Kebangkitan Tiki-taka Spanyol dan Pisau Bermata Dua Southgate

Kredit foto: UEFA
Pelatih timnas Spanyol, Luis de la Fuente merayakan gelar juara Euro 2024 bersama anak asuhnya di Olimpiastadion, Berlin, Senin (15/7) dini hari WIB.

Timnas Spanyol membuktikan pernyataan pelatih Uruguay, Marcelo Bielsa salah besar. Tim Matador membuktikan sepak bola modern bukan sekadar memenangkan laga, tetapi juga soal identitas. Lewat kebangkitan tiki-taka di Euro 2024, permainan atraktif Spanyol berbuah manis, sedangkan taktik yang diterapkan pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate tak ubahnya pisau bermata dua.

“Saya yakin sepak bola sedang dalam proses kemunduran, artinya semakin banyak orang yang menonton sepak bola, namun sepak bola menjadi semakin tidak menarik karena yang menjadikannya permainan terbaik di dunia tidak ada,” kritik Bielsa di sela-sela Copa America 2024.

“Jika Anda membiarkan banyak orang menonton sepak bola, tetapi Anda tidak melindungi kesenangan dari apa yang mereka tonton, itu menguntungkan bisnis, karena bisnisnya adalah agar banyak orang menonton sepak bola,” keluh Bielsa, dikutip Tribal Football.

Kata siapa? Buktinya, permainan Spanyol di gelaran Euro 2024 amat memanjakan mata. Nyatanya, kebangkitan tiki-taka Spanyol menghadirkan gelar juara.

Seperti hari-hari biasa di musim panas Eropa, langit masih cukup terang di Olympiastadion, Berlin, meski jam menunjukkan hari mulai malam. Sementara di Indonesia, laga berlangsung pada Senin (15/7) dini hari WIB, yang tentu sangat tidak bersahabat bagi para karyawan kantoran.

Penikmat sepak bola mengharapkan hiburan, sebab mereka tak mau waktu begadang mereka sia-sia karena permainan membosankan. Dan benar saja, pemirsa televisi harus sedikit bersabar.

Spanyol sempat kesulitan sebab Southgate menerapkan lini tengah yang begitu rapat. Tujuannya tentu untuk menetralisir jalur-jalur umpan Spanyol. Pelatih berusia 53 tahun itu memasang formasi 3-4-3, sebuah formula yang terus dipertahankannya sejak perempat final.

Kredit foto: Tangkapan layar Vision Plus
Pola 4-4-2 ketika bertahan Inggris sempat menyulitkan Spanyol. Para pemain Inggris ketat melakukan man-to-man marking. Hanya tersisa Phil Foden dan Harry Kane yang aktif melakukan pressing di depan.

Namun pola Inggris berubah menjadi 4-4-2 ketika tidak memegang bola. Skema ini lah yang membuat Dani Olmo dan kolega pusing tujuh keliling.

Semua pemain Spanyol dijaga ketat dengan ide man-to-man marking Southgate, hanya tersisa Phil Foden dan Harry Kane di depan untuk melancarkan pressing. Alhasil, para pemain Spanyol pun kebingungan hingga terus mengalirkan bola ke sisi sayap.

Babak pertama berakhir dengan skor imbang tanpa gol. Namun, beruntunglah bagi permisa yang masih bertahan menatap layar kaca. Spanyol berhasil menyuguhkan hiburan lewat permainan yang begitu manis pada babak kedua.

Berdasarkan statistik pada laman resmi UEFA, Spanyol memperagakan 544 operan, 105 diantaranya merupakan umpan pendek. Akurasi umpan para punggawa Spanyol  cukup memukau, yakni di angka 91 persen.

Pelatih Spanyol, Luis de la Fuente melakukan penyesuaian taktik yang memanfaatkan blunder Southgate. Pada akhirnya, permainan indah Fuente yang berhasil menang.

Bukayo Saka, si pisau bermata dua 

Sejak menit awal, tampak sekali Southgate ingin tim besutannya memainkan permainan reaktif. Namun, permainan reaktif harus dibarengi dengan transisi positif meyakinkan guna memanfaatkan situasi serangan balik.

Sepanjang babak pertama, pembangunan serangan Inggris amburadul. Mereka kebingungan dalam mengalirkan bola ke lini depan. Sampai titik ini, Southgate menangani buruknya build-up serangan anak asuhnya dengan cara yang salah.

Untuk menunjang serangan balik, pada babak kedua, Southgate nampak menginstruksikan Bukayo Saka untuk tetap berada di depan kala Inggris sedang diserang. Kecepatan Saka diharapkan bisa mengakomodasi serangan balik apabila bola sudah direbut kembali.

Keputusan ini menjadi pisau bermata dua bagi Southgate. Sisi kanan pertahanan Inggris menjadi kosong melompong, namun The Three Lions nampak lebih baik ketika transisi positif.

Ketika Spanyol menyerang, hanya ada Kyle Walker yang menjaga area di sisi kanan. Padahal, Spanyol punya pemain-pemain berbahaya seperti Marc Cucurella dan Nico Williams di area itu.

Fuente dengan cerdas memanfaatkan situasi itu. Lamine Yamal dengan cepat melakukan switch-play kepada Williams yang tak terkawal. Lalu mengapa pemain seberbahaya Williams diabaikan begitu saja?

Inggris kalah jumlah di sisi kanan pertahanan. Walker seorang tidak mungkin bisa menghentkan dua pemain lawan sekaligus. Pada momen tersebut, bek sayap Manchester City itu menjaga Olmo. Alhasil Williams pun leluasa menyambut bola dan menggetarkan jala gawang Jordan Pickford.

Kredit foto: Tangkapan layar Vision Plus
Proses gol pertama Spanyol dimana Kyle Walker harus menghentikan dua orang sekaligus, Nico Williams pun tak terkawal (atas). Proses gol kedua Spanyol dimana posisi Bukayo Saka sudah terlalu jauh untuk mengejar Marc Cucurella, Walker gagal menutup ruang. (bawah).

Ya, sekali lagi, taktik Southgate bagaikan pisau bermata dua. Gol penyama kedudukan Inggris tercipta berkat posisi Saka yang tetap berada di depan. Winger Arsenal itu mendapatkan bola, mengotak-atik, dan mengoper ke Jude Bellingham.

Bellingham memantulkan bola ke Cole Palmer dan tembakan keras mendatar pun mengoyak gawang Unai Simon. Kemudian pada menit ke-86, taktik tersebut kembali berbuah petaka.

Saka sejatinya sudah berinisiatif turun, namun posisinya dengan Cucurella yang menguasai bola sudah terlanjur jauh. Kali ini, Walker terlambat menutup pergerakan Cucurella.

Cucurella kemudian memberikan umpan matang ke Mikel Oyarzabal yang pergerakannya juga cukup jenius. Gol Oyarzabal pun memastikan gelar juara Euro keempat bagi Si Merah.

Fuente memang jenius lantaran bisa memanfaatkan detail kecil kesalahan pada taktik Inggris. Namun, kemampuan anak asuhnya dalam mengeksekusi hal-hal fluktuatif yang terjadi di lapangan menjadi faktor lain.

“Mereka tahu bagaimana menafsirkan pertandingan. Mereka adalah yang terbaik di dunia. Saya sudah mengatakannya sebelumnya dan saya mendukungnya. Dan, kami selalu bisa menjadi lebih baik,” ucap Fuente pada jumpa pers usai laga.

“Saya sangat bahagia, kami adalah tim sejati, juara Eropa. Saya semakin bangga pada mereka setiap hari. Terima kasih atas dukungan dari seluruh Spanyol,” tutup pelatih berkaca mata itu.

Kredit foto: UEFA
Luis de la Fuente dilemparkan ke udara oleh para pemainnya. Fuente adalah sosok jenius dibalik kebangkitan tiki-taka Spanyol di Euro 2024.

Penyesalan berbanding euforia 

Southgate tidak bisa terus-menerus mengandalkan kualitas individu pemainnya. Usai laga, nada penyesalan terlontar pada konferensi pers Inggris.

“Kami punya sedikit momentum dalam pertandingan saat itu. Kami juga punya peluang besar untuk menyamakan kedudukan di akhir pertandingan. Mungkin sepanjang 90 menit, saya tidak yakin apa yang kami lakukan cukup baik,” ucap Southgate dikutip laman UEFA.

Kredit foto: UEFA
Pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate dan sang bomber, Harry Kane meratapi kegagalan meraih gelar juara Euro dalam dua edisi beruntun.

Sementara di kubu Spanyol, euforia membanjiri para pemain dan staf kepelatihan. Williams mengaku puas bukan main timnya bisa membendung kualitas individu skuad Tiga Singa.

“Saya merasa euforia, sangat bahagia. Semua orang-orang kami layak mendapatkannya, keluarga kami, fans. Juara Eropa dan sekarang kami menatap Piala Dunia,” ucap winger Athletic Bilbao yang diisukan hengkang ke Barcelona ini.

“Kami sangat menderita. Inggris punya pemain yang bisa membuat perbedaan, tapi kami mampu melawan mereka. Tidak ada yang bisa mengalahkan kami. Saya bilang kami adalah tim yang hebat,” pungkasnya.

Kredit foto: UEFA
Ekspresi euforia terpancar pada wajah Lamine Yamal dan Nico Williams di podium juara Euro 2024.

Sementara itu, trofi Euro 2024 menjadi kado ulang tahun terindah bagi si anak ajaib, Lamine Yamal. Bintang muda Barcelona ini baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-17 pada Sabtu (14/7), sehari sebelum partai puncak.

“Saya sangat senang. Ini adalah mimpi. Saya tak sabar untuk kembali ke Spanyol dan merayakannya bersama semua penggemar. Ini adalah hadiah ulang tahun terbaik yang pernah ada,” ujar pemain keturunan Maroko ini.

Selamat berpesta Spanyol, terima kasih dan jangan bosan menghibur kami! Sampai jumpa di Piala Dunia 2026!


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.