Eksperimen Gareth Southgate Terlalu Berbahaya, Timnas Inggris Ditertawakan Jelang Euro 2024

Kredit foto: beIn Sports
Gareth Southgate mengasuh sesi latihan Timnas Inggris.

Pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate tak sadar, para suporter seharusnya disuguhi hidangan sepak bola, bukan eksperimen berbahaya. Jelang Euro 2024, Southgate malah asyik bereksperimen dengan wajah-wajah muda. Padahal publik sepak bola Inggris masih menantikan tim kebanggaannya mengakhiri puasa gelar juara. Tim-tim rival pun tertawa dibuatnya.

Dari yang semula diselimuti euforia final Liga Champions 2023-2024, aura Wembley Stadium, London, tiba-tiba berubah menjadi kelabu. Waktu pertandingan Timnas Inggris kontra Islandia masih menunjukkan menit ke-85, namun para suporter sudah beranjak meninggalkan tribune.

Southgate disoraki oleh para suporter yang masih duduk di tribune. Sementara di media sosial, pria berusia 53 tahun itu dibanjiri kritikan dan hujatan. Persiapan Inggris jelang keberangkatan ke Jerman dianggap berantakan.

Jawabannya tentu tak lain dan tak bukan adalah performa kurang meyakinkan dari timnas Inggris. Sabtu (8/6) dini hari WIB, Inggris dipecundangi Islandia yang bahkan tak ikut serta dalam Euro 2024.

London sepi senyap usai Jon Dagur Thorsteinsson menceploskan bola ke gawang yang dikawal Aaron Ramsdale di menit ke-12. Thorsteinsson leluasa menemukan ruang tembak di sisi kanan pertahanan Inggris.

Kredit foto: @footballiceland
Jon Dagur Thorsteinsson sebelum melepaskan tembakan mimpi buruk bagi Timnas Inggris.

Tembakan keras mendatar pun menghujam gawang Ramsdale. Bek Inggris seolah tidak menduga bahwa Thorsteinsson akan menembakkan bola dengan keras. Padahal ruang tembak terbuka dengan sebegitu lebarnya.

Usai unggul cepat di babak pertama, Islandia merapatkan pertahanan. Tim asuhan Age Hareide menerapkan pertahanan berlapis. Total delapan pemain Islandia berada di kotak penalti sendiri. Blok pertahanan rendah tak mampu dibongkar Harry Kane dan kolega.

Sepanjang paruh pertama, Inggris sejatinya memiliki beberapa peluang terbuka. Namun pengambilan keputusan dan penyelesaian akhir jauh dari kata matang. Inggris menguasai bola dengan persentase 69 persen. Akan tetapi, dari banyaknya jumlah itu, Inggris hanya mampu melesakkan satu tembakan tepat sasaran.

Sebaliknya, Islandia yang memegang penguasaan bola hanya 31 persen berhasil melesakkan empat tembakan tepat sasaran. Hal ini menunjukkan ada yang salah dari Inggris.

Permainan Inggris membaik saat Southgate memasukkan Trent-Alexander Arnold, menggantikan Kyle Walker pada menit ke-65. Bek kanan milik Liverpool ini memiliki atribut setara gelandang perihal kreativitas serangan.

Terbukti, meski hanya di lapangan selama 25 menit, Alexander Arnold mampu menciptakan tiga peluang, sebagaimana catatan Squawka. Namun, semua sudah terlambat. Andai saja pemain berusia 25 tahun ini diturunkan sejak menit awal, arah pertandingan boleh jadi akan berbeda.

Eksperimen Berbahaya Southgate

Southgate bereksperimen dengan banyaknya remaja tanpa pengalaman di skuad asuhannya. Di lini tengah, Southgate tidak memanggil pemain senior seperti Jordan Henderson atau Mason Mount.

Henderson yang memiliki 81 caps bersama Inggris malah tidak dilirik lagi ke skuad Inggris. Padahal, kontestan lain masih menggunakan jasa pemain veteran, sebut saja Kroasia yang memanggil lagi Luka Modric, Portugal yang masih memakai Cristiano Ronaldo, atau tuan rumah Jerman yang masih menggunakan jasa Toni Kroos dan Manuel Neuer.

Sosok senior berpengalaman tentu sangat dibutuhkan di posisi lini tengah yang sangat krusial. Alih-alih menggunakan pemain yang lebih dewasa, Southgate justru memanggil Kobbie Mainoo yang masih minim penampilan di level internasional.

Langkah tidak populer Southgate tentu sangat berisiko, terlebih untuk sekelas turnamen mayor seperti Euro 2024. Mainoo yang baru mengemas tiga penampilan bersama Timnas Inggris adalah contoh paling tepat.

Minimnya pengalaman Mainoo sangat terlihat di laga kontra Islandia. Bukannya pemain Manchester United ini tidak bagus. Hanya saja, sebagai gelandang tipikal box-to-box, seharusnya Mainoo memiliki kesadaran bertahan dan menyerang yang sama baiknya.

Kredit foto: Youtube resmi timnas Inggris/England
Kobbie Mainoo terlambat kembali ke posisinya Kecerobohannya dalam bertahan menghasilkan gol bagi Islandia.

Sayangnya, Mainoo hanya piawai dalam menyerang. Sementara insting bertahan Mainoo harus lebih diasah lagi. Naluri bertahan Mainoo yang belum dewasa bahkan langsung berakibat fatal saat proses terciptanya gol Islandia.

Saat transisi negatif, Mainoo terlambat kembali ke posisinya. Wonderkid 19 tahun itu pun nampak kewalahan, berlari susah payah untuk turun ke lini bertahan. Parahnya, bukannya menekan Thorsteinsson yang memegang bola guna mengganggu pergerakan sang lawan, Mainoo justru bergerak ke dalam ke kotak penalti.

Mainoo pun menyerahkan Thorsteinsson kepada John Stones yang posisi badannya tidak ideal untuk menutup ruang tembak. Alhasil gol pun tercipta.

Kecerobohan Mainoo sejatinya sudah sering terjadi kala ia membela Man United. Contohnya, yakni pada proses gol Luton Town ke gawang Man United pada 18 Februari 2024 silam.

Situasinya tak jauh berbeda dengan saat Inggris kebobolan oleh Islandia. Mainoo terlambat turun dan menyerahkan tugas menekan Tahith Chong yang memegang bola kepada rekannya.

Bruno Fernandes pun kepayahan menekan Chong. Bola sempat dialirkan ke sisi sayap, Chong kemudian bergerak ke kotak penalti. Namun, Mainoo lagi-lagi menyerahkan tugas menjaga Chong yang tanpa bola ke Raphael Varane. Posisi Mainoo terlalu tinggi, mungkin dia mengharapkan adanya situasi serangan balik.

Selain itu, Southgate juga justru lebih memilih memanggil Eberechi Eze ketimbang Mason Mount. Padahal Eze baru tampil bersama Inggris sebanyak empat kali. Sebagaimana Mainoo, Eze juga masih belum cukup dewasa untuk tampil di ajang sekelas Euro 2024.

Tak sampai di situ, untuk pelapis Jude Bellingham, Southgate malah memanggil Adam Wharton, sosok berusia 20 tahun yang baru satu kali tampil bersama Inggris. Padahal bisa saja Southgate memanggil James Maddison atau James Ward-Prowse yang lebih memiliki jam terbang.

Pada sektor lain, tepatnya di sayap kiri, Southgate mengorbankan nama-nama beken seperti Marcus Rashford, Raheem Sterling, Jack Grealish dan Jadon Sancho untuk memanggil Anthony Gordon. Padahal keempat pemain itu sudah membawa Inggris ke final Euro edisi sebelumnya.

Nama-nama di atas, kecuali Sancho, juga tampil di Piala Dunia 2022. Dengan banyaknya jam terbang di level tinggi, tentu para pemain yang disebut barusan lebih menjanjikan ketimbang Gordon yang masih hijau.

Gordon memang pemain yang sangat berbakat. Menurut Squawka, Gordon melakukan 49 sentuhan, empat diantaranya di kotak penalti Islandia. Persentase umpan sukses Gordon juga cukup tinggi, yakni 32 operan, dengan 30 diantaranya tepat sasaran.

Gordon juga cakap dalam berduel. Dia tercatat memenangkan enam dari tujuh duel yang dilakoni. Dua peluang juga berhasil diciptakan pemain berusia 23 tahun ini. Namun di balik segala hal positif tersebut, Gordon masih mentah dalam hal pengambilan keputusan.

Terlihat di menit ke-14 kala Gordon mendapat peluang yang amat terbuka. Gordon mendapat umpan matang dari Harry Kane. Gordon tidak sadar transisi negatif Islandia cukup cepat. Bukannya mengirim umpan ke Phil Foden yang tak terkawal, Gordon malah bergerak ke dalam. Peluang pun terbuang sia-sia.

Usai laga, Southgate pun mengakui skuad Inggris belum cukup dewasa. Di tengah kekhawatiran dan banjir kritikan, juru taktik berusia 53 tahun itu berjanji anak asuhnya akan belajar dari kekalahan tersebut.

“Saya yakin kami akan menjadi lebih baik ketimbang malam ini. Kami mengatur banyak hal berbeda sepanjang pertandingan, dan kami bermain dengan tim yang relatif muda di lapangan,” kata Southgate dikutip Sky Sports.

“Kami bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya malam ini dan kami harus lebih kompak, menekan lebih baik, dan kemudian memanfaatkan peluang yang kami ciptakan,” pungkasnya.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.