Sebelum heatwave atau gelombang panas jadi kosakata yang kerap terdengar belakangan, atlet tenis Dominic Thiem sudah lebih dulu menaruh perhatian pada salah satu gejala kerusakan alam tersebut.
Heatwave menjadi diksi yang populer pada beberapa bulan terakhir. Bukan sebuah tren yang didambakan, tetapi merupakan dampak buruk dari kehidupan yang sebenarnya sudah lebih dulu tenar dengan istilah pemanasan global.
Thiem sudah lama menyoroti masalah kerusakan alam yang menyebabkan perubahan iklim. Petenis yang pernah menduduki peringkat tiga dunia itu memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah yang kini bahkan sudah merenggut nyawa, seperti yang terjadi di Thailand beberapa bulan lalu, atau di Amerika Serikat dan India pada beberapa tahun belakangan.
Bagi Thiem jelas, gelar juara paling bergengsi di kancah tenis dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan menjaga lingkungan.
“Menjadi juara US Open jelas sesuatu yang luar biasa. Tetapi itu lebih ke capaian individu dan Anda tidak bisa membandingkannya dengan menjaga laut dan lingkungan kita karena seluruh masa depan di planet ini bergantung pada hal tersebut,” tutur Thiem dalam Kosmos Sports Summit yang dilansir Olympics.
Thiem tak sembarang omong karena ia pernah menggengam gelar US Open pada 2020. Ketika itu Thiem adalah unggulan kedua, di bawah Novak Djokovic. Pesaing kelas top lainnya pada saat itu adalah Daniil Medvedev (unggulan ketiga), Stefanos Tsitsipas (4), dan Alexander Zverev (5).
Thiem melangkah pasti dari babak pertama. Dari menundukkan pemain-pemain non-unggulan, pemain yang tergolong aggressive baseline player itu kemudian bertemu nama tenar ketika pertandingan memasuki fase yang lebih tinggi.
Marin Cilic dikalahkan pada babak ketiga, kemudian Medvedev diredam pada semifinal, dan Zverev dipaksa menyerah pada laga puncak.
US Open adalah salah satu gelar yang masuk dalam tataran Grand Slam dan memiliki gengsi tersendiri selain Australia Open, Roland Garros, dan Wimbledon.
Ucapan Thiem soal perbandingan US Open dan lingkungan menggambarkan visinya yang jelas soal keberlangsungan hidup di bumi.
“Jika saya bisa membuat sedikit perubahan [dalam meningkatkan kesadaran dan membawa perubahan soal kelestarian alam] itu akan menjadi sukses sepanjang masa,” terang Thiem.
Kata-kata tanpa aksi adalah omong kosong. Thiem bukan orang yang gemar berkoar belaka. Thiem adalah salah satu atlet pelopor yang mengusung Asosiasi Tenis Profesional (ATP) bergabung dengan gerakan Olahraga untuk Aksi Iklim PBB. Dengan komitmen itu, ATP bakal berusaha mencapai Net Zero Emission pada 2040.
Kondisi nol emisi karbon adalah ketika jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap bumi. Ini bertujuan untuk menekan pencemaran lingkungan yang berpotensi mengakibatkan pemanasan global.
Thiem menilai kerusakan alam sudah dirasakan di dunia tenis. Hawa yang kian panas dirasakan atlet dan penonton. Cuaca tak menentu juga memengaruhi jadwal pertandingan. Oleh sebab itu atlet yang terjun ke tenis profesional pada 2011 itu memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan.
“Perubahan iklim adalah satu-satunya tantangan terbesar di zaman kita. Di tenis, kami sudah merasakan dampaknya. Gelombang panas, kebakaran hutan, banjir. Waktu hampir habis untuk melindungi planet dan hewan-hewan. Semua tergantung pada kita untuk menemukan solusinya,” ujar Thiem dalam sebuah video promosi soal dukungan ATP kepada Aksi Iklim PBB.
“Sekecil apapun. Ini saatnya untuk bertindak. Berpikir besar, lakukan yang kita bisa, dan bekerja sama,” katanya menutup promo tersebut.
Tak heran bila Thiem menyebut soal aksi-aksi kecil yang bisa berdampak besar karena ia pun turut berupaya melalui tindakan individual semampunya guna mencegah perubahan iklim.
Jalan yang ia pilih adalah dengan mengatur pola makan. Ketika musim pertandingan berakhir, Thiem mengurangi konsumsi daging dan ikan dengan harapan bisa menekan praktik pertanian intensif yang bisa membuat kerusakan besar terhadap iklim.
Hal yang tak kalah penting adalah deklarasi Thiem soal perang melawan plastik. Thiem bahkan mendirikan organisasi bernama ‘4ocean’ yang bertujuan melindungi lautan di dunia dan menciptakan ekosistem yang lebih sehat bagi kehidupan. Dalam dua tahun, mereka telah memindahkan empat juta sampah dari lautan dan tepi pantai.
Sebagai langkah lanjutan, Thiem juga berkolaborasi dengan produk olahraga kenamaan untuk mendaur ulang sampah yang didapat dari laut dan pantai.
“Olahraga adalah panggung besar, basis penggemar terbesar. Untuk menjaga planet ini dan membalikkan keadaan, sekaranglah waktunya,” tegas Thiem.