Futsal merupakan saudara kandung dari sepak bola dan sama-sama populer di dunia, khususnya di Indonesia. Sekolah menjadi sarana pengembangan futsal dan itu dijalankan oleh Futsal SMA 5 Jakarta.
Mendengar nama SMA 5 Jakarta mungkin akan teringat dengan sepak bolanya. Sekolah yang berada di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat ini memang sudah kadung populer dengen kegiatan non-akademiknya, khususnya sepak bola. Namun, mereka punya syarat khusus untuk terus bermain futsal, yakni menyeimbangkan akademik dengan non-akademik.
Kepopuleran futsal di Indonesia pada era 2000-an awal membuat SMA 5 juga fokus mengembangkan tim futsal, selain sepak bola. Lahirnya tim Futsal SMA 5 Jakarta membuat sekolah itu kini identik dengan futsal.
Wakil Kepala Sekolah SMA 5 Jakarta, Edy Supriyanto, mengatakan bahwa futsal menjadi olahraga andalan sekolah. Beragam prestasi dari futsal hadir menghiasi lemari trofi SMA 5.
“Dulu memang SMA 5 ini terkenal dengan prestasinya di sepak bola, tetapi setelah futsal mulai booming, banyak siswa yang bermain sepak bola pindah ke futsal,” jelas Edy Supriyanto yang akrab disapa Edo, kepada Ludus.id.
SMA 5 Jakarta memang mendapat limpahan banyak pesepakbola muda pada masa itu karena menjadi salah satu sekolah rujukan olahraga di kawasan Jakarta Pusat. Selain SMA 5 Jakarta, ada pula SMA 30 Jakarta, SMA 27 Jakarta, dan SMA 1 Jakarta yang juga menjadi rujukan olahraga.
Namun, SMA 5 Jakarta dan SMA 30 Jakarta menjadi rujukan yang banyak menampung siswa berprestasi dari jalur sepak bola, pada era 1990an hingga 2000an. Seiring bergantinya kebijakan penghapusan sekolah rujukan olahraga, SMA 5 tetap mengadakan futsal dan sepak bola sebagai ekstrakulikuler andalan.
“Dulu ada pemain-pemain Persija U18 seperti Rama Pratama. Dia pernah bermain di Pelita Jaya juga dan Persita senior. Lalu ada Meriston yang juga main di Persija, di tim U21 untuk kompetisi ISL (Indonesia Super League) U21,” cerita Edo.
“Sekarang karena futsal booming, banyak yang pindah ke futsal juga, tetapi sepak bolanya ada juga siswa juga yang bermain di Elite Pro Academy Liga 1 dan ASIOP untuk Liga 3. Lalu timnas putri ada Azra Zifa Kayla,” jelas Edo.
Meski kuat di sepak bola, Futsal SMA 5 Jakarta juga tidak ketinggalan dalam mendapatkan prestasi. Terakhir, Futsal SMA 5 Jakarta berhasil menyabet juara di SMALIC Championship 2023 dan semifinalis di Futsal Series Jakarta.
Edo bercerita bagaimana dirinya membangun Futsal SMA 5 Jakarta yang sudah tidak lagi menyandang sekolah rujukan. Ia berupaya memanfaatkan sistem zonasi yang ada sekarang untuk merekrut siswa potensial dari kawasan Kemayoran.
Melalui sistem zonasi, tidak ada lagi siswa yang berpotensi menjadi atlit futsal masuk ke SMA 5 Jakarta jika tidak tinggal di kawasan Kemayoran. Beruntungnya SMA 5 Jakarta, banyak siswa di kawasan tersebut yang memang hobi futsal dan serius menekuni cabang olahraga itu.
“Kita beruntungnya dekat dengan Lapangan Sepak Bola PORS dan di situ ada SSB Camp 82 yang memang terkenal di Kemayoran dan jadi anggota Persija. Banyak siswa yang berasal dari SSB itu dan masuk ke SMA 5, fokus bermain futsal ataupun sepak bola,” ucap Edo.
“Untuk siswa yang punya prestasi non akademi seperti futsal ini, sekolah memang memberikan dispensasi asal mereka tetap mengumpulkan tugas. Saya berharapnya mereka setelah dari SMA 5 bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah, bisa hidup dari futsal, syukur-syukur menjadi pemain nasional ataupun jika tidak bisa menapatkan pekerjaan yang layak dari futsal,” harap Edo.
Menyeimbangkan Akademik
Sebagai tim sekolah, Futsal SMA 5 memiliki nama besar yang saat ini tengah mereka rajut lagi. Sistem zonasi memang membuat peta persaingan futsal antar sekolah di DKI Jakarta berubah dan SMA 5 Jakarta salah satu yang terdampak.
Menyeimbangkan akademik dan non akademik memang tidaklah mudah. Futsal SMA 5 Jakarta juga memiliki masalah dalam menyeimbangkan hal tersebut, meski ada dispensasi bagi siswa yang beprestasi di non akademik.
Tugas tersebut sedang diemban oleh Pembina Futsal dan Sepak Bola SMA 5 Jakarta, Tonny Cahyono Putra. Setahun bergabung di SMA 5, Tonny sudah dipercaya untuk mengembalikan nama besar SMA 5 Jakarta di futsal sembari menyeimbangkan akademik dan non-akademik.
“Memang sulit menyeimbangkan futsal dan sekolah karena pasti ada yang bentrok. Kebanyakan di sekolah lain juga siswa yang bagus di non akademik, di akademiknya tidak begitu bagus,” ucap Tonny.
Namun, Tonny sebagai pembina menggunakan cara-cara pendekatan kepada siswa yang bergabung di Futsal SMA 5 Jakarta. Tugasnya adalah menjaga nilai akademik siswa yang bergabung dengan tim futsal tidak sampai jatuh karena akan berpengaruh juga dengan masa depan tim Futsal SMA 5 Jakarta.
“Kita mengarahkannya dengan sering ngobrol dan membantu mereka dalam akademik. Kalau akademiknya kurang sekali, maka futsal juga bisa distop sama sekolah. Makanya mau tidak mau siswa yang oke di futsal, tugas-tugasnya juga harus oke nilainya biar mereka dapat izin bermain futsal di turnamen-turnamen antar sekolah,” jelas pria yang merupakan alumni UNJ itu.
Selain masalah tersebut, Tonny juga sempat kesulitan mengumpulkan siswa yang tergabung dengan tim futsal SMA 5 Jakarta. Hal itu terjadi karena masa pandemi COVID-19 yang mengharuskan siswa bersekolah melalui rumah.
“Sebelum saya masuk itu sempat ada COVID dan sekolah di rumah, jadinya tidak ada kegiatan sama sekali. Kita istilahnya membentuk dari awal lagi untuk tim futsal dan sepak bolanya. Akan tetapi, karena siswa-siswa ini sudah banyak yang punya basic sepak bola dan futsal, kita jadi lebih mudah membangun kembali tim futsal dan sepak bola SMA 5,” ucapnya.
Merekrut Eks Pelatih Persija Futsal
Salah satu keseriusan Futsal SMA 5 Jakarta membangun kembali tim adalah dengan merekrut eks salah satu pelatih Persija Futsal yang dulu pernah berkompetisi di Liga Pro Futsal. Hadi Septiyadi bukan nama asing di dunia futsal nasional. Ia cukup malang melintang di Liga Pro Futsal yang merupakan kasta tertinggi kompetisi futsal Indonesia.
Selain bersama Persija Futsal, Hadi yang akrab disapa Apao itu pernah juga melatih Kaimana FC di Liga Pro Futsal. Kini, ia tidak malu untuk turun gunung melatih tim sekolah di SMA 5 Jakarta.
Nama besar Futsal SMA 5 Jakarta di masa lalu tidak membuat Apao mau menerima pinangan sekolah. Ia mau melatih Futsal SMA 5 juga karena ingin membantu Futsal SMA 5 kembali melahirkan banyak pemain untuk Indonesia.
“Saya tahu sejarahnya SMA 5, tetapi dulu saya masih jadi pemain dan jadi rival mereka karena saya alumni SMA 27. Tidak ada beban melatih SMA 5 karena dari awal saya bilang ke sekolah kalau tujuannya prestasi, saya mundur, tetapi kalau saya diberikan kebebasan memberikan ilmu kepada pemain, minimal mereka memahami futsal, saya lanjut,” cerita Apao kepada Ludus.id saat ditemui di Lapangan SMA 5 Jakarta, beberapa waktu lalu.
Apao melihat SMA 5 Jakarta masih memiliki banyak siswa berpotensi dalam futsal. Memang, SMA 5 tidak kelimpahan banyak pemain seperti dulu tetapi potensi tetap ada walau harus dipoles kembali.
“Potensi mereka tetap ada, saat saya datang pertama ke sini, mereka memang memiliki basic bermain futsal tapi harus dipoles kembali agar bisa menggunakan kecerdasan saat bermain di lapangan. Jadi mereka tidak nol banget basicnya,” cerita Apao.
“Kalau di level sekolah biasanya memang tak menggunakan program. Biasanya saya melihat per pertandingan untuk mengevaluasi permainan. Misalnya, di turnamen ataupun di pertandingan ada yang tidak jalan sistemnya, saya benahi dan saya tambal agar tidak terjadi hal yang sama di pertandingan berikutnya,” katanya.
Bagi Apao prestasi seperti juara memang penting, tetapi ada yang lebih penting lagi dari sekadar trofi, yakni proses. Apao ingin pemainnya bukan hanya sekadar juara tapi juga paham dan bisa mengaplikasikan pengetahuannya untuk melangkah ke jenjang selanjutnya.
“Tidak munafik pasti semua tim ingin juara tapi kalau tidak ada pemahaman permainan ya itu susah juga. Kalau sudah ada pemahama dan mengerti, mau main di mana saja, pelatihnya siapa, pemain yang paham pasti akan mengerti materinya,” ucapnya.
Tidurnya tim Futsal 5 Jakarta juga menjadi motivasi Apao untuk bisa membangunkannya. Selama dilatih Apao selama satu tahun, Futsal SMA 5 sudah mendapatkan setidaknya 13 trofi di berbagai turnamen antar sekolah di Jakarta.
Antusiasme siswa terhadap Futsal SMA 5 Jakarta juga perlahan kembali. Sekolah mulai kembali ramai mengadakan beberapa turnamen terbuka maupun internal. Hal ini juga untuk menjaring Futsal SMA 5 Jakarta mendapatkan pemain.
“Saya coba membangunkan lagi Futsal 5 dari 13 trofi yang sudah diraih. Kalau ada turnamen, nama SMA 5 sudah ada tanpa kita harus mendaftar, tinggal kita konfirmasi mau ikut atau tidak,” jelas Apao.
Dengan demikian, Apao berharap ada pemain nasional yang lahir dari SMA 5 Jakarta. Tidak hanya sekadar juara, tapi pemain yang paham dengan futsal sehingga ke depannya bisa berkarier panjang di futsal. “Itu kepuasan saya pribadi sebagai pelatih,” tukasnya sembari tersenyum.