Eddy Saddak dan Cinta Sepanjang Hayat pada Olahraga Berkuda

Kredit foto: Instagram @aragonstable
Pegiat olahraga berkuda, Eddy Saddak, bersama dengan kuda dari Aragon Stable.

Cinta adalah anugerah terindah dari Tuhan kepada manusia. Cinta hadir tak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga terhadap makhluk Tuhan lainnya.

Cinta juga yang mengantarkan seorang Mohammad Chaidir Saddak atau yang biasa disapa Eddy Saddak untuk menekuni olahraga berkuda hingga usianya kini sudah tak muda lagi.

“Takdir sepertinya ya, karena sulit kalau dijelaskan pakai logika. Terkadang saya juga merasa kok bisa sampai begini,” ujar Eddy Saddak saat diwawancarai Ludus.id.

Berkuda bisa dibilang menjadi cinta pertama Eddy Saddak lantaran dia gemar menunggang kuda sejak kecil. Eddy Saddak sudah akrab dengan kuda sejak usianya masih sekitar 4-5 tahun.

Kala itu, sekitar tahun 1960-an, Eddy Saddak kerap bermain kuda bersama dengan teman-temannya. Dari situlah kecintaan Eddy Saddak terhadap kuda mulai tumbuh.

“Saya sudah senang naik kuda sejak kecil pas usia 4-5 tahun. Kami dulu sama teman-teman suka main kuda di Taman Ganesha Bandung sampai jatuh-jatuh, makanya tangan saya ada bekas luka,” ujar Eddy Saddak.

Eddy Saddak semakin menyukai olahraga ini setelah dia diajak untuk menyaksikan pacuan kuda pada usia delapan tahun di wilayah Bandung. Yang terjadi selanjutnya pun sudah bisa ditebak, Eddy Saddak pun semakin dalam untuk menggeluti olahraga ini.

Sebenarnya, kecintaan pengusaha pertambangan itu terhadap kuda juga mendapatkan pengaruh yang besar dari orang tuanya, terutama sang ayah yang juga memiliki kuda. Salah satunya dinamakan Sandul.

Dari situ, orang tuanya sampai mendirikan sebuah stable yang dinamakan Savoy Stall sekitar tahun 1970-an yang menjadi cikal bakal Aragon Stable.

“Januari 1988 baru berubah nama menjadi Aragon Stable,” ungkap Eddy Saddak.

Tak puas hanya mengurus kuda keluarga, Eddy Saddak pun mulai memberanikan diri untuk memiliki kudanya sendiri. Akhirnya, pada 1971, dia membeli kuda pertamanya yang berwarna cokelat susu, biasa disebut kuda bopong, dan lantas diberi nama Elkano.

Kredit foto: Instagram @aragonstable
Eddy Saddak selalu punya berwarna coklat susu yang diberi nama Elkano.

Saking cintanya pada kuda tersebut, Eddy Saddak pun selalu memiliki kuda yang serupa dan selalu diberi nama Elkano.

“Sekitar tahun 1971, ada kuda tingginya cuma 128 cm warnanya cokelat susu, kami sebutnya kuda bopong. Itu kuda pertama saya dan saya sangat suka warnanya. Makanya, di stable saya selalu ada kuda warna cokelat susu karena saya suka dan mengingatkan saya kepada kuda pertama saya dan namanya selalu Elkano,” ucap Eddy.

Berawal dari satu kuda, Eddy perlahan menambah lagi koleksi kudanya. Terlebih, ketika Aragon Stable sudah semakin besar sampai saat ini memiliki lebih dari 180 ekor kuda di Indonesia dan ada sekitar 21 ekor yang ditempatkan di Belanda.

“Saya mendirikan Aragon ini pelan-pelan, dari kecil sampai besar. Mungkin ada yang membesarkan stable-nya dalam waktu singkat, kalau saya memilih untuk membesarkannya pelan-pelan,” kata Eddy.

“Makanya, kalau ada yang melihat Aragon Stable sekarang besar, itu sudah hampir 40 tahun. Tapi, insyaallah dengan cara begitu mengurusnya bisa jadi lebih langgeng usia stable-nya,” tambahnya.

Mulai Aktif Mengirim Atlet untuk Berkompetisi di Eropa

Eddy Saddak tak hanya membesarkan Aragon Stable untuk sekadar memenuhi hobinya, tapi juga secara prestasi. Kerap terlihat beberapa prestasi yang pernah diraih tim Aragon Stable Indonesia yang terekam dalam media sosial pribadi @aragonstable.

Tak hanya kerap berkompetisi di dalam negeri, pria yang pernah menjadi ketua umum Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia selama dua periode itu juga mulai fokus untuk mengirimkan beberapa atlet dan kudanya untuk bertanding di Eropa. Bahkan, ada beberapa kudanya yang memang dititipkan di salah satu stable di Belanda.

Salah satu atlet dari Aragon Stable adalah Brayen Nathan Brata Coolen yang memang memilih untuk tinggal di Belanda untuk berlatih sekaligus memudahkan dirinya untuk mengikuti pertandingan di Eropa. Dia juga yang mewakili Indonesia di Asian Games Hangzhou 2022 untuk bertanding di cabang olahraga Equestrian nomor Individual Jumping.

Kredit foto: Instagram @aragonstable
Eddy Saddak menemani tim NOC Indonesia di Asian Games Hangzhou 2022.

Eddy mengatakan pengiriman atlet untuk berlatih di luar negeri ini menjadi salah satu program yang dia jalankan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas atlet dan olahraga berkuda nasional agar bisa bersaing di level yang lebih tinggi.

“4-5 tahun belakangan saya sudah aktif di Eropa untuk Equestrian. Karena harapan saya, lolos kualifikasi Olimpiade saja untuk saya sudah bagus, tak perlu sampai medali,” kata Eddy.

“Makanya, Asian Games Hangzhou kemarin walaupun persiapannya setengah-setengah yang penting atletnya ada, setelahnya baru dievaluasi,” jelasnya.

Selain itu, Aragon Stable juga telah bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk bersama-sama mengembangkan Equine Breeding dan Research Center yakni pengembangan reproduksi kuda melalui teknologi inseminasi buatan dan embrio transfer.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.