
Paus Fransiskus, pemuka agama yang cinta sepak bola.
Paus Fransiskus baru saja berkunjung ke Indonesia. Dia dikenal bukan hanya pemuka agama yang sederhana dan menjadi tauladan bagi sesama, tetapi juga lekat dengan sepak bola.
Paus Fransiskus, yang dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana, selalu mengingatkan para pemimpin dan tokoh berpengaruh untuk menjadi panutan yang baik. Pesan ini sering dia sampaikan, termasuk saat menerima audiensi dari tim-tim sepak bola.
Sejak mengambil alih kepemimpinan Gereja Katolik pada Maret 2013, Paus Fransiskus telah menerima banyak klub dan tim nasional sepak bola di Vatikan. Klub pertama yang disambut oleh Paus Fransiskus adalah Juventus pada 21 Mei 2013. Beberapa bulan kemudian, pada Agustus 2013, dua tim nasional dari negara asal leluhurnya, Argentina dan Italia, juga mengunjungi Paus sebelum laga uji coba mereka.
Tidak hanya itu, klub favoritnya, San Lorenzo, juga diterima oleh Paus pada Agustus 2014 setelah klub tersebut memenangkan trofi Copa Libertadores untuk pertama kali. Baru-baru ini, pada Juni 2024, Paus menyambut timnas Kroasia di Vatikan sebelum mereka berkompetisi di Piala Eropa 2024.

Paus Fransiskus menyambut tim San Lorenzo di Vatikan pada Agustus 2014.
Kecintaan Paus Fransiskus pada sepak bola diwariskan oleh ayahnya. Sejak kecil, Paus mulai menyukai sepak bola dan jatuh hati pada klub San Lorenzo setelah diajak oleh ayahnya untuk menonton langsung pertandingan di Stadion Gasometro pada tahun 1946.
Musim itu, Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio, masih berusia sembilan tahun. Kala itu, dia tidak melewatkan satu pun pertandingan kandang San Lorenzo.
Pada November 2023, saat menerima kunjungan skuad Celtic, Paus Fransiskus menyampaikan pesan penting lainnya tentang makna olahraga.
“Dalam pertandingan, terkadang menang, terkadang kalah. Namun, hasil akhir bukanlah yang paling penting. Yang terindah dari olahraga adalah pelajaran tentang keikhlasan dan keindahan bermain bersama,” ujarnya, seperti dikutip dari laman resmi Celtic.
Aktif di sepak bola
Sejak mengabdikan diri kepada umat Katolik di Argentina, Paus Fransiskus tidak pernah jauh dari dunia sepak bola. Sepak bola memang tidak lepas dari pengalaman hidup panjang Paus, termasuk kecintaannya pada San Lorenzo yang juga dipengaruhi oleh sumbangan kemanusiaan dari para pendiri klub tersebut.
San Lorenzo, yang dibentuk pada tahun 1908, berdiri berkat andil dari Bapa Lorenzo Mazza yang membentuk klub sepak bola untuk memberikan aktivitas positif bagi anak-anak di lingkungan parokinya.
Seperti mayoritas warga Argentina, Paus Fransiskus juga aktif berkontribusi untuk klub favoritnya. Dia bahkan terdaftar sebagai anggota resmi suporter San Lorenzo sejak Maret 2008, dengan rutin membayar iuran tahunan.
Ketika masih anak-anak, Paus Fransiskus sering bermain sepak bola bersama teman-temannya sebagai penjaga gawang. Sepak bola sederhana menjadi bagian dari masa kecilnya, di mana dia dan teman-temannya bermain dengan bola yang terbuat dari lilitan kain karena bola kulit saat itu sangat mahal. Bola lilitan kain ini menjadi simbol budaya di Argentina dan bahkan diabadikan dalam puisi oleh para pujangga setempat.

Mural Paus Fransiskus berpadu dengan tulisan San Lorenzo.
Setelah memimpin di Vatikan, Paus Fransiskus terus melestarikan sepak bola sebagai sarana pemersatu berbagai kalangan. Delapan klub asal Vatikan difasilitasi dengan kesempatan bermain rutin serta lapangan latihan dan pertandingan yang memenuhi standar FIFA. Tim nasional Vatikan juga mengadakan pertandingan reguler, dengan salah satu lawan tetapnya adalah timnas Monako.
Setiap tahun, Paus Fransiskus juga membuka Piala Clericus yang diikuti oleh 16 tim dari Vatikan dan Roma, Italia. Tim ini terdiri dari delapan tim pendeta dan delapan tim lainnya dari seminaris, dengan pemain yang berasal dari 70 negara.
Di era Paus Fransiskus, Vatikan juga membentuk timnas putri yang menjalani pertandingan resmi pertamanya pada 26 Mei 2019 melawan tim Liga Italia, Roma Putri. Meskipun kalah 0-10, pembentukan tim ini menunjukkan komitmen Paus terhadap sepak bola sebagai alat pemersatu.
Meskipun Paus Fransiskus sudah jarang menyaksikan pertandingan sepak bola, baik di televisi maupun langsung di stadion, dia tetap mengikuti perkembangan sepak bola, terutama turnamen besar seperti Piala Dunia. Informasi tentang pertandingan biasanya ia peroleh dari Garda Swiss, pasukan pengawalnya.
Selain untuk menyampaikan pesan-pesan moral, sepak bola juga sering digunakan Paus untuk mencairkan suasana dalam berbagai pertemuan. Melihat seseorang mengenakan jersey San Lorenzo, Paus sering tersenyum dan berkata, “Dia punya selera yang bagus,” ungkap Del Corral, meniru ucapan Paus.
Dalam biografinya berjudul “Life: My Story Through History” yang terbit pertengahan tahun ini dalam beberapa bahasa, termasuk Inggris, Italia, Jerman, dan Perancis, Paus Fransiskus juga menceritakan pengalamannya dengan sepak bola. Salah satu kisahnya adalah ketika dia menyambut legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona, di Vatikan pada akhir Agustus 2014.
“Sebagai Paus, ketika saya menerima Maradona di Vatikan beberapa tahun lalu, saya bertanya kepadanya dengan bercanda, ‘Jadi, tangan yang mana yang berdosa itu?’,” ujar Paus Fransiskus, merujuk pada gol “tangan Tuhan” Maradona di Piala Dunia 1986 saat melawan Inggris. Pada kesempatan itu, Maradona memberikan jersey Argentina dengan nomor 10 dan nama ‘Francisco’ kepada Paus.

Paus Fransiskus saat bertemu dengan legenda sepak bola Argentina, Diego Armando Maradona.
Kecintaan besar Paus pada sepak bola tampaknya membawa berkah bagi San Lorenzo dan timnas Argentina. Sembilan bulan setelah Paus Fransiskus memimpin di Vatikan, San Lorenzo meraih gelar Liga Argentina 2013, mengakhiri penantian enam tahun untuk menjadi juara kompetisi domestik Argentina.
Prestasi terbesar Los Santos adalah kemenangan mereka di Copa Libertadores 2014, setelah mengalahkan Nacional, klub asal Paraguay, dengan skor agregat 2-1 di final. Hingga kini, itulah satu-satunya gelar kontinental yang dimiliki San Lorenzo.
Timnas Argentina juga meraih gelar juara dunia ketiga pada Piala Dunia 2022 di Qatar. Wajah Paus Fransiskus kerap terlihat di spanduk-spanduk suporter La Albiceleste yang berjejer bersama gambar Lionel Messi dan Diego Maradona di setiap pertandingan Argentina di Qatar.
Selama berada di Jakarta, Paus Fransiskus memang tidak bersentuhan dengan agenda sepak bola ataupun olahraga lainnya. Namun, Paus Fransiskus menyambut umat Katolik di Indonesia dengan mengadakan misa kudus di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (5/9), yang merupakan arena legendaris sepak bola Indonesia.
Kedatangan Paus Fransiskus diharapkan menjadi berkah bagi sepak bola Indonesia, khususnya timnas Indonesia. Namun, hal terpenting dari kedatangan pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia itu adalah harapan perdamaian dan menguatkan Bhineka Tungga Ika di Indonesia dapat terwujud.