Pelatih tim nasional sepak bola Jepang, Hajime Moriyasu mengumumkan nama 26 pemain yang akan dibawa mengikuti Piala Asia di Qatar pada 12 Januari hingga 10 Februari 2024. Hal yang mengejutkan, nama Kaoru Mitoma tercantum dalam daftar tersebut padahal sang winger sedang mengalami cedera pergelangan kaki.
Pelatih Brighton and Hove Albion, Roberto De Zerbi, pun kaget saat mengetahui nama anak asuhnya itu masuk dalam skuat Jepang untuk Piala Asia 2023.
“Saya sangat terkejut karena staf medis kami mengatakan Mitoma butuh empat sampai enam pekan untuk sembuh dari cedera,” ujar De Zerbi.
Mitoma dibekap cedera engkel usai Brighton bermain imbang 1-1 lawan Crystal Palace di pekan ke-18 Liga Primer Inggris, Kamis, 21 Desember silam. Namun, pada akhirnya De Zerbi tetap memberi dukungan kepada anak asuhnya itu.
“Bagi saya, sulit berpikir jika dia bisa bermain di Piala Asia. Namun, saya adalah penggemar Mitoma dan semua pemain saya. Jadi, bila mereka dapat bermain untuk tim nasional mereka, saya sangat senang dan bangga,” tegas De Zerbi.
Di sisi lain, Moriyasu ngotot memanggil Mitoma karena yakin dia bisa bermain di babak grup. Kendati tidak bermain di babak grup, Mitoma diprediksi bisa tampil bila Jepang sampai ke semifinal. Keyakinan ini tentu berdasar mengingat skuat samurai biru menjadi favorit juara, apalagi mayoritas pemain mereka bermain di Eropa. Selain itu, Jepang telah mengoleksi empat gelar juara Piala Asia.
Wajar saja pelatih Jepang sangat ingin Mitoma tampil. Kehadiran Mitoma adalah tambahan kekuatan yang besar bagi skuad. Eksplosivitasnya di lapangan bisa menjadi penentu hasil akhir.
Mitoma punya kecepatan, umpan, dan akurasi tendangan yang apik. Namun, dribel atau giringan bola adalah kekuatan utama Mitoma. Pesepak bola berusia 26 tahun ini bahkan punya julukan “sarjana dribel”. Namun, untuk sampai memiliki julukan itu, Mitoma harus melalui berbagai perjuangan dalam karier sepak bolanya.
Bermula dari Kawasaki
Kaoru Mitoma menunjukkan bakat sepak bola sejak masih kecil. Saat kelas dua SD, dia lolos seleksi akademi Kawasaki Frontale junior.
Yasushi Takasaki, pelatih Kawasaki Frontale U-12 saat itu, sangat terkesan dengan Mitoma ketika seleksi pemain junior. Kala itu, Mitoma masih berusia 7 tahun, tetapi sudah menunjukkan keterampilan serta pemahaman bermain di atas rata-rata anak seusianya.
“Jelas sekali Kaoru punya talenta. Secara sederhana, dia mampu melihat situasi lawan dan mengubah permainannya pada menit terakhir. Ini adalah bakat untuk seorang siswa sekolah dasar,” kenang Takasaki.
Selain itu, Mitoma juga punya kecepatan dan kelincahan. Teknik yang menakjubkan. Tak heran, sang pelatih memprediksi Mitoma bakal lebih cepat di masa depan.
Kepada para siswanya, termasuk Mitoma, Takasaki menekankan agar mereka membidik dunia, menjadi pemain yang tersebar di liga-liga top. Caranya, mereka diminta membayangkan di mana akan bermain kelak saat berusia 18 tahun.
Visi itu lalu diwujudkan dengan berlatih yang benar, berlari dengan tepat, dan memperbaiki postur. Demi mendapat postur yang benar, Mitoma bahkan sejak lama duduk tegak, tidak menyandarkan punggung pada sandaran kursi.
Tolak kontrak pro demi kuliah
Kehebatan Mitoma berlanjut di jenjang-jenjang akademi Frontale. Ketika sampai di kategori U-18 pada 2016, pelatih Yahiro Kazama mempromosikan Mitoma ke tim utama Kawasaki Frontale. Namun, dia menolak menjadi pesepak bola profesional dan lebih memilih untuk kuliah di jurusan pendidikan jasmani di Universitas Tsukuba.
Mitoma menyadari dirinya belum siap secara fisik.
“Saya pikir lebih baik untuk kuliah dulu agar bisa jadi pesepak bola profesional. Jadi, saya belajar banyak hal seperti melatih, olahraga, dan nutrisi,” ujar Mitoma.
Meski demikian, Mitoma tetap terpilih mewakili Jepang pada Turnamen Universiade 2017 dan 2019, Asian Games 2018, dan Turnamen Toulon 2019 bersama tim Jepang U-23.
Mitoma juga ikut Liga Sepak Bola Universitas Kanto bersama Tsukuba. Dia selalu masuk dalam 11 pemain terbaik dalam tiga tahun penampilan.
Di ajang Piala Raja, Mitoma dan kolega bahkan pernah menyingkirkan tim J-League (kasta teratas Liga Jepang) seperti YSCC Yokohama, Vegalta Sendai, dan Avispa Fukuoka. Sesekali Mitoma juga turut berlatih dengan tim senior Frontale. Semua orang tahu Mitoma adalah sosok spesial.
Di kampus, Mitoma memfokuskan penelitiannya kepada hal yang dia gemari dan kuasai, yaitu teknik dribel. Dia mulai menganalisis kemampuan menggiring dan apa yang membuat giringan bola seseorang bagus. Mitoma kemudian menaruh kamera di atas kepala rekan setim untuk mengetahui di mana dan apa yang mereka lihat, serta bagaimana lawan melihat mereka.
“Saya mempelajari, pemain yang bagus tidak melihat bola. Mereka akan melihat ke depan dan memainkan bola tanpa melihat kaki,” papar Mitoma perihal soal simpulan skripsinya.
Namun, bila ditanyakan sekarang, Mitoma enggan membahas soal skripsinya. Bagi dia, itu hanyalah penelitian yang harus dia lakukan demi meraih gelar sarjana. Tidak lebih.
Mitoma punya gaya dribel sendiri yang lebih meneror saat ini. Dia membagikannya melalui tayangan di salah satu stasiun televisi Jepang. Pertama, Mitoma akan mengawali giringan bolanya dengan punggung kaki, disusul dengan sprint. Pantulan bola dengan tanah akan menjadi keuntungan saat menggiring bola.
Kedua, penempatan bola dan arah pandangan mata. Bola diarahkan berlawanan dengan kotak penalti lawan. Dia juga menatap rekan yang menanti di dekat kotak penalti. Ketika lawan berupaya menutup aliran bola kepada rekan Mitoma, akan ada ruang terbuka. Mitoma bakal menggiring bola ke kotak penalti secara kilat.
“Saya menggiring bola sambil mengobservasi pusat gravitasi lawan. Jika saya bisa memindahkan posisi lawan, saya menang,” jelas Mitoma.
Ketiga, soal waktu. Ketika lawan berhenti, Mitoma berakselerasi dan mengalahkan mereka. Perubahan kecepatan dan tempo jadi kunci kesuksesan dribelnya.
Mitoma mengaku sejak muda mempelajari bagaimana Neymar menggiring bola. Maka, kini ada julukan “Mitmar” untuk Mitoma.
Kehidupan profesional
Setelah lulus sarjana, Mitoma kemudian menandatangani kontrak profesional dengan Kawasaki Frontale pada 2020, saat ia berusia 22 tahun. Di musim perdana bersama Frontale, Mitoma langsung menggebrak dengan mencetak 18 gol dari 37 laga.
Setahun berselang, tawaran dari Brighton datang dan Mitoma langsung menerima ikatan kontrak selama empat tahun.
“Sejak kecil, impian saya adalah bermain di Eropa,” kata Mitoma.
Sebelum ke Inggris, Mitoma dipinjamkan selama semusim ke klub Union Saint-Gilloise di Liga Belgia. Dalam 29 penampilan di semua ajang bersama Union SG, Mitoma mencetak delapan gol dan empat umpan gol. Uniknya, Mitoma bermain sebagai gelandang bertahan, sama seperti posisinya saat masih jadi pemain junior di Kawasaki.
Mitoma kemudian menjalani debut di Liga Primer Inggris musim 2022-2023. Dari 33 penampilan, pria dengan tinggi 178 cm ini mencetak tujuh gol dan enam umpan gol. Dia berhasil membuat publik Inggris terperangah berkat kepiawaiannya dalam mengumpan dan melakukan dribel. Di semua ajang bersama Brighton musim lalu, penggemar Cristiano Ronaldo ini mengoleksi 10 gol dan delapan umpan gol.
Mitoma juga jadi andalan di timnas Jepang sejak ia menjalani debut kontra Oman dalam kualifikasi Piala Dunia 2022 pada 16 November 2021. Kehadirannya membuat lini serang Jepang kian menyengat.
Mitoma juga selalu tampil di Piala Dunia Qatar sejak fase grup, tetapi harus menerima kenyataan timnya belum bisa memecahkan kutukan untuk lolos lebih jauh dari babak 16 besar, usai kalah adu penalti melawan Kroasia. Namun, dia berhasil menyumbang satu umpan gol ketika Jepang menundukkan Spanyol 2-1 di babak grup.
Mitoma diharapkan bisa lekas pulih dari cedera pergelangan kaki agar dapat membantu Jepang jadi juara di Piala Asia 2023 di Qatar, lalu kembali ke Inggris dan membawa Brighton ke posisi yang lebih baik di Premier League. Menarik ditunggu secerah apa karier Mitoma di masa mendatang.