Inggris Membosankan, Tapi Sudah Ada Peningkatan

Kredit foto: X/@england
Jude Bellingham merayakan gol ke gawang Serbia.

Timnas Inggris lagi-lagi dihujat lantaran permainan mereka dianggap membosankan di laga perdana Euro 2024 kontra Serbia. Namun, jika dibedah lebih dalam, permainan The Three Lions sejatinya sudah ada peningkatan. Sang pelatih, Gareth Southgate tidak mengulangi kesalahannya seperti saat timnya dikalahkan Islandia pada laga persiapan.

Suporter Inggris memadati Veltins Arena, Gelsenkirchen, pada laga pembuka Grup C Euro 2024, Minggu (16/6) malam waktu setempat atau Senin (17/6) dini hari WIB. Tribune kandang Schalke 04 itu pun bergetar kala tandukan Jude Bellingham menggetarkan jala gawang Serbia di menit ke-13.

Sejak awal, laga ini memang menarik dan sayang untuk dilewatkan. Kedua tim belum pernah saling bertemu sejak Montenegro menyatakan kemerdekaan penuh pada 21 Mei 2006. Serbia baru menjadi negara mandiri pada tahun 3 Juni 2006.

Berdasarkan catatan UEFA, Inggris hanya pernah bertemu Serbia ketika negara Eropa Timur itu masih menjadi bagian Yugoslavia dan Montenegro. Mereka bertemu sebanyak 11 kali, empat laga dimenangkan Inggris, Serbia versi Yugoslavia dan Montenegro menang enam kali dan sisanya berakhir imbang.

Hal menarik lainnya adalah laga ini ditetapkan UEFA sebagai pertandingan berisiko tinggi alias high risk match. Alasannya, kedua tim sama-sama memiliki kelompok hooligan yang begitu beringas.

Panitia pelaksana melarang suporter yang hadir di stadion membawa minuman dengan kadar alkohol tinggi. Hadirin di stadion hanya diperkenankan membawa bir yang tidak memabukkan.

Benar saja, lima jam sebelum laga, kedua kelompok hooligan terlibat perkelahian di sebuah restoran Hirst Steakhouse di kota Gelsenkirchen. Kala itu, sejumlah suporter Inggris dan Serbia tengah minum-minum.

“Kursi, botol, meja dan apapun yang Anda bayangkan tiba-tiba jatuh,” ujar seorang saksi dilansir The Guardian.

Pada insiden itu, beberapa suporter dan petugas polisi berlumuran darah. Terdapat satu orang polisi mengalami luka di kepala, sejumlah suporter juga dilaporkan luka-luka. Tidak jelas siapa yang menjadi pemicu atas keributan tersebut. Namun, polisi Jerman mengamankan tujuh orang Serbia. Investigasi pun masih terus dilakukan.

Southgate izinkan pemain berimprovisasi 

Permainan Inggris memang membosankan. Sepanjang laga, Harry Kane dan kolega hanya menciptakan lima tembakan, dengan tiga diantaranya tepat sasaran. Terlebih laga ini dimainkan pada pukul 02.00 WIB, maka laga ini menjadi paket lengkap untuk menguji ketahanan diri terhadap rasa kantuk.

Namun jika dilihat dari segi taktik, permainan Inggris cukup istimewa ketimbang kontestan-kontestan lain yang sudah berlaga di Euro 2024. Sebab, pergerakan para pemain Inggris begitu cair. Southgate memberikan kebebasan kepada anak asuhnya untuk berimprovisasi.

Hal ini sudah dapat diprediksi sejak daftar susunan pemain diumumkan. Berkat kekalahan 0-1 dari Islandia di laga persahabatan, Southgate sadar bahwa atribut yang dimiliki Trent Alexander-Arnold sangat vital. Terlebih, bek sayap Liverpool ini merupakan pemain yang serbabisa.

Alih-alih posisi asli, Southgate malah menempatkan Alexander-Arnold di pos gelandang bertahan, berduet dengan Declan Rice sebagai double pivot. Di sinilah hidangan istimewanya, pergerakan Alexander-Arnold sangat cair.

Kredit foto: X/@england
Trent Alexander-Arnold berselebrasi bersama Jude Bellingham. Alexander-Arnold menjadi nyawa dalam permainan Inggris.

Kadang Alexander-Arnold melebar ke sisi sayap kanan, kadang dia naik membantu serangan, acapkali kembali ke posisinya. Pada menit ke-31, pemain berusia 25 tahun ini juga kedapatan bergerak melebar ke sisi sayap kiri.

Jika Alexander-Arnold off position ke sisi sayap, Kyle Walker akan bergerak sejajar dengan John Stones dan Marc Guehi membentuk pola tiga bek tengah. Begitupun sebaliknya, jika Alexander-Arnold kembali ke posisinya, maka Walker yang akan bermain melebar.

Selain Alexander-Arnold dan Walker, tak lengkap rasanya jika tidak memberi perhatian khusus kepada Jude Bellingham, sang man of the match (MOTM) sekaligus pencetak gol di laga tersebut. Sebagaimana rekan setimnya, pergerakan Bellingham juga cair.

Terkadang Bellingham turun untuk membantu build-up atau juga menjemput bola untuk dialirkan ke depan. Kejeniusan Bellingham di lini tengah pun menjadi pembeda. Pada proses terjadinya gol, Bellingham turun menjemput bola dan mengalirkannya kepada Walker.

Kredit foto: Tangkapan layar Vision Plus
Bek Serbia saling menutup opsi umpan. Jude Bellingham berlari bebas ke ruang kosong. Tak ada yang menyadari pergerakan Bellingham. Bintang muda Real Madrid kemudian menyambut umpan Bukayo Saka.

Walker menyodorkan bola ke Bukayo Saka yang ada di depan. Phil Foden dan Harry Kane membantu skema lewat pergerakan tanpa bola. Hasilnya, bek Serbia pun terpancing.

Nikola Milenkovic menjaga Phil Foden, sedangkan Milos Vejkovic menempel Harry Kane. Ruang pun terbuka sedemikian lebar. Bellingham kemudian berlari menuju ruang kosong dan menyambut bola.

Aksi Bellingham menuai decak kagum sang pelatih, Southgate. Pria berusia 53 tahun ini takjub dengan cara bintang Real Madrid tersebut mengkreasikan peluang, lalu mengeksekusi sendiri peluang yang dia buat.

“Dia (Bellingham) menulis naskahnya sendiri. Waktu larinya. Itu adalah permainan yang luar biasa dalam membangun permainannya. Saya pikir semua pemain depan kami tampil sangat bagus. Saya yakin kami akan mencetak gol,” kata Southgate dilansir Goal International.

Ruang evaluasi 

Kendati demikian, masih ada banyak ruang bagi Southgate untuk mengevaluasi timnya. Masih banyak kekurangan dalam permainan Inggris, terutama saat tidak menguasai bola.

Serbia berulang kali mengeliminasi pressing pemain depan Inggris. Untungnya, Serbia sempat kesulitan mengalirkan bola ke depan pada babak pertama. Namun, kemudian hal ini dibenahi Serbia pada paruh kedua.

Tim besutan Dragan Stojkovic akhirnya mampu membongkar pertahanan Inggris. Serbia juga memanfaatkan niat Southgate yang ingin menjaga fisik dan stamina para pemain pentingnya.

Pada menit ke-68, Alexander-Arnold keluar digantikan Connor Gallagher. Tujuh menit berselang, Jarrod Bowen menggantikan Bukayo Saka. Kemudian pada menit ke-86, giliran Bellingham yang ditarik keluar digantikan Kobbie Mainoo.

Sejak pergantian-pergantian tersebut, permainan Inggris kehilangan gairah. Keputusan Southgate yang membebaskan pemainnya berimprovisasi menghadirkan bumerang usai pergantian pemain. Hasilnya, Inggris terlalu pasif dan mengandalkan kemampuan individu. Hal ini menjadi masalah sebab Mainoo dan Gallagher tidak sematang Alexander-Arnold dan Bellingham.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.