Agni Agustine Dimonim menggebrak cabang olahraga (cabor) wushu di PON XXI Aceh-Sumut 2024 di usianya yang masih 14 tahun. Agni berhasil membuat bangga kontingen DKI Jakarta lewat rentetan medali yang dia peroleh. Sementara itu, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Jawa Timur saling berjibaku berebut medali.
Cabor wushu di PON edisi kali ini menghadirkan sejumlah kisah menarik serta persaingan sengit. DKI Jakarta mampu bersinar di tengah kepungan Sumut, Jateng dan Jatim. Agni menjadi motor wakil ibu kota dalam meraih pundi-pundi medali.
Didampingi sang Ibunda, Agni tak gentar menghadapi lawan-lawan yang berusia lebih senior. Setelah meraih medali perunggu di nomor Nanquan putri, Agni berhasil menambah koleksi medali di nomor Nandao dan Nangun Putri kala tampil di GOR Serba Guna Jalan Pancing, Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (14/9).
Tak tanggung-tanggung, gadis cilik asal Jakarta Utara ini berhasil meraih medali emas di nomor tersebut dengan total nilai 19,180. Adapun medali perak diraih Aqila Ghaida Fuaizah asal Jawa Timur (19.176), sedangkan Tasya Ayu Puspa Dewi asal Jawa Barat harus puas dengan medali perunggu (18.996).
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Agni memang merupakan atlet cilik yang berprestasi. Pada tahun 2020 silam, tercatat Agni pernah meraih juara dua pada Virtual Wushu Championship (VWC) yang memperebutkan Piala Airlangga Hartarto, tepatnya di nomor Nanquan C Junior Putri dan Wingchun Freestyle Putri.
Mental pekerja keras Agni di sasana turut ditunjukkan kala dirinya menimba ilmu di kelas. Kala masih menimba ilmu di SD Santo Paulus, Sunter, Jakarta Utara, Agni dikenal sebagai siswi yang rajin dan aktif.
“Agni adalah seorang siswi yang rajin dan selalu mau bertanya hal-hal yang belum ia ketahui,” ucap Bernardus, Wali Kelas Agni di SD Santo Paulus, dikutip ldari aman resmi Yayasan Suaka Insan.
Agni didampingi oleh sang Ibunda, Mei, kala berlaga mewakili DKI Jakarta di PON XXI Aceh-Sumut 2024. Awalnya, jebolan Sasana Rajawali Sakti ini tak menduga mampu mengungguli rival-rivalnya yang berusia lebih senior.
“Ya, saya senang dan bangga bisa menyumbangkan satu medali emas dan satu perunggu bagi Kontingen DKI Jakarta. Tadinya, saya tidak menduga bisa merebut medali emas karena bersaing dengan atlet senior di PON,” ucap Agni pada rilis yang diterima Ludus.id.
“Saya senang Agni bisa meraih prestasi membanggakan di PON XXI/2024 Aceh-Sumut. Dia memang pantas mendapatkan hasil kerja keras selama ini,” sahut Mei.
Terpisah, Ketua Pengprov WI DKI Jakarta, Gunawan Tjokro mengatakan talenta impresif yang ditunjukkan Agni membuat pihaknya tak menyesal dengan keputusan menurunkan atlet junior.
“Tidak salah kami mengambil keputusan untuk menerjunkan atlet junior di PON XXI Aceh-Sumut. Dan, Agni telah membuktikan bahwa atlet junior juga bisa meraih prestasi,” ujar Gunawan.
“Yang pasti, saya memberikan apresiasi kepada seluruh atlet DKI Jakarta yang telah berjuang maksimal untuk meraih prestasi,” tandasnya.
Sementara itu, kategori putra berhasil dikuasai oleh kontingen tuan rumah. Duet Sumatera Utara, Harris Horatius dan Nicholas menunjukkan rasa lapar medali di nomor masing-masing.
Harris tampak belum puas meski sudah mengantongi emas di nomor Nanquan. Kali ini, atlet berusia 28 tahun ini menambah koleksi medali emas di nomor Nandao dan Nangun Putra dengan nilai tertinggi 19.306.
“Lega. Saya bisa menuntaskan misi menyumbangkan dua medali emas bagi kontingen Sumut di PON XXI Aceh-Sumut 2024,” ujar Harris.
Serupa dengan Nandao dan Nangun Putri, Jawa Timur masih ikut bertengger di podium medali pada nomor ini. Terrence Tjahjadi meraih perak dengan nilai 19.260, diikuti Ahmad Ghozali Fuaz dengan nilai 19.256.
Tak mau kalah, sang kompatriot dari kontingen Sumut, Nicholas yang sebelumnya merajai Taijiquan (Taichi Tangan Kosong) juga ikut menambah perolehan medali. Kali ini, Nicholas meraih medali emas di nomor Taiji Jian (Taichi Pedang).
“Ya, saya sudah lega. Misi saya menyumbangkan dua medali emas bagi kontingen Sumut tuntas dan saya senang serta bangga telah memberikan yang terbaik di tanah kelahiran,” tutur Nicholas.
Rivalitas tiga kontingen
Jatim memenangi persaingan dengan keluar sebagai juara umum di PON XXI Aceh-Sumut 2024. Mereka berhasil finis dengan perolehan tujuh medali emas, sembilan perak dan sembilan perunggu.
Aura rivalitas begitu kental terasa. Tuan rumah harus puas menempati posisi kedua dengan koleksi tujuh emas, empat perak dan satu perunggu. Sementara Jateng berada di urutan ketiga dengan tujuh emas, tiga perak dan tiga perunggu.
Masih berlaga di GOR Serba Guna Jalan Pancing Deli Serdang, Sumut, Minggu (15/9), Jatim menambah pundi-pundi medali di nomor Duilian Putri yang dipersembahkan duet Nathalie Chriselda Tanasa/Benedicta Rafaella Karolusia Prasetyo. Mereka total mencatat nilai sebesar 9,360.
Adapun medali perak diraih Jateng yang dipersembahkan Jessica Antonetta/Evelyn Nuara Adelia/Theodora Rosa Santoso dengan nilai 9,330. Medai perunggu direbut oleh Jambi yang diperoleh Anastasya Astuti/Veren Aprilia/Ananda Sri Mardiana dengan nilai 9,326.
Tak sampai di situ, Jatim berhasil mengawinkan medali emas Duilian Putri dengan Duilian Putra. Trio Akbar Dwi Affandi/Nicholaus Karanka Adi Nugroho/Muhammad Zaki Ikbaar Ramadhan sukses menyamai keberhasilan kelompok putri dengan ikut menyumbang medali emas dengan nilai 9,366.
Hebatnya lagi, medali perak di nomor putra juga berhasil direbut oleh Jatim lewat Ahmad Ghifari Fuaiz/Rakay Nobel Ardiansyah/Ahmad Ghozali Fuaiz dengan nilai 9,356. Jambi kembali turut meramaikan persaingan dengan medali perunggu berkat aksi Candika Nugraha/Zio Catriadi dengan nilai 9,323.
Jatim memang berhasil keluar sebagai juara umum. Namun mereka gagal meraih satu pun medali emas di nomor Sanda. Sebaliknya, Jateng justru berjaya di nomor ini. Jateng keluar sebagai jagoan di nomor Sanda dengan koleksi enam emas dari tujuh atletnya yang berlaga di partai puncak.
Sementara, tuan rumah Sumut harus puas dengan raihan tiga medali emas. Bayu Peni Hendrasswar (48 kg putri) dan Tharisa Dea Florentina (48 kg putri) sukses mengalahkan lawannya masing-masing. Bayu berhasil mengalahkan Novriza Raihanda asal Aceh, sedangkan Tharisa begitu perkasa di hadapan Elsanda Sitio asal Sumut.
Sementara itu, Gita Ariesta berhasil mengatasi Melisa Try Andani asal Jambi di kelas 56 kg putri, sedangkan Thania Kusumaningtyas sukses menumbangkan Elika Boru Tarigan (Sumut) di kelas 60kg putri.
Beralih ke putra, rivalitas Jateng versus Sumut juga tersaji, Yusuf Widiyanto mengalahkan Elbi Elisius Brahmana di kelas 56 kg putra. Sementara Puja Riyaya mengalahkan Roberto Manik di kelas 75 kg putra.
“Kami senang bisa meraih enam medali emas dari tujuh finalis. Ini sudah melebihi dari target semula yang hanya empat medali emas. Di PON XX Papua saja, kita hanya mendapatkan tiga medali emas dari Sanda,” kata Manajer Tim Wushu Jateng, Mochamad Zaenuri.
Dari kubu Sumut, kontingen tuan rumah meraih tiga medali emas lewat Fereddy Sinaga yang meraih kemenangan teknis atas Khairil Walidi asal Aceh) di kelas 52 kg, Samuel Marbun menang DF (kesalahan di lapangan) atas Akbar Rizky Dwi Putra asal Sumsel di kelas 56 kg, dan Harry Brahmana mengalahkan Rahmad Dwi Kurniawan asal Aceh di kelas 70 kg putra.
“Saya apresiasi perjuangan maksimal atlet sanda Sumut. Dan saya bersyukur bisa meraih tiga medali emas dari nomor Sanda,” ujar Darsen Song, Ketua Pengprov WI Sumut
“Hasil ini memang sama dengan PON XXI/2020 Papua. Namun, secara keseluruhan tim wushu Sumut telah melampaui target dengan meraih tujuh medali emas. Target awalnya lima medali emas,” sambungnya menambahkan.
DKI Jakarta juga ikut meramaikan persaingan meski hanya menempatkan satu wakil di partai final. Jamanta yang turun di kelas 60 kg putra merebut emas usai menekuk Bintang Reindra Nada Guitara asal Jateng.
“Saya bangga bisa menjadi satu-satunya atlet sanda DKI Jakarta yang bisa menyumbangkan medali emas. Bintang memang baru pertama kali bertemu tetapi saya bisa mengatasinya dengan baik,” tutur Jamanta.
Langkah mulia kontingen Jateng
Keberhasilan wushu Jateng di PON XXI Aceh-Sumut 2024 menghadirkan kisah menarik lainnya. Salah satu peraih medali emas, Tharisa Dea Fiorentina mengungkap dirinya akan mengumpulkan bonus yang didapat untuk membangun sasana.
“Bonus PON akan saya tabung buat membangun sasana,” ujar wanita yang juga merupakan peraih emas di SEA Games 2023 Kamboja ini.
Manajer tim wushu Jateng, Mochamad Zaenuri turut mengapresiasi keputusan mulia Tharisa. Dia pun mengimbau atlet lain untuk turut berkontribusi membangun sarana demi keberlanjutan prestasi wushu di Jateng.
“Memang kita selalu mengimbau atlet Jateng yang punya prestasi agar membangun sasana. Karena, peran mereka sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau meningkatkan prestasi wushu Jateng,” ujar Zaenuri.
Tharisa sudah mengoleksi dua medali emas di ajang PON. Sebelumnya, Tharisa sempat merengkuh medali emas di PON XX Papua 2020 silam.
Adapun pada PON XXI Aceh-Sumut 2024, Tharisa hanya butuh dua ronde untuk mengalahkan wakil tuan rumah, Elsanda Sitio. Tharisan lantas memberikan kesan-kesannya usai berhasil membekuk lawannya tersebut.
“Ya, saya hanya bertarung dalam dua ronde saja untuk merebut medali emas. Lawan sih tampil cukup ngotot karena mendapat dukungan dari penonton,” tutup Tharisa.
Tharisa bukan atlet wushu Jateng pertama yang berniat membangun sasana. Sebelumnya, sudah ada peraih emas asal Jateng lain, Puja Riyaya yang sudah lebih dulu membangun sasana.