Legenda Loncat Indah Asian Games 1962 Lanny Gumulya Tutup Usia

Credit foto : akun @lannygumulyaktd
Lenny Gumulya (kiri) ketika meraih medali emas di Asian Games 1962.

Kabar duka datang dari cabang olahraga akuatik yang baru saja kehilangan legenda loncat indah, Lanny Gumulya Kartadinata. Ia merupakan legenda olahraga Indonesia yang kerap mengharumkan nama bangsa di ajang internasional.

Lanny Gumulya berpulang pada Kamis 29 Februari malam, pukul 21.04 WIB dan bakal dikremasi pada Senin 4 Maret 2024. Kabar tersebut meninggalkan duka yang mendalam dan ucapan duka datang dari Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, Letjen TNI Purn Marciano Norman.

“Saya Ketum KONI Pusat menyampaikan rasa turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya Ibu Lanny Gumulya Kartadinata, legenda loncat indah Indonesia. Semoga mendiang mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan,” kata Marciano dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.

“Selamat jalan patriot olahraga Indonesia, perjuanganmu mengharumkan nama bangsa dan negara melalui olahraga di kancah dunia akan kami lanjutkan.” tuturnya.

Ketum KONI Pusat berharap akan ada atlet-atlet loncat indah binaan Pengurus Besar Akuatik Indonesia (PB AI) yang mampu meraih emas di kancah Asia bahkan Olimpiade.

Credit foto : akun @lannygumulyaktd
Lenny Gumulya ketika meraih medali emas di Asian Games 1962.

Peraih Medali Emas Asian Games 1962

Sang legenda merupakan peraih medali emas locat Indah indah Asian Games 1962 Jakarta. Sampai saat ini, mendiang Lanny Gumulya merupakan atlet loncat indah Indonesia yang mampu meraih medali emas Asian Games.

Ada yang menarik dari nama Gumulya. Ternyata nama itu merupakan pemberian dari Presiden Soekarno ketika berkunjung ke Training Center di Bandung, Jawa Barat. Gumulya merupakan singkatan dari Goei yang Mulya. Nama Legenda loncat indah kebanggaan Indonesia adalah Goei Giok Lan.

“Lanny, terima kasih, kamu telah mempersuntingkan bunga melati di sanggul Ibu Pertiwi,” ucapan terima kasih itulah yang dilontarkan Sang Proklamator kepada Lanny Gumulya atas prestasinya menyumbangkan medali emas. Ungkapan itu disampaikan di Istana Negara. Kala itu, Lanny Gumulya juga diminta ikut menari lenso bersama para pejabat negara yang hadir pada acara perpisahan dengan para atlet seusai Asian Games IV, 1962 berjalan lancar, seperti dikutip dari buku biografi Lanny Gumulya.

Sebagai legenda dan peraih medali emas Asian Games 1962, Lanny Gumulya turut menjadi pembawa obor Asian Games ke-18 pada 2018 yang berlangsung di Jakarta. Ia membawa obor Asian Games di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, tempat yang sama saat ia mempersembahkan medali emas untuk Indonesia pada Asian Games 1962.

Credit foto : akun @lannygumulyaktd
Lenny Gumulya semasa hidup sedang bersama suami tercinta.

Punya Hobi Berolahraga

Lanny Gumulya lahir di Solo pada 13 November 1944. Sejak usia dini ia memang hobi olah raga berbagai cabang. Saat bersekolah di SMP di Bandung, Lanny belajar judo dan mampu mencapai tingkat ban cokelat.

Judo ternyata berpengaruh besar pada karier olahraganya di kemudian hari. Karena judo itulah, Lanny menekuni loncat indah karena memiliki keberanian dalam keseimbangan.

Pada 1953 sampai 1954 ia terus menekuni olahraga renang. Namun, ia masih belum berolahraga untuk mencapai prestasi, melainkan masih hobi.

Tahun 1959 Lanny beralih ke loncat indah ditangani pelatih M.Jasin. Melihat bakatnya, Lanny lantas diarahkan untuk Asian Games yang tahun 1962 Indonesia menjadi tuan rumah. Sebelumnya, ia juga cukup sukses di PON VI 1961 Bandung dengan torehan medali emas.

Ketika itu Lanny mengalahkan Mien Brodjo yang merupakan peloncat indah kawakan. Sukses di PON, Lanny masuk pemusatan latihan nasional Asian Games di Filipina dan Jepang.

Credit foto : akun @lannygumulyaktd
Lenny Gumulya sedang menuju podium untuk pengalungan medali emas di Asian Games 1962.

Asian Games 1962 Jakarta menjadi puncak kesuksesan Lanny sebagai atlet loncat indah. Selain emas untuk papan tiga meter, Lanny juga memenangi perunggu untuk nomor terjun menara 10 meter.

Sukses ini diulangi Lanny dalam GANEFO tahun 1963 di Jakarta, yang mana ia meraih emas untuk papan 3 meter dan perunggu untuk menara 10 meter. Selanjutnya pada tahun 1964, Lanny pensiun dari dunia olahraga dengan usia yang masih sangat muda, yakni 20 tahun.

Lanny berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan menikah dengan Charlie Kartadinata, putra pemiliki pabrik kecap Cap Bango, pada 1966. Lanny pun sempat menekuni bisnis restoran lalu beralih ke percetakan.

Meski beralih menjadi pengusaha, nama Lanny tetap dikenang sebagai atlet legendaris yang sudah mengharumkan nama Indonesia dari cabang olahraga loncat indah.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.