Dewi Fortuna yang Masih Naungi Timnas Inggris dan Gareth Southgate

Kredit foto: Instagram @england
Pemain Inggris merayakan kemenangan atas Swiss lewat babak adu penalti.

Permainan yang monoton dan membosankan, kurang klinis, serta minim mencetak gol sepanjang turnamen, tapi timnas Inggris masih dinaungi Dewi Fortuna dalam kiprahnya di Euro 2024. Buktinya, The Three Lions terus melaju hingga semifinal.

Menghadapi Swiss pada babak perempat final di Esprit Arena, Jerman, Sabtu (6/7), Inggris terlihat kewalahan dalam meladeni permainan terbuka yang diterapkan Swiss. Tim berjuluk Nati itu berani tampil menekan meski mengetahui kualitas pemain yang dimiliki lawan.

Strategi itu terbukti membuat pasukan Gareth Southgate kepayahan dalam upaya mendominasi permainan. Terbukti, The Three Lions hanya bisa melepaskan tiga tembakan tepat sasaran ke gawang Swiss, begitu pun sang lawan yang juga dijuluki Rossocrociati.

Swiss bahkan sempat mengejutkan Inggris dan membuat para pendukungnya terdiam setelah Breel Embolo mengoyak gawang Jordan Pickford pada menit ke-75. Beruntung, Bukayo Saka mampu memperpanjang napas Inggris lewat sepakan spektakulernya lima menit berselang.

Skor 1-1 membuat duel memasuki babak tambahan waktu. Sial, tak ada satu pun gol tambahan sehingga pemenang harus ditentukan melalui adu penalti.

Di babak penentuan, lima penendang Inggris, yakni Cole Palmer, Jude Bellingham, Bukayo Saka, Ivan Toney, dan Trent Alexander-Arnold sukses melesakkan bola ke gawang yang dikawal Yann Sommer.

Sebaliknya, hanya tiga algojo Swiss, yaitu Fabian Schar, Xherdan Shaqiri, dan Zeki Amdouni yang mampu menempatkan bola di gawang Inggris. Sementara, tembakan Manuel Akanji bisa diblok oleh Pickford.

Kemenangan 5-3 di babak tos-tosan membuat Inggris kembali melaju ke semifinal Euro untuk kedua kalinya secara beruntun. Selangkah lagi, The Three Lions berkesempatan untuk melaju ke final seperti yang dicapai pada Euro 2020 silam.

Manajer Inggris, Gareth Southgate, mengaku sangat bangga terhadap anak-anak asuhnya. Dia tak mempermasalahkan performa Harry Kane cs yang sulit mencetak gol. Bagi Southgate, hal yang terpenting ialah bisa meraih kemenangan.

“Saya rasa para pemain sangat brilian. Ini pertandingan terbaik yang kami mainkan (selama Euro 2024). Kami menyulitkan mereka. Swiss adalah tim yang bagus, sulit untuk ditekan, bertahan dengan baik, dan pergerakan mereka sangat bagus,” kata manajer asal Inggris dikutip situs resmi UEFA.

“Untuk bisa bangkit, dan menunjukkan karakter dan ketangguhan yang kami miliki. Memenangkan turnamen bukan hanya soal bermain bagus, Anda harus menunjukkan semua atribut yang lainnya,” tambah dia.

Di sisi lain, pelatih Swiss, Murat Yakin, mengatakan hasil ini sangat mengecewakaSebab, dia menilai Swiss tampil lebih baik ketimbang lawannya selama 120 menit. Namun, dia tetap bangga dengan performa yang ditunjukkan Granit Xhaka dan kolega di laga ini dan di sepanjang Euro 2024.

“Ini sangat menyakitkan. Kami berusaha sangat keras di laga ini dan membuat begitu banyak peluang. Saya turut sedih untuk anak-anak dan untuk negara ini,” tutur Yakin.

“Inggris tak banyak mencetak peluang dan kami menciptakan lebih banyak peluang untuk kami sendiri. Kami tak pantas pulang tapi kami bisa bangga. Inggris juga tak pantas kalah tapi harus ada yang pulang,” jelasnya.

Masih Dinaungi Dewi Fortuna

Kiprah Inggris di Euro 2024 bisa dibilang merupakan sebuah keberuntungan. Bagaimana tidak, sedari awal turnamen, penampilan mereka jauh dari kata meyakinkan.

Di laga perdana Grup C, Inggris hanya meraih kemenangan tipis 1-0 atas Serbia. Kemudian, mereka meraih dua kali imbang, 1-1 kontra Denmark dan tanpa gol melawan Slovenia.

Memasuki fase gugur, Inggris harus melewati babak tambahan waktu sebelum memastikan kemenangan 2-1 atas Slovakia dan terakhir, memastikan tiket ke semifinal usai menang 5-3 di babak adu penalti setelah bermain imbang 1-1 kontra Swiss.

Dengan sederet hasil tersebut, Inggris bisa dibilang seperti disukai oleh Dewi Fortuna yang dikenal sebagai dewi keberuntungan. Sebab, dengan performa yang ditampilkan sepanjang turnamen, sangat mengejutkan mereka bisa menembus empat besar.

The Three Lions tak pernah mampu mencetak lebih dari satu gol dalam waktu normal. Lini serang mereka juga teramat tumpul lantaran kepayahan dalam urusan mencetak gol yang seharusnya menjadi tugas utama dari para striker.

Kredit foto: Instagram @england
Pemain Inggris Ivan Toney dan Declan Rice merayakan kemenangan atas Swiss.

Belum lagi, Inggris juga terhindar dari skema neraka di babak gugur yang dihuni sejumlah negara besar. Praktis, sejak awal turnamen berjalan, ujian sesungguhnya baru akan dihadapi Inggris ketika menginjakkan kaki di semifinal.

Di babak empat besar, mereka akan bersua Belanda sebagai lawan yang memiliki level setara dengan The Three Lions. Andai performa mereka masih sama dan ujian tersebut berhasil dilewati untuk lolos ke final, Inggris memang benar-benar dinaungi oleh Dewi Fortuna.

“Kami menjalani laga berat lainnya dan pertama-tama saya kagum dengan ketangguhan tim ini untuk membalikkan keadaan. Untuk mendapatkan gol dan sebuah penyelesaian yang fantastis dari Bukayo Saka,” kata sang kapten, Harry Kane.

“Penalti adalah penalti. Saya merasa telah mempersiapkannya tapi saya ada di bangku cadangan. Kami percaya siapa pun yang ada di lapangan dan perbedaan dengan tahun sebelumnya adalah kami memiliki penendang yang lebih meyakinkan,” ujarnya.

Pembuktian Kualitas Bukayo Saka  

Inggris memang tampil di bawah standar. Namun, satu pemain ini tak bisa dianggap remeh.

Dia adalah Bukayo Saka. Sosok yang tak tergantikan di sisi kanan penyerangan The Three Lions.

Sejak kemunculan dirinya pada Euro 2020 silam, Saka selalu menjadi pilar yang tak penah ketinggalan membela Inggris. Kini, dia kembali membuktikan bahwa dirinya adalah pemain penting bagi skuad asuhan Gareth Southgate.

Satu gol Saka pada menit ke-80 menjadi awal bagi Inggris untuk membalikkan keadaan. Mereka memaksa pemenang duel ditentukan lewat adu penalti.

Saka maju sebagai penendang ketiga. Kali ini, dia berjalan dengan percaya diri dan sukses menaklukkan Yann Sommer. Dalam tendangan itu, Saka seakan menunjukkan dirinya kini sudah jauh berbeda dengan Euro 2020 lalu.

Kala itu, pemuda yang kini berusia 22 tahun maju sebagai penendang penentu yang sialnya tembakannya bisa ditepis oleh Gianluigi Donnarumma dan memaksa Inggris gigit jari di hadapan pendukung sendiri.

Kredit foto: Instagram @england
Winger Inggris, Bukayo Saka, selepas melakukan tendangan penalti vs Swiss.

Saka menjelma sosok penting yang mengantarkan timnya menembus semifinal dalam dua edisi beruntun. Tentu itu saja belum cukup mengingat negara sebesar Inggris memiliki target untuk menjadi juara.

“(Tekanan mengambil penalti) adalah sesuatu yang saya terima. Anda gagal sekali, tapi saya adalah salah satu dari sedikit orang yang mau menempatkan diri saya di posisi seperti itu lagi,” kata Saka.

“Saya tahu ada banyak orang yang gugup ketika menyaksikannya, seperti keluarga saya. Tapi, saya coba tetap tenang dan menuntaskan penalti saya,” tambahnya.

Pemain yang memiliki nama lengkap Bukayo Ayoyinka Temidayo Saka sudah membela Inggris sejak usia muda, tepatnya pada 2016, ketika masih menginjak usia 15 tahun. Lulusan akademi Arsenal itu sudah menonjol sejak belia.

Anak dari pasangan Adenike dan Yomi Saka sudah mendapatkan kontrak profesionalnya pada usia 17 tahun. Dengan kualitas yang dimilikinya, pemuda kelahiran Ealing, Inggris, 5 September 2001, itu sudah naik ke tim senior Arsenal tak lama setelah mendapatkan kontrak.

Tahun berjalan, Saka menjadi pilar tak tergantikan di skuad The Gunners. Dia bahkan sudah mencatatkan 226 penampilan dengan 58 gol buat tim Meriam London.

Saka juga turut mempersembahkan satu Piala FA dan dua Community Shield buat Arsenal.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.