Tahun 2022 mungkin menjadi tahun paling membahagiakan bagi pasangan Fathur Gustafian dan Dewi Laila Mubarokah. Bagaimana tidak, sebagai atlet mereka sama-sama berhasil meraih medali emas alias mengawinkan emas SEA Games 2021 Vietnam dari cabang olahraga menembak di nomor 10m Air Rifle putra dan putri.
Sementara, sebagai pasangan, keduanya juga menapaki hubungan yang lebih serius dengan menikah di akhir tahun tersebut.
Bisa dibilang, perjalanan keduanya cukup unik mengingat mereka dibesarkan dari olahraga yang sama. Setiap hari bertemu menjadikan benih-benih cinta tumbuh di antara keduanya.
Kehidupan Fathur dan Dewi pun semakin lengkap setelah anak pertamanya lahir pada September 2023. Kini, keduanya tengah berupaya keras untuk mendapatkan tiket menembus Olimpiade Paris 2024.
Alasan Suka Menembak
Fathur dan Dewi merupakan pasangan yang sama-sama tumbuh di keluarga militer dan polisi. Keduanya merupakan anak dari seorang ayah yang berstatus sebagai anggota TNI AD dan polisi.
Fathur lahir dari pasangan Letnan Satu (TNI) Infanteri Dwi Purwoko dan Sri Mulyani. Sementara, sang istri, Dewi, adalah anak dari Inspektur Satu (polisi) Ilyas dan Anak Agung Ayu Mirah.
Jadilah keduanya kenal menembak lantaran kerap melihat sang ayah. Fathur memulai lebih dulu pada 2011. Dia diajak oleh ayahnya untuk berlatih menembak agar dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif.
“Jadi, saya mulai pada 2011 di GOR Kartika Cilodong. Waktu itu saya masih SMP dan latihannya bareng tentara. Ayah sendiri yang menyuruh saya latihan daripada cuma nongkrong-nongkrong saja, akhirnya diajak mengisi waktu luang dgn latihan menembak,” kata Fathur saat ditemui Ludus.id di sela-sela latihan di Perbakin.
Fathur bercerita, pada awalnya tak tertarik sama sekali dengan menembak. Layaknya remaja seusianya, dia lebih senang menekuni olahraga lain seperti sepak bola, voli, renang, dan karate.
Namun, lama kelamaan, Fathur menemukan sensasi berbeda dari olahraga ini yang membuatnya justru ketagihan. Apalagi, dia bisa cepat beradaptasi dan menunjukkan prestasi dalam waktu singkat.
“Dulu tidak terpikir mau menembak, tetapi karena selalu ketemu orang baru, dapat banyak pengalaman, dan olahraga ini kan tidak kontak fisik cuma selalu menantang diri sendiri dan itu yang membuat saya senang di sini. Cocok juga karena saya suka memancing dan dua-duanya butuh kesabaran,” ungkap Fathur.
Hanya dalam tempo sekitar enam bulan, Fathur sudah bisa menunjukkan prestasi lewat menembak dengan menjadi juara dari sebuah kejuaraan menembak antarpelajar se-Kabupaten Bogor. Dari situ, pria kelahiran 21 Agustus 1998 itu semakin serius menggeluti olahraga ini dan sudah masuk Perbakin Pengcab Bogor di tahun 2011.
Prestasi yang semakin meningkat membuatnya dilirik oleh Perbakin Penggprov Jawa Barat pada 2013. Di situ, kemampuannya semakin matang lantaran kala itu Pengprov Jawa Barat menggunakan pelatih dari Korea Selatan.
Terbukti, hanya berjarak dua tahun setelahnya, Fathur sudah mendapat panggilan nasional yang bertahan hingga sekarang. Status sebagai atlet nasional pun membuka kesempatannya untuk mencetak prestasi internasional.
“Saya ikut SEA Games dari 2017. Namun, saya baru dapat medali di 2019 dengan meraih 1 emas dan 1 perak. Lalu pada SEA Games 2021, saya dapat 2 emas dan 1 perak,” ucap Fathur.
Berbeda dengan sang suami, Dewi justru awalnya takut dengan suara tembakan. Namun, ada rasa penasaran di benaknya lantaran kerap melihat ayahnya suka menembakkan senapan angin.
Lama-kelamaan, rasa takut yang dirasakan Dewi kalah dengan rasa penasarannya. Dia memberanikan diri untuk mencoba senapan yang dimiliki sang ayah. Kala itu, dia masih menjadikan buah di pohon sebagai targetnya.
Ternyata, setelah melihat Dewi berani memegang senapan, ayahnya pun mendukung. “Lalu saya bertanya sama ayah buat les menembak, kemudian dikenalkan sama ayah ke Perbakin di daerah Cirebon,” ungkap Dewi.
Dari situ, Dewi pun mulai intens berlatih menembak. Berselang tiga bulan, Dewi yang kala itu masih berusia 13 tahun sudah langsung mengikuti Kejurnas di Jakarta meski hanya finis di urutan ke-25.
Semakin sering berlatih dan mengikuti kejuaraan, kemampuannya pun semakin terasah hingga akhirnya bisa menyelesaikan perlombaan di peringkat kedua saat jadi peserta di Kejurnas Menembak yang dihelat di Kalimantan Timur juga di tahun 2013.
Keberhasilan tersebut tak hanya sebagai bentuk peningkatan prestasi dari Dewi. Pasalnya, meraih peringkat kedua juga mengantarkan Dewi mendapat restu sang ibu.
Maklum, sang ibu masih khawatir dikarenakan menembak bukanlah olahraga yang lekat dengan perempuan. Apalagi, Dewi juga sebelumnya menggeluti modelling dan renang.
“Ayah saya waktu itu bilang, kalau mau jadi atlet jangan setengah-setengah, kalau mau basah ya sekalian. Nah, bunda baru mulai percaya pas dapat peringkat 2 di Kejurnas di Kaltim itu. Dari situlah baru bunda memberikan restu karena melihat keseriusan saya,” tutur Dewi.
Benar saja, setelahnya prestasi Dewi pun semakin meroket. Bahkan, pada 2015, dia pernah dapat predikat petembak terbaik putri saat mengikuti kejuaraan menembak di Semarang.
Pencapaian tersebut membuatnya dilirik untuk mengikuti pelatnas mulai 2016. Di tahun itu juga, Dewi sukses merebut medali emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 Jawa Barat.
Kendati demikian, dirinya baru berkesempatan mengikuti SEA Games pada edisi 2021 di Vietnam yang diselenggarakan pada 2022 akibat pandemi covid-19. Beruntung, pada debutnya itu, dia mampu merebut medali emas di nomor 10m air rifle putri dan satu perak di 10m air rifle tim putri.
Berbagai prestasi yang sudah dicapai membuatnya semakin mencintai olahraga ini. “Kalau dulu ditanya kenapa suka menembak mungkin jawabannya karena senang dan bisa punya banyak teman. Kalau sekarang sudah bingung mungkin karena sudah menjiwai dan menjadi bagian dari hidup,” kata wanita kelahiran 25 Februari 1999 ini.
Berjodoh lewat Menembak
Benar kata Dewi jika menembak sudah menjadi bagian dari hidup. Pasalnya, dia tidak hanya berkarier, tetapi juga menemukan jodohnya di sini.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Fathur dan Dewi besar bersama dari olahraga ini. Bahkan, mereka sudah mengenal jauh sebelum masuk pelatnas.
Itu lantaran keduanya sama-sama merupakan atlet Jawa Barat. Fathur berasal dari Bogor, sementara Dewi dari Cirebon.
Fathur dan Dewi pertama kali mengenal pada 2013. Kala itu, mereka berada dalam satu tim membawa nama Jawa Barat pada kejuaraan bertajuk Lely Sampurno Cup.
Dari perkenalan tersebut, ternyata keduanya terus bersama hingga pelatnas hingga akhirnya mulai berpacaran pada 2015.
“Dari dulu memang selalu bersama. Teman-teman juga sampai bilang di mana ada Dewi di situ ada Fathur. Begitu sebaliknya,” kata Dewi.
Perjalanan tujuh tahun dilalui Fathur dan Dewi sebagai atlet dan juga pasangan hingga akhirnya menikah pada akhir 2022 dan dikaruniai seorang anak pada September 2023. “Waktu itu, saya niatnya kenalan sama Dewi untuk menjadi teman. Kemudian jadi dekat sampai akhirnya menikah,” ungkap Fathur.
Bersama-sama setiap hari tentu tak selalu berjalan mulus bagi Fathur dan Dewi. Kadang terdapat momen berselisih pendapat. Namun, mereka bisa tetap profesional dalam menjalankan tugasnya.
“Karena ada tanggung jawab sebagai atlet dan harus sadar dengan itu,” jelas Fathur.
Sebagai atlet dan pasangan, mengawinkan medali emas SEA Games 2021 Vietnam diakui menjadi salah satu momen termanis yang dirasakan keduanya. Bahkan, Fathur mengaku sudah memprediksi kalau sukses tersebut bakal terwujud.
“Karena waktu itu ambisi kami sama-sama besar. Kami juga sadar kemampuan kami sedang di atas karena sebelum SEA Games kan sempat TC di Hungaria dan di situ sedikit bisa membaca karena kami serius latihan untuk SEA Games,” ujar Fathur.
Saat ini, mereka tengah fokus untuk mempersiapkan diri menuju PON 2024 Aceh-Sumatera Utara dan mencari tiket menuju Olimpiade Paris 2024.
Mereka bertekad menjadi pasangan yang tampil di pentas olahraga terpopuler sedunia itu. “Kami berusaha sama-sama ke sana karena ajang itu titik akhirnya seorang atlet,” kata Fathur.
“Kami mau sama-sama berangkat ke Olimpiade dan dapat medali. Kalau bisa, terasa lengkap sebagai atlet,” jelasnya.