Kai Havertz, Bidak di Balik Layar dalam Papan Catur Arsenal Kontra Liverpool

Kai Havertz mengemban peran penting dalam permainan Arsenal, termasuk saat menjamu Liverpool, Minggu (23/10). (Jonathan Rogers/Arsenal)

Adu taktik menarik tersaji pada laga Arsenal kontra Liverpool di Emirates Stadium, London pada pekan kesembilan Liga Inggris 2024-2025, Minggu (27/10) malam WIB. Publik banyak membicarakan Bukayo Saka atau Mohamed Salah yang beradu cepat di sisi sayap. Namun, tidak banyak yang membahas peran Kai Havertz sebagai bidak di balik layar.

Arteta sendiri pernah mengatakan bahwa dia menyiapkan lebih dari 40 opsi formasi jelang laga menghadapi Manchester City pada 22 September 2024 silam. Tak hanya ketika menghadapi tim besar, Arteta mengaku sempat memikirkan 36 opsi formasi sebelum menghadapi Fulham di musim lalu.

“Saya pikir kita membahas formasi dengan cara yang berbeda, beberapa hari lalu ada 36 formasi berbeda dalam pertandingan (melawan Fulham). Melawan Manchester City  ada 43 (opsi formasi),” ujar Arteta dilansir ESPN.

“Saya tidak tahu formasi apa yang sedang kita bicarakan. Bagi saya, itu sesuatu yang sangat berbeda, mungkin dari cara Anda memandang ini. Saya bermain berbeda melawan Manchester City dan ada 43 formasi berbeda,” lanjutnya kemudian.

Baca juga:

Mikel Arteta Buang Idealisme

Pelatih Liverpool, Arne Slot turut memuji wawasan taktik yang dimiliki Arteta. Pelatih asal Belanda itu mengatakan akan menadi hal yang mustahil jika harus mempersiakan langkah antisipasi ragam taktik Arsenal.

“Dia (Arteta) telah melakukan pekerjaan yang luar biasa di sini karena timnya dapat bermain dalam begitu banyak formasi yang berbeda. Mereka selalu bermain 4-3-3, tetapi saya pikir dia pernah mengatakannya sendiri, 40 formasi yang berbeda. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya dia katakan,” tutur Slot dipetik laman resmi klub.

“Tetapi, itu adalah banyak formasi yang berbeda. Jadi, Anda menyiapkan rencana permainan, Anda tidak dapat memberi tahu pemain Anda 40 pilihan yang berbeda, jadi Anda mencoba mempersiapkan mereka dengan cara sebaik mungkin,” tutur Slot.

Prajurit tempur bernama Kai Havertz

Musim lalu, Arteta menempatkan Havertz di posisi nomor sembilan untuk menggantikan Gabriel Jesus, yang bolak-balik cedera. Rupanya, arsitek asal Spanyol ini justru ketagihan memakai jasa Havertz di pos ujung tombak.

Namun demikian, Arteta sedikit memodifikasi peran sang ujung tombak. Havertz rutin ditugaskan sebagai penyerang bayangan alias false nine. Peran ini sudah sering diemban Havertz selama berseragam timnas Jerman.

Havertz kerap turun agak ke bawah dan membiarkan rekan-rekannya di sisi sayap bermanuver. Pergerakan tanpa bolanya memancing lawan sehingga timbul ruang di garis pertahanan lawannya.

Dalam banyak laga, pemain asal Jerman ini juga kerap bertukar posisi dengan pemain sayap, atau membantu sang winger bergerak ke sisi kelebaran untuk melakukan progresi bola, atau pergerakan tanpa bola. Hal ini kembali dia tunjukkan saat Arsenal menjamu Liverpool.

“Cara dia menempati ruang, menggabungkan permainan dan membuat semua pemain terhubung menunjukkan bahwa dia adalah pemain yang istimewa.”

Dalam beberapa kesempatan, Havertz kerap bermain melebar agar Leandro Trossard bisa naik mengekspos ruang di tengah. Pergerakan Havertz ke sisi kanan bersama Bukayo Saka juga kerap merepotkan Andy Robertson. Pemain asal Skotlandia ini harus kelimpungan mengawal dua pemain sekaligus.

Gol pembuka Bukayo Saka merupakan buah manis dari pergerakan tanpa bola Kai Havertz. (Premier League)

Meski sama sekali tak menyentuh bola, Havertz memiliki peran penting pada proses gol pertama Saka pada menit kesembilan. Kehadiran Havertz di sisi sayap membingungkan bek Liverpool, Virgil Van Dijk.

Van Dijk terlalu fokus pada Havertz, sedangkan Robertson kesulitan menghentikan kecepatan dan kemampuan individu Saka seorang diri. Winger timnas Inggris ini pun tidak kesulitan mengelabui Robertson sebelum menceploskan bola ke gawang Caoimhin Kelleher.

“Cara dia menempati ruang, menggabungkan permainan dan membuat semua pemain terhubung menunjukkan bahwa dia adalah pemain yang istimewa,” ujar Arteta soal kecerdasan Havertz.

Permainan bidak catur Arteta versus Arne Slot

Pertandingan tersebut berakhir dengan skor imbang 2-2. Setelah gol Saka, Liverpool membalas lewat tandukan Van Dijk yang memanfaatkan sepak pojok pada menit ke-18. Kemudian Arsenal kembali menunjukkan spesialisasi mereka pada aspek eksekusi bola mati.

Mikel Merino membawa Arsenal kembali unggul dengan menyambar umpan bola mati Declan Rice pada menit ke-43. Sejauh itu, permainan berlangsung amat menarik.

Liverpool menerapkan pressing agresif ke daerah Arsenal dengan pola defensif 4-2-4. Adapun The Gunners membongkar jarak antarlini Liverpool yang cukup rapat dengan pola 3-3-4.

Ketika fase bertahan, Arsenal mengubah pola menjadi 4-3-3. Arteta tampak sudah membaca Liverpool akan banyak mengandalkan kecepatan Salah. Arteta pun menugaskan Gabriel Martinelli untuk membantu Jurrien Timber membuat situasi menang jumlah agar pemain asal Mesir tersebut tak berkutik.

Gabriel Martinelli dan Jurrien Timber bahu membahu mengantongi Mohamed Salah. (BBC)

Namun, bukan Arne Slot namanya jika tidak memperhitungkan hal ini. Slot menginstruksikan anak asuhnya untuk terus menjaga intensitas permainan selama 90 menit. Tujuannya tak lain dan tak bukan untuk menguras stamina pemain tuan rumah.

Hingga kemudian Arteta memutuskan untuk menarik keluar Timber yang sudah kelelahan lantaran harus terus mengimbangi kecepatan Salah.  Myles Lewis-Skelly diturunkan untuk menggantikan peran Timber.

Namun sayang, di usianya yang masih 18 tahun, Lewis-Skelly tampak masih terlalu hijau untuk berhadapan dengan pemain sekaliber Salah. Gol penyama kedudukan Liverpool merupakan buah dari ketidakdewasaan Lewis-Skelly dalam bertahan.

Pemain yang masih bermain untuk timnas Inggris kelompok umur ini cenderung malas track back untuk menempel pergerakan Salah. Alhasil, Salah bergerak eksplosif memanfaatkan ruang, bergerak ke dalam dan menyantap umpan Darwin Nunez yang bermanuver ke sisi kelebaran.

“Kami menekan mereka lebih agresif sejak awal dan saya melihat bahwa kami juga terus maju di mana mereka harus mengeluarkan beberapa pemain berkualitas mereka juga karena mereka tidak dapat melanjutkan (pertandingan) dan mungkin itu sedikit membantu kami pada akhirnya,” ujar Slot. (Ilham Sigit Pratama)


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.