Elegi Depresi di Balik Jiwa Pemimpin Alvaro Morata

Kredit foto: Instagram @alvaromorata
Kapten timnas Spanyol, Alvaro Morata mencium trofi Euro 2024 di Olympiastadion, Berlin, Senin (15/7) dini hari WIB.

Tampan, klimis, elegan, dia adalah Alvaro Morata. Dia adalah pahlawan tanpa tanda jasa di balik kejayaan timnas Spanyol menjuarai Euro 2024. Terdapat segudang alasan Morata begitu mudah untuk dicintai. Namun, terdapat elegi penuh depresi di balik jiwa kepemimpinannya.

Kontribusi Morata untuk timnas Spanyol tidak berbanding lurus dengan apa yang dia dapat. Masih ada saja penggemar sepak bola Spanyol yang selalu mencerca dirinya.

Morata disoraki suporter saat Spanyol tersingkir di semifinal Euro 2020 silam. Selama membela Atletico Madrid, wajahnya sering disunting menjadi sebuah meme konyol di media sosial. Menurut The Guardian, Morata kerap bolak-balik ke psikolog untuk berkonsultasi.

Nasibnya tak kunjung berubah. Morata kembali disoraki saat Spanyol beruji coba menghadapi Brasil di Santiago Bernabeau, Madrid pada Maret 2024 silam. Pemain berusia 31 tahun itu dinilai lambat dan minim kontribusi.

“Jika saya harus menjalani sisa musim ini tanpa mencetak gol demi memenangkan Euro atau mengangkat trofi bersama Atletico, saya akan mendaftar sekarang juga,” ucap Morata mengutarakan rasa depresinya.

Memang benar saat itu Morata tengah mengalami paceklik gol dalam tiga laga terakhirnya di timnas Spanyol. Namun, orang awam hanya melihat jumlah gol saja, tanpa mengetahui apa yang telah dia perbuat untuk La Furia Roja.

Mereka tidak paham betapa penting sosok Morata di ruang ganti Spanyol. Mereka juga tutup mata perihal kerja keras Morata yang rajin menekan ke area lawan.

“Saya sangat sedih karena di negara saya, mereka mencemooh pemain tim nasional dan kapten, yang merupakan panutan, contoh. Saya merasa malu dengan cemoohan itu,” ujar pelatih Spanyol, Luis de la Fuente ketika itu, dilansir beIn Sports.

Kredit foto: Instagram @fabriziorom
Alvaro Morata sudah menjalani tes medis dan akan berseragam AC Milan musim depan.

Muak dengan perlakuan di negara sendiri, Morata pun merantau untuk kesekian kali. Bukan kembali ke Juventus, Morata akan mencoba petualangan baru bersama AC Milan musim depan. Berdasarkan pengalamannya membela Juventus, Morata merasa lebih dicintai jika merumput di Negeri Pizza.

“Faktanya adalah bahwa di Italia mereka selalu memperlakukan saya dengan rasa hormat yang luar biasa dan saya berharap dapat berlibur ke sana serta bermain di Calcio lagi,” ujar Morata dilansir Tribal Football.

“Mereka memberi saya hal-hal positif dan saya tahu bahwa saya memiliki tahun-tahun terbaik dalam karier saya di depan saya dan saya ingin menjalani itu di klub hebat ini, yaitu Milan,” imbuh Morata.

Sosok pemimpin sejati

Sebelum menjadi pemain sepak bola profesional, Morata menghabiskan masa kecil sebagai seorang ball boy. Mimpi menjadi bintang mendorong dirinya untuk mondar-mandir menimba ilmu di kota Madrid.

Tim junior Getafe adalah awal mula Morata merajut mimpi. Kemudian Morata pernah menimba ilmu di akademi Atletico Madrid dan sang rival, Real Madrid Castilla.

Setelah semusim bermain di tim senior Madrid, Morata bergonta-ganti klub dari mulai Chelsea, Juventus hingga beberapa kali pulang ke Atletico. Total sepanjang kariernya di level klub, Morata sudah mencetak 216 gol dalam 589 penampilan.

Morata juga cenderung sering mengangkat trofi kemana pun klub yang dia bela. Bersama Chelsea, Morata merengkuh gelar Piala FA 2017-2018 dan Liga Europa 2018-2019. Dua buah scudetto diraih Morata bersama Juventus di musim 2014-2015 dan 2015-2016, serta dua buah Coppa Italia di musim yang sama.

Bersama Real Madrid, Morata merengkuh dua gelar Liga Champions edisi 2013-2014 dan 2016-2017, Liga Spanyol 2011-2012 dan 2016-2017 serta Piala Dunia Antar Klub 2016-2017.

Namun sayang seribus sayang, Morata belum mempersembahkan satu pun trofi untuk klub masa kecilnya, Atletico Madrid. Masa sulit yang dihadapinya bersama Los Rojiblancos menjadi celah bagi para pembenci untuk melontar caci.

“Anak-anak saya tidak mengerti mengapa fans kami mencaci-maki Ayah mereka,” ujar Morata jelang Euro 2024.

Kredit foto: UEFA
Gelimang gelar Alvaro Morata di level klub tidak lantas membuat dirinya dihormati fan.

Padahal, di balik itu semua, Morata adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa bagi sepak bola Spanyol. Jiwa pemimpin dan sikap rendah hatinya di ruang ganti Spanyol menjadi faktor lain keberhasilan Tim Matador merengkuh gelar kampiun Euro 2024.

Hal itu pulalah yang menjadi alasan Milan membidik Morata sejak awal bursa transfer musim panas tahun ini. CEO Milan, Giorgio Furlani terkesan dengan sikap yang ditunjukkan Morata selama ini, selain dari pada aspek teknis di lapangan.

“Saya tahu kenapa dia terpilih menjadi kapten timnas. Dia adalah seorang pemimpin, sesuatu yang membuat saya terkesan,” ujar Furlani dinukil Football Italia.

“Kami sangat puas. Izinkan saya menambahkan dua hal. Alvaro mempunyai keinginan besar untuk bergabung dengan Milan, dan dia yakin ini akan menjadi langkah terbaik dalam kariernya yang sudah cemerlang. Kami benar-benar berbagi pandangan yang sama,” tandasnya.

Sementara itu, The Athletic merangkum kontribusi Morata selama Euro 2024 yang membuat dirinya layak untuk dicintai. Alvarito, julukan Morata, menjadi sosok yang membuat ruang ganti Spanyol memiliki suasana nyaman dan damai.

Kredit foto: The Athletic
Sosok Alvaro Morata yang amat dicintai rekan-rekan setimnya di timnas Spanyol.

Morata kerap mengayomi para pemain muda. Dia sering membagikan cerita-cerita insipiratif kepada adik-adiknya di skuad timnas Spanyol seperti Nico Williams, Fermin Lopez dan Lamine Yamal. Morata juga mengajari Marc Cucurella dan Alex Remiro bermain golf di kala senggang.

“Morata tidak diragukan lagi adalah pemain yang menciptakan lebih banyak ikatan di dalam grup, dan salah satu pemain paling lucu. Kapanpun dia berbicara, semua anak muda mendengarkan dia dan ceritanya, dia brilian,” ucap Yamal.

Di waktu senggang lain, Morata menjadi sahabat bagi Dani Carvajal, Joselu, Ayoze Perez dan sang penjaga gawang, David Raya. Mereka berlima kerap bermain poker bersama.

Sebelum Euro 2024, Morata meminta seluruh pemain di skuad untuk memilih satu lagu untuk dimasukkan ke daftar putar Spotify agar selera musik mereka terwakili. Adapun daftar putar tersebut akan dimainkan di ruang ganti Spanyol. Mereka akan mendengarkan lagu dan bernyanyi bersama.

Suasana hangat tersebut tentu penting untuk membangun chemistry antar pemain. Terlebih taktik Fuente banyak mengandalkan umpan pendek yang menuntut eratnya kerja sama pemain.

Tak sampai di situ, Morata menjadi penyambung lidah skuad timnas Spanyol dengan Federasi (RFEF) perihal pembagian bonus di Euro 2024. Tak hanya pemain, Morata memastikan seluruh staf mendapat bagian bonus yang layak, termasuk juga petugas peralatan, kitman, tim media, fisioterapis hingga juru masak.

Kredit foto: The Guardian
Alvaro Morata menjadi sosok kapten sejati yang menghangatkan ruang ganti timnas Spanyol.

Jelang laga final kontra Inggris, seharusnya Morata yang dijadwalkan hadir pada konferensi pers bersama Fuente. Namun, Morata ingin agar Jesus Navas saja yang mewakili pemain. Hal itu dilakukan agar Navas bisa mengumumkan pensiun dari timnas Spanyol dengan baik.

“Dia adalah kapten terbaik yang kami miliki. Dan, saya berharap ini bukan turnamen terakhirnya. Jika iya, hal itu mungkin akan berakhir dengan dia mengangkat trofi, sebuah sejarah yang telah dibuat,” ucap Fuente selaku juru taktik.

“Pada hari Minggu, ketika final Euro 2024 dimulai di Berlin, dia akan berada di tempatnya selalu: bersama rekan satu timnya hingga akhir,” tutupnya.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.