
Atlet taekwondo Indonesia Reinaldy Atmanegara saat merebut medali emas pada kejuaraan internasional.
Beberapa tahun lalu, nama Reinaldy Atmanegara kerap wara-wiri dalam pemberitaan soal taekwondo. Parasnya tampan dan tutur katanya halus. Namun, bukan itulah yang membuat ia diberitakan luas.
Penyebabnya jelas: prestasi! Atlet asal Jawa Tengah itu kerap bertanding mewakili Jawa Tengah di berbagai kompetisi nasional dan mewakili Indonesia di ajang internasional. Tak jarang Rei pulang membawa medali yang mengharumkan nama daerahnya serta merah putih.
Kisah Rei bermula dari Tangerang, Banten. Rei, yang lahir pada 20 April 1995 di Tangerang, ikut pindah bersama orang tuanya saat ia duduk di kelas 2 sekolah dasar. Ketika berusia delapan tahun, anak bungsu dari dua bersaudara ini tertarik kepada taekwondo karena melihat tetangganya pulang latihan dengan seragam taekwondo.
Meski bukan dari kalangan atlet, kedua orang tuanya meminta Rei untuk berlatih wushu. Rei sempat diajak ke sebuah tempat latihan wushu oleh sang ayah, Fuad Hambali, tetapi ia tidak berminat.
Rei lebih memilih taekwondo. Awalnya, ia mencoba poomsae, yaitu aliran taekwondo yang lebih mengutamakan seni gerak melawan rival imajiner. Rei, yang saat itu masih berusia delapan tahun, sempat mengikuti kejuaraan poomsae di Jawa Tengah dan berhasil meraih medali perak. Namun, ia menyadari lebih menyukai kyorugi, yang memiliki lawan bertarung.
“Saya waktu kecil bandel. Sering berantem. Makanya, mungkin karena itu saya lebih memilih kyorugi,” kata Reinaldy seraya tertawa, saat dijumpai di Dojang Reinaldy Atmanegara di kawasan Pluit Selatan, Jakarta Utara, Rabu (25/10/2023).
Karena ketekunannya mendalami kyorugi, Rei berhasil merengkuh emas di kejuaraan taekwondo di Pati, Jawa Tengah pada 2004. Ia kemudian mengikuti berbagai kejuaraan di level junior.

Atlet taekwondo Reinaldy Atmanegara saat berlaga pada kejuaraan nasional.
Rei kemudian terpilih masuk ke pemusatan latihan nasional (pelatnas) taekwondo junior. Di sini, ia makin berkembang. Terbukti dengan raihan emas di kejuaraan taekwondo di Vietnam dan kejuaraan ASEAN Taekwondo Federation pada 2009.
Setahun berselang, Rei mendapat kesempatan untuk mewakili Indonesia di kejuaraan dunia taekwondo untuk level junior. Melawan para rival yang tubuhnya lebih besar, Rei tidak gentar. Ia tampil impresif, tetapi langkahnya terhenti di perebutan perunggu usai kalah dari atlet Iran. Kabar buruknya, Rei mengalami cedera patah kaki di kejuaraan tersebut.
Rei mulai masuk masa peralihan dari atlet junior ke senior pada 2012-2013. Salah satu prestasinya di masa peralihan ini ialah ketika sukses meraih podium tertinggi di Kejuaraan Hongkong Open 2013. Turun di nomor kyorugi kelas 54 kg fin putra, Rei berhasil menumbangkan atlet Tiongkok dengan skor 8-3.
Debutnya sebagai taekwondoin level senior dibuka dengan cukup membanggakan, yaitu raihan medali perunggu di Kejuaraan Asia 2014. Di tahun yang sama, Rei juga meraih perunggu di Thailand. Emas perdana ia raih di kejuaraan taekwondo Indonesia Open 2014. Emas berikutnya ia dapat dari menjuarai ASEAN University Games di Palembang, Sumatera Selatan pada Desember 2014.
Nama Reinaldy Atmanegara makin berkibar berkat raihan emas di Sea Games 2015. Di final kyorugi -54 kg di Singapore EXPO Hall 2 pada Jumat, 12 Juni 2015, Reinaldi tampil dominan atas sang lawan asal Malaysia, Mohammad Azri. Dalam debutnya di SEA Games itu, Rei menang telak 11-6 dalam tiga ronde.
“Dapat emas saat debut di SEA Games, rasanya bahagia banget,” ucap Rei.
Rei kemudian membidik Olimpiade Brazil 2016. Ia berlatih keras untuk lolos kualifikasi. Namun, dalam kualifikasi terakhir di Manila, Filipina pada 17 April 2016, Reinaldy (kelas 58 kg) bersama tiga rekannya, yaitu Mariska Halinda (48 kg), Dinggo Ardian Prayogo (68 kg), dan Shaleha (57kg) gagal jadi finalis. Reynaldi kalah 7-10 dari atlet Yaman.

Mantan atlet taekwondo nasional Reinaldy Atmanegara melatih anak-anak.
Tidak mau terlarut dalam kekecewaan mendalam, Rei mengalihkan fokusnya, yaitu untuk mempertahankan emas di Sea Games 2017 di Malaysia. Namun, lagi-lagi gagal terwujud.
Penyebabnya adalah masalah klasik di dunia olahraga Indonesia: gaji yang tertunggak. Rei tidak menerima gaji dari pemerintah sampai tiga bulan.
Selama tidak bergaji, Rei mengandalkan tabungan sendiri selama menjalani pemusatan latihan di Cibubur, Jakarta Timur. Meski mengaku konsentrasinya tidak terganggu, hasilnya lain dari perkataan. Rei hanya dapat meraih perunggu di Malaysia.
Rei termasuk salah satu atlet yang diturunkan di Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Turnamen akbar se-Asia ini jadi salah satu impian Rei sebagai atlet. Namun, target Rei untuk meraih medali pupus. Ia gagal ke semifinal setelah kalah dari atlet Taiwan, Kuangwu Hou di kategori putra kelas 58 kg.
Alumnus SMA Theresia Semarang ini mendapat pelipur lara dengan raihan perak pada Sea Games Filipina 2019. Rei menutup perjalanannya di SEA Games 2021, Hanoi, Vietnam dengan perolehan medali perunggu.
Sebelum pensiun, penyuka makanan Korea, yukgaejang ini meraih medali emas di PON Papua 2021. Di partai puncak kelas fin 54 kg, wakil Jawa Tengah itu sukses menumbangkan wakil Jawa Barat, Dhiva Rahmani di Aula Politeknik Penerbangan, Kota Jayapura, Selasa, 5 Oktober 2021.

Mantan atlet taekwondo nasional Reinaldy Atmanegara (tengah) bersama anak-anak latihnya.
Pensiun
Rei mengaku telah merasakan kejenuhan. Selain itu, cedera tulang selangkangan kanan yang ia dapat saat berlatih pada 2014, makin lama makin merambat dan mengganggu pergerakannya. Ia pun memutuskan pensiun pada Juni 2022.
“Jadi atlet itu tidak bisa ikut nongkrong, masa muda habis untuk latihan, jenuh. Namun, saya bangga bisa punya prestasi, gaji, bonus, dikenal orang,” beber Rei.
Salah satu kebanggaan Rei adalah ketika ia membeli rumah dari hasil bonus menjuarai SEA Games 2015.
Keputusan Rei untuk pensiun melewati pergulatan batin yang cukup dalam. Ia berpikir untuk menjadi pelatih dan mendirikan dojang (tempat latihan taekwondo) sendiri. Berkat saran dari kolega dan dukungan dari partner bisnis, Rei akhirnya membuka Dojang Rei Atmanegara (RATG) di kawasan Pluit Selatan, Jakarta Utara.
Pria yang kerap disapa “Oppa Rei” karena wajahnya mirip idol Korea Selatan ini, membuka RATG pada akhir Desember 2022. Dari hanya lima murid, kini Dojang RATG memiliki 70-an murid, mulai dari usia tiga tahun hingga 40-an tahun.
Sabeum Rei, begitu ia biasa dipanggil, dengan sabar melatih para murid, membentuk dan memperbaiki teknik dasar mereka. Ia ingin ada muridnya yang bisa mewujudkan impiannya untuk tampil di olimpiade kelak.
“Saya ingin mencetak banyak atlet taekwondo yang suatu hari bisa mewakili Indonesia di olimpiade,” pungkas Rei.