Tampil di Olimpiade dan menjadi seorang olimpian jelas menjadi impian dan muara dari setiap atlet di dunia. Merupakan sebuah prestasi yang sangat membanggakan jika sampai mendapatkan kesempatan untuk tampil di pesta olahraga paling bergengsi sejagat raya itu.
Tak mudah bagi seorang atlet untuk bisa mendapatkan tiket ke Olimpiade. Mereka harus menjalani kualifikasi yang panjang demi mengamankan tempat di multievent dunia empat tahunan itu.
Itulah yang kini dirasakan oleh pasangan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Mereka bmenjadi satu-satunya perwakilan Indonesia di cabang olahraga bulu tangkis nomor ganda putra di Olimpiade Paris 2024.
Pencapaian ini dirasa spesial bagi Fajar/Rian mengingat ini adalah Olimpiade pertama mereka sejak dipasangkan pada 2014. Butuh 10 tahun bagi mereka untuk bisa mendapatkan kesempatan berlaga di Olimpiade.
Kenapa begitu lama bagi Fajar/Rian untuk bisa melangkah ke Olimpiade? Sebab, sebelumnya Indonesia selalu memiliki ganda putra unggulan seperti pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) pun hanya mengizinkan masing-masing negara untuk mengirimkan maksimal dua wakil di setiap nomor pertandingan bulu tangkis. Jadilah, Fajar/Rian tersingkir oleh dua pasangan di atasnya lantaran prestasi mereka kala itu masih lebih konsisten.
Makanya, tak heran melihat Fajar/Rian begitu bahagia mengetahui bahwa mereka berhasil mengunci satu slot di Paris. Apalagi, prestasi ini sudah lama didambakan oleh keduanya.
Sebenarnya, suasana Olimpiade bukan hal baru bagi Fajar/Rian. Mereka sebelumnya pernah merasakan Olimpiade Tokyo 2020 yang dilaksanakan pada 2021 akibat pandemi covid-19.
Kala itu, Fajar/Rian berangkat ke Jepang dengan status sebagai lawan latih tanding bagi pasangan Marcus/Kevin dan Ahsan/Hendra. Dari situ, mereka semakin termotivasi untuk bisa benar-benar tampil di Olimpiade.
“Di Olimpiade 2020 yang dimainkan di 2021 kami jadi lawan sparring di Tokyo. Berangkat bersama tim Olimpiade lainnya. Yang membedakan, kalau yang main di Olimpiade masuk athlete village, kami di hotel,” kata Fajar.
“Di situ saya sama Rian merasa sedih. Kami dalam ranking itu masuk urutan keenam kalau tidak salah. Tapi, ada dua pasangan di atas kami dan kami harus legowo. Kami berkomitmen di Olimpiade berikutnya harus bisa main,” tambahnya.
Pada akhirnya, Dewi Fortuna pun berpihak pada Fajar/Rian. Mereka berhasil lolos ke Olimpiade Paris 2024 meski harus melewati jalan terjal.
Memang, tembusnya Fajar/Rian ke Olimpiade Paris 2024 tak lepas dari menurunnya prestasi yang didapat dua pasangan di atasnya, yakni Marcus/Kevin dan Ahsan/Hendra. Bahkan, pasangan berjuluk The Minions itu kini telah bubar.
Penurunan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Fajar/Rian untuk merebut posisi kedua seniornya itu. Bahkan, mereka sempat menempati ranking 1 dunia pada akhir Desember 2022.
Makanya, mereka tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang dimiliki di Olimpiade Paris 2024 untuk bisa menjaga tradisi emas di bulu tangkis.
“Sekarang, sudah waktunya kami tak akan menyia-nyiakannya. Soal hasil tidak ada yang tahu, yang penting kami kerja keras untuk persiapan,” ucap Fajar.
“Secara mental optimis ya pasti karena itu cita-cita semua atlet. Kami di sini kurang lebih 10 tahun di pelatnas. Ini sudah saatnya puncak tertinggi di karier olahraga di Olimpiade. Jadi, pasti antusiasmenya sangat tinggi tapi kami tidak mau over confident karena mau menikmati supaya lebih enjoy dalam segi mental,” jelasnya.
Wajib jaga konsistensi
Fajar/Rian sudah memastikan tiket untuk tampil di Olimpiade Paris 2024. Kendati demikian, itu tak menandakan mereka adalah yang terbaik.
Masih terdapat kekurangan, terutama soal konsistensi, dalam performa pasangan yang kini menempati peringkat ketujuh dunia itu. Mereka juga kerap meraih hasil yang tak maksimal di sejumlah kejuaraan penting.
Tak bisa dipungkiri, Fajar/Rian memang sempat meroket pada 2022 sehingga mampu menutup tahun tersebut dengan menempati peringkat pertama dunia. Total, mereka tampil di delapan partai final BWF World Tour di tahun tersebut. Mereka sukses menempati podium tertinggi empat kali saat itu.
Sayang, performa mereka turun drastis pada tahun berikutnya. Meski sempat juara Malaysia Open dan All England yang levelnya Super 1000, mereka tak bisa berbuat banyak di sisa turnamen lainnya.
Duo ‘Fajri’ bahkan sering tersingkir di babak pertama atau kedua yang berdampak pada penurunan rangking dunia yang cukup drastis. Beruntung, Fajar/Rian bisa memastikan langkahnya ke Olimpiade Paris 2024 usai mempertahankan gelar juara All England di tahun ini.
Namun, permasalahan yang sama masih menerpa Fajar/Rian. Terbaru, mereka tumbang di babak pertama Indonesia Open 2024 usai dikalahkan juniornya, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Padahal, Indonesia Open 2024 bisa dibilang sebagai “simulasi” Olimpiade lantaran lawan-lawan yang dihadapi hampir seluruhnya bakal tampil di hajatan empat tahunan itu. Menanggapi kekhawatiran tesebut, Fajar meyakini hasil di Indonesia Open 2024 tak bisa dijadikan acuan untuk Olimpiade dan optimistis peluang mereka untuk meraih medali emas masih ada.
“Untuk di ganda putra semua masih bisa terjadi, apalagi dari awal tahun sampai Indonesia Open yang juara bergantian. Hanya ada dua pasangan kalau tidak salah dari China, salah satunya Liang Wei Keng/Wang Chang, yang bisa juara turnamen masing-masingnya. Tapi, yang lainnya baru satu-satu,” tutur Fajar.
“Jadi, semua kemungkinan bisa terjadi. Tergantung kesiapan dan mentalnya,” tambah dia.
Sebagai solusi dari masalah tersebut, Fajar/Rian mengaku kini tengah berlatih keras di bawah pelatih Aryono Miranat. Keduanya berjanji bakal memperbaiki kekurangan di segala aspek, termasuk soal adaptasi strategi di lapangan.
“Persiapan untuk Olimpiade pasti beda daripada turnamen open biasa karena empat tahun sekali dan susah juga masuk Olimpiade. Persiapan pastinya lebih keras,” kata Rian.
“Kekurangan dalam segi di lapangan, kami harus lebih meningkatkan power dan stamina, teknik juga bagaimana cara menghadapi lawan yang berbeda-beda pola permainannya. Kami juga harus cepat mengubah pola permainan. Harus cepat beradaptasi terhadap lawan A dan lawan B,” tambah Fajar.