
Tip-off mengawal permainan Fullball dalam pertandingan komunitas di Jakarta.
FullBall merupakan olahraga asli Indonesia yang mengadopsi olahraga yang sudah ada seperti bola basket dan futsal, bahkan bola voli serta bola tangan.
Olahraga ini juga menjadi salah satu olahraga yang inovatif dan unik. FullBall juga menjadi alternatif olahraga yang menggerakan semua badan dan gabungan dari cabang olahraga populer.
Berdirinya FullBall terjadi pada Februari 2023. Olahraga ini dikembangkan oleh Rizky Arief Dwi Prakoso, I Kadek Aridedhi Sagita, Ilham Faris, Imam Cahyo Pamungkas, dan Timothy Senala Talaksoru. Berawal dari keinginan menggabungkan dua olahraga yang sudah eksis, Rizky dan kawan-kawan ternyata berhasil menyusun regulasi permainannya dan lahirlah FullBall.
“Sejak 2023 bulan Februari Fullball ada, tetapi untuk pertama kalinya kita main dengan mengundang umum dan bermain bareng, itu pada 18 Maret 2023, itu game pertama kita sebagai terbentuknya komunitas,” ujar Timothy selaku co-founder FullBall saat ditemui Ludus.id di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Mengenai regulasi dan peraturan, Timothy tak memungkiri adanya adopsi dari bola basket dan juga futsal seperti menggiring bola layaknya bola basket dan menendang bola seperti futsal ataupun sepak bola. Namun, ada yang berbeda dengan FullBall seperti cara mencetak poinnya.
FullBall memiliki tiang bundar di atas gawang bernama Target. Inilah yang menjadi pembeda dengan dua olahraga, bola basket dan futsal.
Bagi yang lemparannya mengenai target maka tim akan mendapatkan dua poin. Selain itu, mencetak poin juga bisa dengan menendang bola ke gawang dan itu mendapatkan dua poin juga. Lalu jika tendangannya mengenai target, maka akan mendapatkan FullBall Point, senilai tiga poin.

Salah seorang pemain berusaha mencetak poin dengan melemparkan bola ke Target dalam suatu pertandingan mini liga.
Tersebar di Berbagai Daerah
FullBall sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Sebanyak 3000 orang sudah menjadi member FullBall dari 12 daerah di Indonesia.
Banyaknya member FullBall, terutama di Jakarta yang setiap minggu sudah pasti ada pemain baru. “Karena kita open terus untuk pemain baru,” jelas Timothy yang juga membantu FullBall dari sisi marketing.
FullBall Jakarta sudah rutin digelar di Jakarta, sehingga membuat para founder FullBall membuat mini liga untuk berkompetisi dan tidak hanya sekadar fun match saja.
Mini liga ini terdiri empat tim, yakni Team South, Team North, Team East, dan Team West. Setiap minggunya, keempat tim tersebut selalu bertanding, tetapi yang menariknya setiap tim akan mendapatkan pemain berbeda.
Hal ini terjadi karena banyaknya pemain baru yang bergabung. Pemain baru bebas memilih untuk gabung tim, tetapi jika sudah memutuskan untuk menetap di sebuah tim, pemain bersangkutan sudah tidak bisa berpindah tim lagi.
“Pemain baru bisa masuk ke tim mana saja, tetapi jika sudah memilih tim, dia tidak bisa pindah. Kita mengatur juga agar tidak terlalu timpang, jadi ada tier-tiernya dan tidak bisa satu tim itu berisi pemain yang misalnya jago di olahraga basket atau futsal. Jadinya kita gabung,” ucap Timothy.
Hal ini berbeda dengan daerah lain di luar Jakarta. Dikarenakan membernya belum banyak, biasanya di daerah hanya menggelar fun match saja dan belum menggenal mini liga ataupun kompetisi.
Bagi daerah yang memang ingin membentuk komunitas FullBall, Timothy menjelaskan bahwa harus ada 20 member sebagai syarat minimum. “Nanti dari kami bisa melakukan pelatihan di sana dan juga peraturan lainnya serta kita kita support juga target dan bola juga,” ucap Timothy.
Cara menjadi member FullBall juga tidaklah sulit. Pemain baru hanya perlu datang dan patungan untuk membayar sewa lapangan, wasit, fotografer dan administrasi lainnya. Komunitas di Jakarta bermain selama tiga sampai empat jam di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, setiap Sabtu dari jam 16.00 WIB-18.00 WIB.
Selain itu, ada juga program free trial bagi pemain yang benar-benar bergabung di FullBall. Ini sebagai cara mengenalkan FullBall ke khalayak ramai. “Ya, untuk pertama kali mencoba itu gratis, ada sesi free trial dan coaching clinic juga di Jakarta dan Bandung,” ujar Timothy.

Salah seorang pemain berusaha mencetak poin dengan menendang bola ke gawang dalam suatu pertandingan mini liga, beberapa waktu lalu.
Tujuan Jangka Panjang
FullBall memiliki tujuan jangka panjang, yakni memiliki federasi sendiri. Hal ini agar FullBall bisa berkompetisi di negara sendiri dan menjadi cabang olahraga di turnamen multievent seperti Pekan Olahraga Nasional (PON), SEA Games, Asian Games, Piala Asia, atau bahkan mencapai Olimpiade.
“Namun, itu jalan yang sangat panjang ya, karena sekarang kita fokus mengembangkan di akar rumput terlebih dahulu karena kami menilai masih banyak yang perlu diketahui masyarakat mengenai FullBall,” jelas Timothy.
Timothy menerangkan bahwa fokus FullBall saat ini adalah mengenalkan olahraga tersebut kepada masyarakat luas lewat sosial media dengan berkunjung ke beberapa sekolah di sekitaran Jakarta, Bekasi, dan bahkan sampai ke Cilegon, Banten. “Bahkan kita support salah satu sekolahan di Cilegon dengan mengirimkan target dan bola karena mereka sangat antusias dengan FullBall,” tutur Timothy.

Member FullBall di Jakarta berpose bersama usai pertandingan.
Mengenalkan ke Dunia Internasional
FullBall pernah melakukan eksebisi ke Taiwan pada bulan Mei 2023. Berawal dari para pelajar Indonesia di negeri tersebut yang tahu keberadaan FullBall dan akhirnya mengundang ke Taiwan untuk dimainkan.
Beruntungnya saat FullBall dimainkan di Taiwan, kampus tersebut sedang ada kompetisi antar kampus sehingga FullBall masuk dalam agenda tersebut.
Selain dimainkan di Taiwan, FullBall juga sempat dikenalkan ke ajang SPORTEL Asia yang dilangsungkan di Pulau Bali, beberapa waktu lalu. “Nah, dari SPORTEL itu kita dapat eksebisi ke Monaco, tetapi pekerjaan rumah kita masih banyak dan panjang. Jadi kita melihatnya menguatkan di anak-anak kita dulu yang main,” jelas Timothy.
Keberadaan FullBall juga mendapat perhatian dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Terlebih lagi, FullBall sudah banyak dikenal saat pertama kali dikenalkan ke publik.
Bahkan, FullBall pernah menggelar pertandigan di Lapangan Kemenpora pada bulan September 2023. Pertandingan tersebut juga ditonton oleh Menpora Dito Ariotedjo dan menyambut baik keberadaan FullBall sebagai olahraga asli Indonesia.

Member FullBall di Jakarta berpose bersama, beberapa waktu lalu.
“Namun, memang untuk didukung pemerintah ada syarat-syaratnya juga yang mana kita harus tersebar di wilayah Indonesia dan jangan terpusat di Jakarta saja. Lalu ada beragam syarat adminstrastif lainnya, makanya kami merasa masih membutuhkan waktu,” jelasnya.
FullBall memiliki rencana dan program ke depan yang diambil, seperti ke sekolah-sekolah serta kampus-kampus untuk mengenalkan olahraga ini. Tidak sekadar menjelaskan seoal FullBall, tetapi juga membuat coaching clinic dan pertandingan eksebisi.
Timothy juga mengatakan bahwa FullBall juga terbuka dengan komunitas-komunitas lainnya yang ingin mencoba FullBall. “Ada beberapa perusahaan yang ingin main Fullball, jadi kita juga mengenalkan olahraga dengan cara tersebut,” tukas Timothy mengakhiri pembicaraan.