Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pepatah itu cocok disematkan kepada Muhammad Lordy Hurdano, Abang None dari Jakarta Utara yang punya hobi olahraga.
Darah olahraga Lordy didapat dari kedua orang tua yang juga aktif di dunia olahraga. Ayahnya, Huri, adalah atlet tenis dan ibunya, Nia, merupakan instruktur senam. Perpaduan itulah yang membuat Lordy sudah bersentuhan dengan berbagai olahraga sejak kecil.
“Sejak kecil, saya sudah dikenalin dengan olahraga. Jadi kalau gak olahraga, seperti ada yang kurang,” kata Lordy membuka percakapan dengan Ludus.id.
Pada kelas tiga sekolah dasar (SD), Lordy sudah mulai bermain tenis. Namun, tidak hanya tenis saja karena Lordy juga memainkan olahraga lainnya seperti sepak bola, bola basket, bola voli, ataupun bulu tangkis di sekolahnya. Ia bahkan kerap mewakili sekolah dalam kejuaraan antarsekolah.
Ketika memasuki usia 14 tahun, tepatnya kelas dua SMP, Lordy mengikuti program dari Squash DKI Jakarta. Ia pun terpilih dan berkesempatan merasakan berlatih di lapangan squash kawasan GBK, Senayan. Terpilihnya Lordy juga tak lepas dari guru olahraga SMP-nya.
“Guru saya tahunya saya bisa olahraga raket jadinya saya terpilih dan difasilitasi belajar squash dua hari di Senayan dan saya tertarik,” ungkap Lordy.
Lordy pun mendapatkan prestasi di squash. Pada 2008, Lordy mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Squash. Ketika itu, ia yang sudah beradaptasi dengan squash mendapat tawaran dari pengurus Squash Banten. “Akhirnya saya ikut, tetapi waktu itu tidak sampai juara,” ucap Lordy.
Pernah Jadi Bagian Timnas Basket
Meski begitu, Lordy lebih fokus ke bola basket. Ia pun hampir setiap hari bermain basket walau tidak ada jadwal latihan di sekolahnya. Lordy yang keranjingan basket, akhirnya mulai meninggalkan tenis.
Keseriusan Lordy terhadap basket diwujudkan dengan masuk ke klub bernama Cougar. “Milih Cougar karena itu klub basketnya anak Tebet, karena dari kecil sudah tinggal di Tebet saya memilih Cougar,” jelas Lordy kepada Ludus.id.
Lordy ditawari masuk klub Satria Muda Junior yang saat itu bernama Mahaka Basketball Training Camp oleh orang tuanya. Bersama Mahaka, Lordy mendapat pelatihan dari para pelatih level nasional.
Ia melahap kerasnya latihan dan karena itulah kemampuan basketnya terus meningkat. Bahkan, Lordy mendapatkan pengalaman seleksi dari klub untuk menjadi bagian dari tim nasional Indonesia pada 2010.
“Akhirnya tiga pemain termasuk saya terpilih. Ini pengalaman yang tak terlupakan membela timnas basket di ASEAN Basketball Championship yang saat itu diadakan di Thailand,” cerita Lordy.
Namun, karier Lordy tidak panjang di bola basket. Sepulang dari Thailand, Lordy mendapat cedera lowerback. Kondisi tersebut membuat Lordy tidak nyaman beraktivitas dan ia pun mengecek kondisinya ke dokter.
“Ternyata bantalan pada tulang sudah mulai menipis jadi tidak boleh olahraga yang high impact. Saya disuruh operasi tetapi saya tidak mau, akhirnya saya tidak lagi aktif di basket,” kenang Lordy.
Setelah cedera itu, Lordy pun kembali bermain olahraga raket seperti tenis dan squash. Ia resmi melepas stausnya sebagai pebasket nasional dan bergabung dengan klub tenis JITA (Jakarta International Tennis Academy).
Pria berusia 29 tahun itu memang mencari olahraga yang tidak ‘sekeras’ bola basket dan tenis menjadi pilihannya. Apalagi, ayahnya yang atlet tenis bisa menjadi rekan bermainnya.
Ikut Abnon dan Mendirikan Squashub
Menariknya, Lordy pernah menjadi Abang None Jakarta Utara. Meninggalkan aktivitas bola basket, Lordy mendaftarkan diri menjadi Abang None ketika dirinya berkuliah di Universitas Negeri Jakarta.
Ia mengikuti seleksi Abang None pada 2015 karena menurutnya menjadi Abang None memiliki kegiatan yang seru seperti bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta dan kegiatan tentang Kota Jakarta lainnya.
“Saya iseng ikut Abnon Jakarta Utara karena ada ada teman yang sudah menjadi Abnon di daerah itu. Pas seleksi, saya masuk dan menjadi finalis dan di situ saya sempat mikir, ‘ini bukan gue banget’, karena hidup saya selama ini olahraga dan belajar di sekolah ataupun kampus,” kenang Lordy.
Akan tetapi, Lordy pun beradaptasi. Ia harus bisa memiliki komunikasi yang baik karena sebagai Abnon, Lordy dituntut update berita, memahami budaya Betawi, ataupun paham dengan pemerintahan DKI Jakarta.
Seiring berjalannya waktu, Lordy mampu beradaptasi dengan baik dan berhasil menjadi Wakil 1 Abang Jakarta Utara 2015. Menariknya, dari Abang None ini, Lordy bisa menyalurkan hobinya di squash.
Ya, Lordy bersama Abang None Jakarta Utara lainnya, yakni Joshua Wongso, dan Thierry Ramadhan Ardiantoputra mendirikan komunitas Squashub.
Squashub berawal dari keinginannya bermain squash tetapi tidak memiliki teman, sehingga ia mendirikan komunitas agar memiliki teman saat bermain squash.
Komunitasnya pun berkembang dengan pesat di lingkungan Abang None. Pasalnya, ketika awal Squashub berdiri, sebanyak 80 persen membernya adalah Abnon.
Namun, lambat laun Squashub mulai kebanjiran peminat dari semua kalangan. Bahkan, jumlah member dan peminat non member di luar ekspetasi Lordy selaku pendiri.
Squashub bagi Lordy merupakan ‘rumah’ komunitas yang nyaman. Ia mendapatkan pengalaman menarik dari komunitas yang didirikannya. Mulai mendapatkan teman squash dari beragam profesi, sampai membuat event komunitas yang seru.
“Lebih dari sekadar teman main squash sih. Dulu kita pernah bikin seru-seruan main squash dengan tema Hallowen, lalu bikin acara trekking ke Curug dan bahkan ada yang pacaran karena ketemu di Squashub. Tidak ada ekspetasi apa-apa, karena awalnya mencari teman main squash kini malah ketemu banyak teman yang beragam,” ucap Lordy.
Seiring dengan perkembangan squash di Jakarta yang terus meningkat, Squashub pun dilirik beragam kalangan yang ingin mengenal olahraga squash.
Beberapa event Squashub berhasil menggaet sponsor, sehingga masyarakat semakin mengetahui keberadaan komunitas ini. Mereka juga kerap berkolaborasi dengan brand dan komunitas squash lainnya dalam menggarap event.
Terbaru, Squashub berkolaborasi dengan MainSquash untuk menggelar event Rookie Rumble 2k24. Lordy sebagai founder Squashub pun turut berpartisipasi dalam event tersebut.
Sebagai salah satu panitia dan juga pemain, Lordy melihat antusiasme peserta di Rookie Rumble 2k24 sangat tinggi. Apalagi, mereka berhasil menggandeng beberapa brand untuk menjadi sponsor.
Tidak hanya itu, dalam Rookie Rumble 2k24 ini, Lordy keluar sebagai juara di kategori putra. Ia mengalahkan Rifan Rahman di final dengan skor 3-2.
“Senang sih menjadi juara karena selama bertanding di komunitas, ini pertama kalinya saya juara. Teman-teman lainnya juga sudah mulai meningkat skill squashnya. Saya juga hampir kalah di final, tetapi seru banget,” tutur Lordy.
Melihat squash kini sudah mulai berkembang, Lordy pun senang. Jika melihat secara nasional, ia mengatakan bahwa saat ini sudah banyak atlet-atlet nasional yang bertanding di Professional Squash Association (PSA) level internasional.
Pembinaan squash juga sudah mulai hidup dengan banyaknya pemain di kelompok umur 13-19 tahun. “Mereka juga bisa bersaing ketat untuk menunjukkan kelasnya di setiap pertandingan,” kata Lordy yang juga aktif di Pengurus Besar Persatuan Squash Indonesia (PB PSI) itu.
Bahkan perkembangan squash bukan hanya di sektor prestasi saja. Pada sektor komunitas, squash juga mulai berkembang dengan banyaknya perusahaan yang membuat program olahraga squash untuk pegawainya.
“Saat ini juga banyak komunitas yang aktif bermain squash di lapangan GBK, Rawamangun, BSD, ataupun Koja. Banyak juga event-event komunitas yang digelar,” kata Lordy.
Lordy pun mengajak masyarakat agar mencoba squash sebagai olahraga prestasi ataupun rekreasi. “Buat yang penasaran, jangan ragu untuk gabung komunitas squash yang ada,” tutup Lordy mengakhiri pembicaraan.