
Timnas Spanyol merayakan kelolosan ke final Euro 2024 usai membekuk Prancis dengan skor 2-1 di Munich Stadium, Munich, Rabu (10/7) dini hari WIB.
Estetika permainan timnas Spanyol di Euro 2024 mendekati kesempurnaan. Tim Matador tahu kapan harus menjaga kelebaran, bermain ke dalam, serta paham betul cara mengatasi pressing lawan. Aliran bola Spanyol dari kaki ke kaki amat sedap dipandang mata, sedangkan timnas Prancis masih saja berharap kebaikan Dewi Fortuna.
Prancis adalah kebalikan dari permainan cantik Spanyol. Berdasarkan laman UEFA, Prancis melancarkan sebanyak 28 umpan silang pada laga semifinal Euro 2024 yang berlangung di Munich Stadium, Munich, Rabu (10/7) dini hari WIB.
Dari 28 umpan silang Prancis, hanya delapan yang tepat sasaran. Namun, Dewi Fortuna masih berbaik hati. Lewat skema tersebut, Prancis masih bisa mencetak satu gol.
Prancis unggul lebih dulu lewat umpan silang Kylian Mbappe yang disambut Randal Kolo Muani kala laga baru berjalan sembilan menit. Pelatih Prancis, Didier Deschamps pun mengakui bahwa gol pertama timnya merupakan buah dari keberuntungan.
“Kami cukup beruntung bisa membuka skor, tapi mereka menyulitkan kami karena mereka unggul dalam kontrol. Malam ini, mereka menunjukkan semua kualitasnya,” ucap Deschamps dilansir beIn Sports.
Sementara itu, Spanyol lebih memilih pendekatan lain. Mereka hanya melepaskan 15 umpan silang. Sisanya, orkestrasi serangan Spanyol lebih banyak melibatkan umpan-umpan pendek.
Ciri khas tiki-taka yang dipadukan dengan permainan sepak bola modern membuat Spanyol masih menjadi tim paling difavoritkan untuk merengkuh gelar juara. Belum lagi, gol penyama kedudukan yang dicetak Lamine Yamal membuat jutaan pasang mata terpana.
Bintang Barcelona ini melepaskan tembakan melengkung yang tak bisa dihalau penjaga gawang Prancis, Mike Maignan pada menit ke-21. Di usia yang masih 16 tahun, Yamal sudah bisa mencetak gol seindah itu di laga sekaliber semifinal Euro 2024.

Lamine Yamal mencuri perhatian lewat lesakan cantiknya ke gawang Prancis. Gol tersebut menjadikan dirinya sebagai pemain termuda yang mencetak gol di sepanjang sejarah Euro.
Gol kedua Spanyol empat menit berselang memang merupakan gol bunuh diri Jules Kounde. Namun, tim yang satu ini tak pernah lepas dari yang namanya estetika. Aksi individu Dani Olmo lagi-lagi membuat penikmat sepak bola berdecak kagum.
Sesaat sebelum melepaskan tembakan, Olmo mengelabui Aurelien Tchouameni dengan kontrol bola yang begitu ciamik. Dua gol pun sudah cukup mengantar La Furia Roja ke partai puncak. Sebab di sisa laga, dewi keberuntungan sudah bosan pada rayuan basi Les Bleus.
Kedua tim juga memiliki pendekatan berbeda 180 derajat kala mengatasi pressing. Kedua tim masih mempertahankan pendekatan pressing tinggi di daerah lawan, namun Spanyol dan Prancis memiliki cara berbeda dalam lepas dari pressing lawan.
Prancis mengandalkan umpan langsung ke depan ketika ditekan oleh para pemain depan Spanyol. Sementara ketika Spanyol ditekan, jarak antar pemain begitu berdekatan. Selain itu, jarak antar lini Spanyol juga terhubung sebegitu eratnya. Hal ini menjadi alasan lain mengapa begitu mudah jatuh cinta pada permainan yang disuguhkan tim asuhan Luis de la Fuente.

Kedua tim saling beradu pressing. Namun keduanya memiliki cara berbeda dalam mengatasi pressing. Cara Spanyol lebih sedap dipandang mata.
Usai laga, Fuente mengatakan dirinya berhasil mengembalikan marwah sepak bola Negeri Matador. Dia pun mengapresiasi anak asuhnya yang berhasil mempraktikkan ciri khas sepak bola negaranya.
“Kami telah mengembalikan sepak bola Spanyol ke tempatnya semula. Kami harus menghargai apa yang dilakukan para pemain ini,” ujar Fuente dipetik Football Espana.
Prancis Gagal Manfaatkan Absennya Carvajal
Sejatinya, Spanyol sempat begitu kesulitan menghadapi Mbappe. Efek absennya Dani Carvajal pada laga ini cukup terasa di menit-menit awal. Jesus Navas pontang-panting menghadapi pemain yang musim depan berlabuh ke Real Madrid tersebut.
Proses gol Prancis berawal dari kesalahan Navas dalam menjaga garis pertahanan. Alih-alih naik sejajar dengan rekan setimnya untuk membentuk jebakan offside, Navas justru terpancing dengan pergerakan Mbappe.
Sialnya lagi, Navas menempatkan dirinya terlalu jauh dengan Mbappe. Alhasil, pemain senior berusia 38 tahun ini pun gagal menutup ruang umpan silang Mbappe. Pada babak kedua, Fuente melihat Navas sudah terlalu lelah untuk menghadapi Mbappe 90 menit penuh.
Navas pun ditarik keluar pada menit 58, digantikan Dani Vivian. Menghadapi pemain yang lebih segar, Mbappe kembali kesulitan mengeksploitasi sisi kiri Spanyol. Kolektivitas dan kedisiplinan di lini belakang Spanyol membuat Prancis pusing tujuh keliling.

Jesus Navas berdiri di posisi yang salah, tidak menjebak Kylian Mbappe untuk offiside, pun posisinya dengan Mbappe terlalu jauh sehingga menimbulkan ruang.
Pahlawan di Balik Layar
Usai laga, tajuk media massa dan lini masa media sosial ramai membicarakan sosok Lamine Yamal. Betapa tidak, Yamal mencetak sejarah baru sebagai pemain termuda yang tampil di ajang Euro.
Tak hanya sebagai pemanis, kehadiran Yamal membawa pesona. Lesakan cantiknya ke gawang Prancis juga menjadikannya pemain termuda sepanjang sejarah yang mampu mencetak gol di ajang Euro, tepatnya di usia 16 tahun 11 bulan dan 27 hari.
Tak ayal, Yamal pun terpilih sebagai pemain terbaik alias man of the match (MOTM) di laga tersebut. Namun, terdapat satu sosok pahlawan di balik layar yang luput dari perhatian. Sosok tersebut adalah Nacho.
Dua gol Spanyol tak akan tercipta jika tanpa kejeniusan bek berusia 34 tahun ini. Nacho adalah konseptor di balik pembangunan serangan Spanyol, sedangkan Yamal, Olmo, Nico Williams dan Alvaro Morata bertindak sebagai eksekutor.
Dua gol yang dicetak Yamal dan Olmo berasal dari kaki, otak dan matanya. Jika dianalogikan sebagai sebuah hidangan, umpan Nacho adalah bahan baku dari dua gol tersebut.
Pada proses gol pertama, Nacho mengirim umpan progresif kepada Olmo. Bola dialirkan kembali ke depan sebelum memantul ke kaki Yamal. Sementara pada proses gol kedua, Nacho mengirim umpan progresif ke Yamal.

Umpan progresi Nacho sebelum terciptanya gol Lamine Yamal.
Berkat umpan terukur Nacho tersebut, serangan Spanyol menjadi hidup. Yamal memberikan bola ke Olmo, kemudian bola diserahkan Olmo kepada Navas. Umpan silang dialirkan dan memantul kembali ke kaki Olmo.
Seolah tak ingin menarik perhatian, Nacho pun memilih untuk membumi usai laga. Alih-alih menyombongkan jasanya, Nacho justru melempar pujian kepada rekannya.
“Ketika kami tertinggal dan mencari solusi, di situlah muncul pemain termuda di tim kami (Yamal) dengan gol fantastis. Gol Lamine, untuk usia yang baru berusia 16 tahun, itu hal yang luar biasa,” ucap Nacho dikutip laman resmi Euro 2024.