat besi. Itu cabor yang secara hitung-hitungan punya potensi besar untuk medali,” tutur Dito.
Memang pada tahun ini, Indonesia memiliki peluang lainnya dari panjat tebing dan angkat besi di samping bulu tangkis. Namun, tetap saja bulu tangkis memiliki “tanggung jawab moral” untuk mendapatkan medali emas.
Namun, kondisi sedikit berbeda dihadapi Jonatan Christie dan kolega pada Olimpiade 2024. Itu lantaran prestasi bulu tangkis Indonesia saat ini tengah menurun.
Salah satu sinyal darurat terpampang nyata pada Asian Games 2022 di mana untuk pertama kalinya dalam sejarah keikutsertaan Indonesia di Asian Games, bulu tangkis tak menyumbang satu pun medali.
Padahal, Indonesia masih dihuni sejumlah nama besar seperti Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Gregoria Mariska Tunjung, dan pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Tentu, hasil buruk tersebut tak ingin diulang lagi. Apalagi, Olimpiade merupakan palagan olahraga tertinggi sehingga gengsinya sangat diperhitungkan.
Bahkan, demi menjaga tradisi emas, PBSI sampai membentuk tim Ad Hoc yang berisikan mantan pebulu tangkis nasional yang pernah meraih emas Olimpiade untuk memberikan pengarahan kepada atlet-atlet pelatnas saat ini agar bisa meningkatkan prestasi mereka.
Hasilnya sempat terlihat setelah Jonatan Christie mampu menjuarai All England dan Kejuaraan Asia 2024. Pasangan Fajar/Rian juga sukses mempertahankan gelar setelah meraih medali emas All England 2024.
Namun, tak bisa dipungkiri jika performa atlet pelatnas masih naik turun. Buktinya, mereka tak mampu meraih satu medali pun pada gelaran Indonesia Open 2024. Bahkan, perjalanan mereka sudah terhenti sejak babak perempat final.
Padahal, Indonesia Open 2024 bisa dibilang menjadi test event bagi para pebulu tangkis nasional lantaran lawannya tak jauh berbeda dengan yang akan dihadapi di Olimpiade.
Jelang keberangkatan pun, PBSI sampai menggelar doa bersama yang dipimpin oleh enam pemuka agama, yakni Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan Konghucu. Keenam pemuka agama tersebut dihadirkan sebagai salah satu upaya agar tim bulu tangkis Indonesia bisa meneruskan tradisi emas.
“Momen doa bersama ini menjadi bentuk menyerahkan semua kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga perjuangan dan kerja keras yang sudah kami lakukan mendapatkan berkah dan ridho dari Allah SWT,” kata Sekretaris Jenderal PP PBSI, Komjen Pol Muhammad Fadil Imran.
“Kami mohon dukungan dari seluruh bangsa Indonesia. Semua usaha telah kami lakukan karena Olimpiade tak hanya soal teknis tapi juga mental dan psikologis. Saya pesan ke atlet untuk bermain dengan gembira, nyaman, rileks, dan yakin karena kami telah bekerja keras selama bertahun-tahun dan mempersiapkannya dengan sangat serius. Semoga lagu Indonesia Raya berkumandang dan bendera Merah Putih berkibar di Paris,” tambahnya.
Fadil juga cukup yakin dengan peluang bulu tangkis Indonesia di Olimpiade Paris 2024.
“Saya harap akan ada hasil seperti yang kita semua harapkan. Minimal, tradisi mendapatkan medali bisa dipertahankan,” tutur pria 55 tahun ini.
Adakan pemusatan latihan di Chambly
Sebagai salah satu tumpuan Indonesia, tim bulu tangkis menjadi rombongan yang paling pertama berangkat ke Prancis. Keberangkatan dilakukan pada sore ini, Sabtu (13/7), dari Bandara Soekarno-Hatta.
Tim bulu tangkis Indonesia dibagi menjadi dua kloter. Kloter pertama menggunakan maskapai Emirates EK357. Sementara, kloter kedua menaiki maskapai Qatar Airways QR957.
PBSI memberangkatkan tim sebanyak 49 orang, yang terdiri dari sembilan atlet, lima pelatih teknik, tiga pelatih fisik, tim pendukung seperti fisioterapis, masseur, dokter, psikolog, tim latih tanding, dan para mentor. Seluruhnya akan melakukan pemusatan latihan (TC) di Chambly, Prancis, selama 10 hari sebelum masuk ke athlete village pada 24 Juli 2024.
TC ini dilakukan agar para atlet bisa beradaptasi sebelum bertanding mulai 27 Juli – 5 Agustus.
“Kami memang membawa tim yang lumayan besar untuk TC. Tapi, setelah masuk ke athlete village pada 24 Juli, sebagian akan kembali ke Jakarta,” kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Ricky Soebagdja.
Di momen yang sama, pemain ganda putra Indonesia, Fajar Alfian, meminta dukungan dan doa kepada masyarakat Indonesia agar bulu tangkis bisa meraih prestasi tertinggi di Olimpiade Paris 2024.
“Hari ini kami berangkat menuju Olimpiade Paris 2024. Mohon doa dan dukungan agar kami diberikan kelancaran di perjalanan dan bisa memberikan prestasi terbaik untuk Merah Putih,” ucap Fajar.