Timnas Basket Indonesia terancam tidak lolos ke FIBA Asia Cup 2025 di Jeddah, Arab Saudi. Dua kekalahan di Window I FIBA Asia Cup Qualifiers memperberat langkah tim asuhan Milos Pejic ini untuk kembali berlaga di ajang basket paling bergengsi di Asia tersebut.
Tergabung di Grup A bersama Australia, Korea Selatan, dan Thailand, target paling realistis Indonesia adalah finis di posisi tiga. Dengan menempati posisi tiga, Merah-Putih tidak lolos otomatis, tetapi akan menjalani playoff kualifikasi. Peluang lolos dari jalur ini jelas besar karena Indonesia menghadapi penghuni peringkat tiga grup lain yang secara kualitas relatif berada di bawah.
Thailand menjadi lawan yang wajib dikalahkan, kalau bisa dua kali jika ingin aman. Sayangnya, Badan Tim Nasional (BTN) PP Perbasi dan pelatih Milos Pejic membuat kebijakan cukup kontroversial. Mereka menurunkan mayoritas pemain muda yang masih minim pengalaman. Rata-rata adalah jebolan proyek Indonesia Patriots di IBL 2021.
Pemain-pemain seperti Hendrick Xavi Yonga, Yesaya Saudale, Aldi Izzatur Rahman, dan lain-lain memang pemain bertalenta. Namun, berat bagi Indonesia untuk tampil tanpa pemain-pemain andalan semisal Andakara Prastawa, Brandon Jawato, Abraham Damar Grahita, maupun Arki Dikania Wisnu.
Tidak dipanggilnya pebasket-pebasket itu tentunya menambah derita Indonesia yang memang tidak bisa diperkuat Marques Bolden dan Derrick Michael FIBA Asia Cup Qualifier 2025. Keduanya bermain di NBA G-League dan Liga Mahasiswa Amerika Serikat (NCAA), kompetisi yang berada di luar jurisdiksi FIBA. Ini membuat tim yang mereka perkuat tak memiliki kewajiban melepas pemain ke Tim Nasional.
Dan benar saja, menghadapi Thailand yang turun dengan kekuatan terbaik, Indonesia kalah 56-73 di Nimibutr Arena, Bangkok. Padahal, Thailand boleh dibilang sangat jarang mengalahkan Indonesia.
Sedangkan, pada game melawan Australia di Indonesia Arena, Minggu (25/2/24) malam, Kaleb Ramot Gemilang dan kawan-kawan tunduk dengan skor sangat telak, 51-106.
Tampil lumayan bagus pada separuh pertama kontra Boomer, julukan Australia, Indonesia menurun di paruh kedua. Bahkan, di kuarter tiga, Indonesia hanya mampu mencetak dua poin.
Pelatih Indonesia, Milos Pejic mengatakan, dipanggilnya para pemain muda memiliki tujuan investasi jangka panjang. Pria asal Serbia ini menyatakan, pemain-pemain jebolan Indonesia Patriots ini harus sudah siap diandalkan pada tiga hingga empat tahun ke depan.
“Ini merupakan investasi untuk kami. Ke depan, kami mungkin akan mengandalkan tujuh sampai delapan pemain dari tim ini dan di mixed dengan Marques (Bolden) dan Derrick Michael. Jika kita tak memberikan jam terbang mereka sekarang, kapan mereka akan siap untuk menjadi andalan,” ucap Pejic pada konferesni pers pertandingan lawan Australia.
Namun, yang menjadi masalah, memberikan jam terbang ke pemain muda saat ini seolah memperlihatkan kalau PP Perbasi tidak memiliki target untuk meloloskan Timnas ke FIBA Asia Cup 2025. Padahal, turnamen ini jadi sangat penting bagi penggemar basket Indonesia, terutama setelah 2022.
Dua tahun lalu, Indonesia menjadi tuan rumah FIBA Asia Cup 2022 di Istora Senayan, Jakarta. Prestasinya pun cukup lumayan dengan menempati posisi tiga Grup A dan tampil pada babak playoff. Sayangnya, Indonesia gagal ke perempat final lantaran di playoff tunduk dari China.
Pembelaan Kaleb Ramot
Kaleb Ramot, Lester Prosper, serta Agassi Goantara adalah tiga pemain senior yang tetap dipanggil di Window I Kualifikasi untuk membimbing para pemain muda. Pada konferensi pers, Kaleb memberikan pembelaannya terhadap keputusan tim pelatih banyak menurunkan pemain muda.
Pemain andalan Dewa United Banten ini senada dengan Pejic. Menurut dia, para pemain muda generasi Yesaya Saudale memang harus diberikan jam terbang tinggi.
“Dalam tiga sampai empat tahun ke depan, para pemain muda ini harus siap. Masa sih, sampai nanti masih senior-senior seperti saya, Abraham, dan lain-lain yang diandalkan. Walaupun, saya pasti akan terus bersaing memperebutkan tempat di Timnas,” ucap Kaleb.
MVP Indonesian Basketball League (IBL) 2018-2019 dan 2023 ini pun memberikan semangat kepada para pemain muda. Ia berpesan agar pemain-pemain ini tidak melupakan rasanya membela Timnas.
Pemain-pemain muda juga harus diberikan kredit karena memang tidak mudah bermain di ajang sebesar FIBA Asia Cup Qualifier. Apalagi, mereka harus berhadapan dengan Australia yang merupakan tim terbaik Asia dan lima besar dunia.
“Sebagai senior, saya cuma bilang ke mereka untuk tidak melupakan rasanya main di Timnas. Pakai ini sebagai batu loncatan untuk mengejar semuanya,” Kaleb mengungkapkan.
Menurut Kaleb, selama perjuangan di Window I FIBA Asia Cup Qualifier 2025, pemain senior seperti Arki juga memberikan semangat ke para pebasket Timnas.
Arki mengirimkan video yang berisikan motivasi kepada para pemain Indonesia khususnya yang muda. Semangat dari Arki juga sangat dibutuhkan mengingat dia adalah pebasket legendaris yang sangat dihormati pemain lain.
“Arki juga sudah memberikan video kepada kami untuk memberikan semangat. Intinya, semua pemain senior selalu memberikan suport kepada yang muda,” Kaleb menuturkan.
Menit Bermain di IBL Berkurang
Dua kekalahan di Window I FIBA Asia Cup Qualifier 2023 juga menjadi alarm untuk IBL. Regulasi yang memperbolehkan memiliki tiga pemain asing dengan dua di antaranya dapat dimainkan bersama membuat menit bermain pebasket lokal berkurang drastis.
Bisa dilihat dalam statistik, kalau pada musim lalu, pemain-pemain seperti Yesaya Saudale, Hendrick Xavi Yonga, dan lain-lain cukup sering diandalkan timnya. Namun musim ini, sangat jarang mereka tampil di lapangan.
Hal ini tentu berdampak kepada performa mereka di Timnas. Apalagi faktanyta, pengalaman mereka bermain di Timnas senior pun terbilang sangat minim.
Sebagai catatan, selain tiga pemain asing, klub IBL juga diizinkan mengontrak pemain naturalisasi atau warga asing yang punya darah Indonesia. Mereka bahkan diperbolehkan bermain bersama pemain asing. Hanya saja, memang tidak semua tim mampu mendapatkan pemain naturalisasi maupun keturunan.
Peraturan pemain asing baru di IBL memang bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi, hal ini menggerus jam bermain pebasket asli Indonesia. Namun, di sisi lain, kualitas kompetisi meningkat. Ini dibuktikan dengan banyaknya laga yang berakhir dengan skor besar.