Aikido mungkin kalah populer dengan bela diri seperti karate, taekwondo, ataupun judo. Namun, Aikido punya makna dan filosofi mulia dan itu yang dijalankan oleh Dojo Aikido Okami atau Okami Aikido Dojo.
Okami Aikido Dojo merupakan klub yang mengajarkan Aikido kepada masyarakat. Berdiri sejak 2017, Okami sudah memiliki dua dojo (tempat latihan) di Kelapa Gading, Jakarta Utara dan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Dojo atau tempat latihan ini tidak hanya mengajarkan bela diri, tetapi juga filosofi dan nilai-nilai Aikido yang sudah ditanamkan turun temurun dari Morihei Ueshiba, penemu Aikido yang juga disebut o-Sensei.
Ueshiba menginginkan Aikido tidak hanya sebagai sebuah seni beladiri, tetapi juga ekspresi falsafah pribadinya yang bersifat damai dan universal. Seumur hidupnya, Ueshiba dan murid-muridnya telah menyebarkan Aikido dengan cara mendidik dan menciptakan murid Aikido di belahan dunia.
Pendiri Okami Aikido Dojo, Heri Yanto Tjeng, memakai nama Okami bukan tanpa arti. Okami memiliki makna serigala punya naluri menjaga kelompoknya, suatu nilai-nilai yang juga diajarkan dalam Aikido.
“Itu menginsipirasi saja menggunakan nama Okami di dojo saya. Sebagai Dojo Cho (Kepala Dojo), saya ingin memantau murid didik,” ujar Heri Yanto kepada Ludus.id.
Awalnya, Heri enggan membuka dojo sendiri karena merasa dirinya belum layak secara ilmu. Bagi Heri, membuka dojo buka sekadar menyediakan tempat saja, tapi juga harus bisa menghidupi dojo tersebut, baik dengan kegiatan dan ilmu.
“Sampai pada suatu waktu, saya bersama guru saja ke Kelapa Gading untuk mencari tempat untuk dojo. Saya akhirnya mengikuti saran dari guru saya dan waktu itu, mungkin sudah waktunya juga, dan masih berjalan hingga sekarang,” ujar Heri.
Heri membuka Okami Aikido Dojo pertama di Kelapa Gading. Lalu ia juga membuka dojo di Cempaka Putih. Bahkan pada Januari 2024, ia berencana akan membuka satu dojo lagi di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur.
Hal ini tentu usai melihat antusiasme masyarakat Indonesia, khususnya DKI Jakarta akan olahraga bela diri Aikido ini.
Aikido masuk ke Indonesia diperkirakan sama dengan bela diri Karate pada era 1960an. Namun, Aikido tidak sepopuler Karate ataupun olahraga bela diri lainnya.
“Perkembangan Aikido di Indonesia cukup ramai sekarang. Memang, bela diri ini belum setenar karate, taekwondo, judo, ataupun silat yang bisa dibilang ada di setiap sekolah-sekolah sebagai ekstrakulikuler,” jelas Heri.
Heri melihat, Aikido mulai diminati oleh masyarakat Indonesia karena sosok aktor Steven Seagal. Aktor berusia yang kini berusia 71 tahun itu kerap menunjukkan jurus-jurus Aikido dalam film-filmnya.
“Sejak itu, masyarakat mulai mencari tahu Aikido karena faktor Seagal. Kini Aikido mulai banyak peminatnya,” ucapnya.
Meningkatnya minat Aikido membuat Heri mulai memasarkan Okami Aikido Dojo miliknya agar semakin dikenal masyarakat. Ia memanfaatkan media sosial sebagai cara memperkenalkan dojo-nya dan Aikodo secara umum.
“Selain membuka dojo di beberapa tempat dan media sosial, Okami juga memperkenalkan diri dengan banner dan juga dari mulut ke mulut karena Aikido informasinya masih terbatas,” ucapnya.
Cara tersebut cukup berhasil. Okami Aikido Dojo kini memiliki murid atau anggota yang cukup banyak. “Untuk anggota Okami Dojo kurang lebih ada 30-an murid. Jumlahnya naik turun karena ada yang keluar masuk karena kuliah ataupun pekerjaan,” jelas Heri.
Okami Aikido Dojo membuka siapa saja yang ingin belajar Aikido untuk bergabung. Heri mengatakan bahwa dojo-nya diperuntukan siapa saja untuk belajar Aikido, baik yang belum bisa bela diri ataupun yang sudah mempelajari bela diri lainnya.
Heri juga tidak mau mematok biaya pendaftaran yang tinggi karena ia ingin semua kalangan bisa mempelajari Aikido. “Silahkan datang ke Okami Aikido Dojo, tidak ada persyaratan khusus kita terima dan nanti kita teknik pembelajarannya kita sesuaikan,” tutur Heri.
Pendaftaran untuk masuk Okami Aikido Dojo dikenakan biaya sekitar Rp200 ribuan. Heri tidak mau mematok biaya yang tinggi karena ia mendirikan dojo ini niatnya untuk melatih Aikido dan membagikan ilmu yang ia punya.
“Itu yang ditekankan guru saya, kalau buka dojo itu niatnya memang membagikan ilmu. Makanya soal iuran itu sewajarnya saja, tujuan utamanya bukan itu karena saya ingin memberikan apa yang saya punya kepada murid,” jelas Heri.
Bukan Bela Diri Prestasi
Aikido tidak seperti karate, taekwondo, Judo, atau silat yang punya pertandingan prestasi. Aikido tidak punya pertandingan prestasi.
Aikido lebih fokus kepada aspek spirit dari martial art dan pelatihan body and mind secara seimbang. Tidak dipertandingkan untuk prestasi juga menjaga marwah Aikido sebagai bela diri.
Secara karakter Aikido bukan dengan mengalahkan dan menghancurkan lawan murid akan terlihat dominan. Aikido tidak berjiwa seperti itu.
Karakter bela diri Aikido adalah harmonisasi antara uke (penyerang) dan nage (pelaku teknik) dan menghentikan niat jahat uke tanpa melukai.
Jika bela diri lain memiliki turnamen prestasi, Aikido memiliki embukai atau demonstrasi teknik-teknik gerakan, yang mana semakin seseorang menguasai teknik akan terlihat gerakan yang semakin mengalir dan relax.
Hal inilah yang selalu Heri sampaikan kepada calon murid dan orang tua ketika akan bergabung dengan Okami Aikido Dojo. Ia menyampaikan kepada murid bahwa olahraga ini bukan bela diri prestasi.
“Saya selalu sarankan jika ingin mengejar prestasi bisa coba di Karate, Taekwondo, dan lainnya. Jadi saya tidak ingin anak didik saya masuk ke Okami Aikido Dojo tetapi tidak sesuai ekspektasinya. Kita beritahu di awal bahwa Aikido ini lebih banyak latihan untuk ujian kenaikan (sabuk),” jelas Heri.
Ujian yang dimaksud adalah kenaikan tingkatan. Sistem tingkatan yang harus dilalui oleh murid Aikido hampir sama dengan yang digunakan oleh seni bela diri asal Jepang lainnya, yaitu sistem Kyu (mudansha, tidak memiliki dan) untuk tingkat dasar dan Shodan (yūdansha, memiliki dan = ahli) untuk tingkat mahir.
Bagi yang berada di tingkat Kyu 6 sampai Kyu 4 menggunakan tanda berupa sabuk yang berwarna putih, sementara yang mencapai tingkatan Kyu 3 sampai Kyu 1 menggunakan sabuk berwarna cokelat.
Shodan adalah tingkatan yang selanjutnya; murid yang mencapai tingkatan ini memakai sabuk berwarna hitam serta aksesoris tambahan berupa celana panjang bernama hakama. Celana ini biasa dipakai oleh para samurai pada zaman dahulu.
Selain itu, Heri mengatakan bahwa ada pula aliran di Aikido yang bersifat kompetisi. Aliran tersebut adalah Tomiki Aikido atau Shodokan Aikido yang bisa juga disebut Aikido Kyogi dan memiliki arti Olahraga Aikido. Aliran tersebut diciptakan oleh Kenji Tomiki dan sudah dikenal sejak 1958.
Selain aliran Shodokan Aikido, tidak ada lagi aliran Aikido seperti Iwama, Aikikai, ataupun Yoshikan yang menggelar kejuaraan seperi Shodokan.
“Makanya Aikido tidak ada di event-event seperti SEA Games dan sejenisnya. Hanya aliran Tomiki yang ada kejuaraannya, selebihnya sepengetahuan saya selain aliran itu tidak ada pertandingan prestasi. Aikido murni untuk kesehatan tubuh dan bela diri serta membangun jaringan,” jelasnya.
Meski bukan termasuk bela diri prestasi, ia memiliki harapan dojo-nya bisa berkembang. Bukan perkara mudah memang memasarkan Aikido di tengah bela diri populer yang memang berorientasi prestasi.
Heri berupaya mengembangkan dojo-nya, tetapi tidak meninggalkan filosofi berbagi yang ada di Aikido. “Pastinya saya ingin Okami Aikido Dojo berkembang dan saya bisa memberikan wawasan Aikido kepada anak didik saya. Semoga ilmu yang saya sampaikan berguna,” tukasnya.