Di tengah perjuangan pebulu tangkis Indonesia di BWF World Tour Finals 2024 di China, dunia bulu tangkis nasional juga diramaikan dengan kabar kepulangan salah satu legendanya ke tanah air. Sosok tersebut adalah Hendrawan.
Hendrawan yang sudah sejak 2009 berkarier bersama federasi bulu tangkis Malaysia (BAM), menyudahi kerja sama dengan Negeri Jiran setelah kontraknya habis. Dia kemudian memilih untuk pulang kampung dan melatih PB Djarum.
Sontak, hal ini menimbulkan kehebohan di kalangan Badminton Lovers (pencinta bulu tangkis) nasional. Sebab, Hendrawan merupakan pelatih yang cakap dalam melahirkan pebulu tangkis andal.
Baca juga:
Mohammad Ahsan Akhiri Kisah ‘The Daddies’
Salah satu produk binaan Hendrawan yang kini masih termasuk jajaran elite dunia adalah Lee Zii Jia. Sebelumnya, dia juga termasuk sosok yang berada di balik sukses legenda tunggal putra Malaysia, Lee Chong Wei.
Kepulangan Hendrawan jelas menjadi angin segar bagi bulu tangkis Indonesia. Di tengah prestasi bulu tangkis nasional yang menurun, tentu muncul harapan melihat Hendrawan bergabung dengan pelatnas guna membantu mengangkat lagi performa para atlet, terutama di sektor tunggal yang merupakan spesialisasinya.
Namun, dia justru mengubur harapan tersebut dan memilih untuk bergabung dengan PB Djarum sebagai klub yang membesarkan namanya.
“Saya memutuskan kembali ke Indonesia atas segala pertimbangan karena sudah lama di luar negeri, saya mau pulang saja,” kata Hendrawan ketika dihubungi Ludus.id lewat sambungan telepon, Selasa (11/12/24) malam WIB.
“Kebetulan waktu ngobrol dengan Djarum, memang terbuka karena mereka ingin saya pulang dulu. Perkara nanti kerjanya di mana, dipikirkan belakangan, yang penting pulang dulu. Akhirnya, saya pilih bergabung dengan Djarum,” lanjut dia.
Sebenarnya, Hendrawan enggan membesar-besarkan kepulangannya ke Indonesia. Namun, dia melihat begitu banyak rumor yang beredar sehingga dia merasa butuh memberikan kejelasan agar tak semakin menjadi bola liar.
“Kemarin itu memang ada beberapa opsi, ada yang dari federasi bulu tangkis Singapura (SBA). Saya dan istri sudah bertemu dengan perwakilan mereka. Tawaran ke India juga ada, tapi dari beberapa opsi itu memang berat kalau ke India berat karena keluarga jauh ke sananya,” ujar pria 52 tahun itu.
“Dan sebenarnya saya sudah bergabung dengan Djarum sejak November kemarin,” jelasnya.
Menyoal alasan bergabung dengan Djarum dan bukan ke pelatnas, Hendrawan menilai saat ini tawaran yang cocok untuknya adalah kembali berbakti dengan klub yang dulu pernah dia bela semasa aktif bermain.
“Saya memang belum ada rencana ke pelatnas. Biar Taufik (Hidayat) saja yang memilih yang terbaik. Saya mendukung untuk memberi kebebasan pada taufik, Pak Mulyo Handoyo, dan Eng Hian karena targetnya berat ya,” ucap Hendrawan.
Kendati demikian, Hendrawan mengaku jika dia saat ini masih sekadar membantu untuk melatih di PB Djarum dan belum diamanatkan untuk menangani sektor mana sebagai tugas utamanya. Klub belum mengambil sikap lantaran masih menunggu keputusan PBSI soal penghuni pelatnas tahun depan.
“Untuk sekarang masih belum dapat tugas, masih bantu-bantu saja karena kemarin dijelasinnya pulang dulu saja. Ini karena Djarum masih menunggu PBSI, siapa masuk dan keluar pelatnas, baik pelatih maupun pemain. Makanya, saya disuruh sabar dulu sampai nanti betul-betul semuanya sudah jelas, baru menyusun rencana ke depannya seperti apa,” ucap Hendrawan.
Andalan Indonesia
Semasa aktif bermain, Hendrawan merupakan salah satu andalan Indonesia di sektor tunggal putra. Dia merupakan jebolan PB Djarum yang telah memulai karier bulu tangkis sejak usia 10 tahun.
Hendrawan masuk pelatnas pada awal 1990 dan perlahan menancapkan namanya sebagai salah satu tunggal putra elite nasional. Dia besar di era 1990-an bersama dengan Hariyanto Arbi, Marleve Mainaky, Joko Suprianto, dan Indra Wijaya.
Sayang, namanya kurang begitu terdengar lantaran kala itu cukup banyak pebulu tangkis Indonesia di sektor tunggal putra dengan catatan prestasi gemilang. Padahal, jika diukur secara prestasi, Hendrawan tak kalah bersinar lantaran pernah meraih medali emas Kejuaraan Dunia 2001, Asian Games 1998, dan tiga kali beruntun membawa pulang Piala Thomas pada 1998, 2000, dan 2002.
Pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 27 Juni 1972 itu juga merupakan peraih medali perak Olimpiade Sydney 2000. Kala itu, dia dikalahkan pebulu tangkis China, Ji Xinpeng di final.
Olimpiade tersebut menjadi yang terakhir baginya lantaran dia memilih untuk pensiun pada 2003.
Hendrawan menikah dengan Silvia Anggraini yang merupakan kakak dari pebulu tangkis Hendra Setiawan. Dari pernikahannya itu, dia memiliki dua anak, yakni Josephine Sevilla dan Alexander Thomas. (Pratama Yudha)