Kebiasaan Buruk Shin Tae-yong Jadi Penyebab Timnas Indonesia Ambruk

Kredit foto: Sohu
Gestur kekecewaan Shin Tae-yong kala timnas Indonesia takluk 1-2 dari China pada lanjutan babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Qingdao Youth Football Stadium, Qingdao, Selasa (15/10).

Ada yang luput dari penggemar sepak bola tanah air kala memuja pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong, yakni perihal kebiasaan bereksperimen. Pelatih asal Korea Selatan ini gemar bereksperimen terhadap taktik dan posisi pemain.

Sayangnya, eksperimen yang dia lakukan tak selalu berhasil. Mimpi buruk skuad Garuda di Qingdao adalah akibat dari eksperimen Shin Tae-yong yang gagal total.

Sihir Shin Tae-yong dalam membangunkan gairah sepak bola Indonesia membuat dirinya dipuja. Sudah terlampau banyak prestasi yang ditorehkan sang pelatih, baik bersama timnas Indonesia senior maupun kelompok umur.

Namun, jelang menghadapi China pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Qingdao Youth Stadium, Qingdao, Selasa (15/10) petang WIB, puja-puji berubah menjadi nada sinis. Sebab, Shin Tae-yong membuat perubahan aneh yang membuat publik mengernyitkan dahi.

Hingga tulisan ini dibuat, belum jelas alasan Shin Tae-yong mencoret Eliano Reijnders dari skuad Garuda. Padahal fleksibilitas posisi Reijnders menghadirkan banyak alternatif taktik bagi sang pelatih.

Reijnders bisa beroperasi di sayap kanan dan kiri dengan sama baiknya. Adik kandung pemain AC Milan, Tijjani Reijnders itu juga bisa ditugaskan di pos bek sayap. Namun, entah kenapa Reijnders justru dicoret bersama dengan Hokky Caraka dan Muhammad Ferarri.

Shin Tae-yong juga menempatkan Calvin Verdonk bukan pada posisi aslinya. Pemain NEC Nijmegen itu sejatinya berposisi asli sebagai bek sayap kiri.

Memang Verdonk bisa dipasang sebagai bek tengah. Namun Shin Tae-yong sama saja menyia-nyiakan atribut ofensif yang dimiliki pemain berusia 27 tahun itu jika malah menggeser Verdonk sejajar dengan tiga bek tengah.

Alih-alih menggeser Verdonk lebih ke belakang, Shin Tae-yong bisa saja menurunkan Rizky Ridho dari menit awal. Padahal, bek Persija Jakarta itu sudah cukup nyetel berduet bersama Jay Idzes.

Seolah belum puas bereksperimen, Shin Tae-yong juga mengembalikan ban kapten yang semula dikenakan Jay Idzes ke Asnawi Mangkualam. Padahal sudah jelas jiwa pemimpin Idzes lebih kental terasa ketimbang bek kanan Port FC tersebut.

Idzes sudah berkali-kali menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang layak menjadi panglima di tim Merah Putih. Pita suara bek Venezia FC itu seolah tak pernah habis. Dia selalu meneriakkan instruksi-instruksi kepada rekan-rekannya.

Terbukti, sesaat sebelum sepak mula laga kontra China, Idzes mengambil peran menyampaikan pidato penuh semangat kepada rekan-rekannya. Sementara Asnawi hanya asyik menyaksikan. Kemampuan Idzes yang fasih berbahasa Inggris juga berguna mengingat mayoritas skuad timnas Indonesia saat ini dihuni pemain keturunan yang belum lancar berbahasa Indonesia.

Kredit foto: PSSI/GSI
Duo legiun naturalisasi anyar, Mees Hilgers (kiri) dan Eliano Reijnders (kanan) menjadi korban kelinci percobaan Shin Tae-yong. Hilgers dipaksa bekerja keras di sisi kelebaran, sedangkan Eliano dicoret.

Masih tak sampai di situ, Shin Tae-yong menugaskan Mees Hilgers untuk bermain lebih melebar. Shin Tae-yong seolah ingin belagak meniru Pep Guardiola yang kerap menugaskan Kyle Walker atau Manuel Akanji bermain melebar di masing-masing sisi sayap.

Di Qingdao, Hilgers bermain seperti bek sayap. Hilgers mengintegrasikan dirinya dengan Asnawi Mangkualam dan Witan Sulaeman di sisi kanan. Tak jarang bek FC Twente ini naik membantu distribusi bola.

Ide Shin Tae-yong adalah untuk mendistribusikan bola lewat sisi kanan melalui trio Hilgers, Asnawi dan Witan. Hal ini untuk mengakali pola bertahan China yang menumpuk pemain di tengah dengan pola 4-4-2.

Blunder taktik di laga penting

Shin Tae-yong mungkin bermaksud memberi menit bermain kepada Shayne Pattynama. Namun, yang bersangkutan malah membuat blunder fatal. Pattynama salah mengambil keputusan kala situasi kemelut pada menit ke-22.

Berawal dari situasi tendangan bebas China, Pattynama berniat menghalangi bola dengan tubuhnya agar bola bisa dibiarkan menggelinding keluar lapangan. Namun, Pattynama tidak menyadari pergerakan Shenlong Jiang yang menghampiri bola liar tersebut.

Kaki Shenlong Jiang mampu menjangkau bola seraya memberi umpan manis kepada Baihelamu Abuduwaili. Alhasil penjaga gawang timnas Indonesia, Maarten Paes pun terlanjur mati langkah dan sulit menghentikan gol tercipta.

Keputusan Shin Tae-yong untuk menugaskan Hilgers bermain melebar juga berbuah bumerang. Imbas dari posisi Hilgers yang melebar, sisi tengah pertahanan timnas Indonesia menjadi kosong melompong.

Kredit foto: Ilustrasi Ludus.id
Situasi gol kedua China yang dicetak Zhang Yuning di menit ke-44. Mees Hilgers terlalu melebar sehingga posisinya dengan Zhang cukup jauh, sedangkan Idzes sibuk mengawal penyerang China yang lain.

Hilgers berada di posisi yang terlalu jauh dari Yuning Zhang yang nyaman menerima bola pada menit ke-44. Yuning Zhang pun memanfaatkan ruang dengan lezat tak terkawal sebab Idzes sibuk mengawal Wei Shihai, sedangkan Verdonk disibukkan dengan situasi overload di sisi kiri.

Blunder Shin Tae-yong yang tak kalah menarik untuk disorot adalah keputusannya tidak menurunkan Thom Haye sejak menit awal. Padahal, kreativitas gelandang Almere City itu amat dibutuhkan dalam membongkar blok pertahanan rendah China.

Shin Tae-yong baru menurunkan Haye di babak kedua, dan terbukti pemain yang dijuluki Profesor itu menjadi pembeda dengan mencetak gol pada menit ke-86.

Blunder Shin Tae-yong seperti tak ada habisnya. Pelatih asal Korea Selatan itu terang-terangan mengaku salah memprediksi taktik yang akan digunakan China. Padahal sudah jelas dalam tiga laga terakhir, tim asuhan Branko Ivankovic itu selalu mengandalkan blok pertahanan rendah dan umpan-umpan panjang.

“Karena kami kalah di laga ini, saya tidak mau banyak alasan, namun saya tidak mengira China banyak mengandalkan taktik semacam bola panjang dan kick and rush,” ujar Shin Tae-yong pada konferensi pers usai pertandingan.

Kebiasaan buruk

Shin Tae-yong memang gemar sekali bereksperimen. Tak sedikit eksperimen Shin Tae-yong berbuah manis. Contoh eksperimen berhasil Shin Tae-yong adalah saat memindahkan Robi Darwis, yang merupakan gelandang bertahan, ke posisi bek tengah saat Kualifikasi Piala Asia U-20 2023 lalu.

Eksperimen jenius Shin Tae-yong lainnya adalah menempatkan Rachmat Irianto di posisi bek sayap kanan pada Kualifikasi Piala Asia 2023 silam. Rian, sapaan akrabnya, berhasil mengemban dengan baik peran tersebut lewat torehan satu gol dan satu assist kala timnas Indonesia menekuk Kuwait dengan skor 2-1 pada 8 Juni 2022 silam.

Shin Tae-yong juga lebih suka menempatkan Nathan Tjoe-A-On sebagai holding midfielder. Padahal posisi asli Nathan adalah bek kiri. Sang pelatih mengakali gemuknya persediaan bek kiri timnas Indonesia dengan menugaskan Nathan ke pos gelandang bertahan, dan sang pemain pun menuntaskan eksperimen tersebut dengan cemerlang.

Namun, tak jarang eksperimen Shin Tae-yong berbuah simalakama. Pada Piala AFF 2022 lalu, Pada partai semifinal kontra Vietnam, 9 Januari 2023, Yakob Sayuri secara mengejutkan diduetkan dengan Marc Klok di lini tengah.

Dengan formasi 3-5-2, pemain yang kini berseragam Malut United itu mengemban peran gelandang nomor delapan. Tentu peran tersebut sangat asing bagi Yakob yang notabene seorang winger.

Kredit foto: PSSI/GSI
Pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong memberikan keterangan kepada media pada sesi konferensi pers usai laga.

Kini, yang tersisa di benak Shin Tae-yong hanyalah penyesalan. Kekalahan dari tim paling gurem di Grup C menjadi tamparan keras bahwa level Asia bukanlah ajang untuk main-main.

“Selamat untuk kemenangan China, kedua tim punya keinginan kuat untuk memenangkan laga, namun China menunjukkan keinginan yang lebih kuat,” ucap Shin Tae-yong.

“Kami kalah dan semua pemain sudah melakukan yang terbaik. Ini bukanlah akhir, di laga selanjutnya, kami akan mempersiapkan dengan baik agar bisa menunjukkan performa kami,” pungkasnya.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.