
LUDUS – Sebuah studi baru menunjukkan bahwa smartwatch atau jam tangan pintar dapat membantu mengukur kesehatan jantung dengan cara yang sederhana. Apalagi smartwatch dapat melakukan lebih dari sekadar menghitung langkah atau melacak detak jantung.
Para peneliti dari Universitas Northwestern telah mengembangkan ukuran kesehatan baru menggunakan data jam tangan pintar. Penelitian ini bertujuan untuk dapat membantu mengidentifikasi orang-orang yang berisiko mengalami masalah jantung.
Studi yang dipresentasikan pada Sesi Ilmiah Tahunan American College of Cardiology (ACC.25) ini memperkenalkan metrik yang disebut detak jantung harian per Langkah atau daily heart rate per step (DHRPS).
Metode ini menggabungkan dua pengukuran yang umum ada pada smartwatch, yaitu detak jantung harian rata-rata dan total langkah Anda per hari. Untuk menghitungnya, cukup membagi detak jantung rata-rata dengan jumlah langkah dalam sehari.
Baca juga: Jaga Kesehatan Jantung dengan Diet Mediterania
Hasilnya tampak memberikan informasi yang lebih berguna tentang kebugaran jantung, bukan sekadar mengukur detak jantung atau jumlah langkah saja.
“Itu memberi gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana jantung menyesuaikan diri dengan aktivitas sehari-hari, yang dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini,” kata Zhanlin Chen, mahasiswa kedokteran dan penulis utama studi tersebut dikutip dari laman knowridge, Kamis (27/3/2025).

Meskipun ada tes untuk mendeteksi tanda-tanda awal masalah jantung, namun banyak orang yang melewatkannya. Itulah sebabnya menemukan cara yang sederhana dan mudah diakses untuk melacak kesehatan jantung dapat membuat perbedaan besar, terutama jika menggunakan perangkat yang sudah dipakai banyak orang setiap hari.
Untuk penelitian ini, para peneliti mengamati data dari hampir 7.000 orang dewasa yang membagikan catatan aktivitas dan catatan kesehatan Fitbit mereka melalui program penelitian All of Us, studi kesehatan besar yang didukung oleh National Institutes of Health. Secara total, tim menganalisis data yang mencakup 5,8 juta hari dan 51 miliar langkah.
Baca juga: Pelajaran Kasus Zhang Zhi Jie, Henti Jantung Mendadak Jadi Bahaya Laten bagi Atlet
Menariknya, penelitian tersebut tidak menemukan hubungan antara DHRPS dan risiko stroke atau serangan jantung. Hal yang membuat DHRPS sangat berguna adalah memprediksi kondisi yang berhubungan dengan jantung secara lebih baik.
Tim peneliti juga mengujinya sekelompok kecil orang menggunakan uji stres treadmill dan menemukan DHRPS lebih erat kaitannya dengan seberapa baik kinerja jantung selama berolahraga, dibandingkan dengan data jam tangan pintar biasa.

Chen yakin bahwa metrik baru ini dapat membantu mengidentifikasi orang-orang yang mungkin mendapat manfaat dari pengujian yang lebih mendalam atau latihan penguatan jantung.
Apalagi ini adalah sesuatu yang dapat dengan mudah diperiksa sendiri oleh orang-orang menggunakan data jam tangan pintar atau bahkan dengan aplikasi baru di masa mendatang.
Baca juga: Kenali Plus-Minus Fitness Tracker dalam Berolahraga
Studi ini merupakan gambaran singkat pada suatu waktu dan tidak melacak apakah masalah kesehatan muncul sebelum atau setelah data Fitbit dikumpulkan. Para peneliti ingin melakukan studi jangka panjang yang lebih terperinci untuk melihat bagaimana DHRPS berubah seiring waktu,
Termasuk apakah DHRPS benar-benar dapat memprediksi penyakit jantung di masa mendatang. Chen dan tim peneliti yakin dengan pengujian dan penyempurnaan lebih lanjut, jenis data ini dapat ditambahkan untuk memeriksa masalah jantung.
“Perangkat yang dapat dikenakan memberi kita data menit demi menit tentang fungsi jantung sepanjang hari. Itu adalah peluang besar untuk memahami kesehatan secara real time.” Zhanlin Chen, Mahasiswa Kedokteran dan Peneliti dari Universitas Northwestern.
“Perangkat yang dapat dikenakan memberi kita data menit demi menit tentang fungsi jantung sepanjang hari. Itu adalah peluang besar untuk memahami kesehatan secara real time, kami baru mulai memanfaatkan potensi itu,” ujarnya.
Hasil penelitian awal menemukan bahwa orang dengan DHRPS yang lebih tinggi sekitar 25% ke atas berpotensi 2 kali lebih mungkin menderita diabetes tipe 2. Kemudian 1,7 kali lebih mungkin menderita gagal jantung, 1,6 kali lebih mungkin menderita tekanan darah tinggi, dan 1,4 kali lebih mungkin menderita aterosklerosis koroner (penumpukan plak di arteri jantung). (*)