M Abdurahman Wahyu, dari Taekwondo ke Bisnis Start-Up “Wacaku”

 

Credit foto : Dokumentasi Pribadi
Muhammad Abdurahman Wahyu, mantan atlet taekwondo poomsae nasional.

Bagi seorang atlet, menyadari kapan harus pensiun dan apa yang akan dilakukan usai tidak aktif menjadi atlet merupakan sebuah keharusan. Atlet harus memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan yang memadai agar dapat bertahan hidup dan berkembang usai keluar dari pemusatan latihan nasional.

Hal itu dipahami dengan baik oleh Muhammad Abdurahman Wahyu, mantan atlet nasional taekwondo poomsae Indonesia yang telah memberikan kontribusi merah putih di berbagai event didunia internasional dengan mempersembahkan puluhan medali, baik emas, perak maupun perunggu di ajang single maupun multi event.

Selama aktif menjadi atlet , kontribusi Wahyu untuk timnas taekwondo Indonesia tidak main-main. Dia pernah memberikan kontribusi medali perunggu di Kejuaraan dunia di Bali 2013 dan 2014 di Meksiko, kejuaraan dunia Universitas di Gwangju Korea 2015 dan Napoli 2019, Sea Games 2013, 2015, 2019 dan Kejuaraan Asia di Manila Filipina dan Asghabat Turkmenistan 2017.

Setelah tidak menjadi atlet, Wahyu memanfaatkan kemampuannya di bidang teknologi informasi untuk mengembangkan diri. Pada tahun 2018, Wahyu memulai industri startup yang menyediakan platform terintegrasi untuk olahraga taekwondo. Dia memproduksi informasi bernilai pengetahuan tentang dunia dan aktivitas taekwondo untuk para praktisi taekwondo.

Kemudian, pria kelahiran 6 April 1995 itu melihat ada peluang lain pada bidang teknologi digital. Wahyu merintis sebuah situs , yang saat ini fokus segmentasinya pada dunia literasi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dengan nama “WACAKU”.

Credit foto : Dokumentasi Pribadi
Muhammad Abdurahman Wahyu, mantan atlet taekwondo poomsae nasional (tengah) bersama para pengurus start up WACAKU.

Wahyu menyebut langkahnya mendirikan Wacaku adalah visinya dalam memberikan kontribusi kepada negara dalam menjawab tantangan Indonesia emas 2045.

“Wacaku”, perusahaan yang awalnya didirikan secara mandiri pada tahun lalu ini, sekarang terus berkembang pesat. Bahkan, Wahyu berhasil membangun tim dengan puluhan individu dalam waktu singkat. Wahyu pun tetap berkomitmen untuk berkolaborasi bersama timnya untuk mendorong pertumbuhan Wacaku.

Saat ini Wacaku sudah masuk generasi kedua dan ruang lingkup  fitur dan content layanannya lebih optimal dengan merambah wacana untuk mereka yang menginginkan kreativitasnya lebih diapresiasi, dieksplorasi dan diakses lebih mudah oleh publik .

“Saat mendirikan Wacaku, saya membayangkan sebuah platform yang tidak hanya membantu penulis dalam menciptakan, memonetisasi, dan mengoptimalkan karya mereka tanpa regulasi dan peraturan yang rumit, tetapi juga membuat pengalaman membaca menjadi lebih menyenangkan di dalam platform tersebut,” terangnya.

Wacaku, yang memiliki jargon “Where Stories Begin,” menjadi perwujudan minat Wahyu terhadap dunia tulis menulis serta komitmennya untuk memberdayakan dan berkolaborasi bersama para penulis, tak hanya di Indonesia tetapi juga seluruh dunia, untuk meningkatkan minat dan kualitas literasi.

Credit foto : Dokumentasi Pribadi
Muhammad Abdurahman Wahyu, mantan atlet taekwondo poomsae nasional.

“Wacaku dirancang untuk membuat membaca dan menulis menjadi lebih mudah diakses, menarik, dan menguntungkan,” ujarnya.

Platform ini menawarkan berbagai fitur inovatif, termasuk Studio untuk menulis yang mudah digunakan, (AiNi) asisten editor berbasis kecerdasan buatan (AI) yang membantu menghemat waktu dalam proses penulisan.  Selain itu, ada juga Explore untuk membantu penulis terhubung dengan pembaca mereka, dan Monetisaku, proses monetisasi yang sederhana yang memungkinkan penulis mendapatkan 100 persen biaya dan royalti dari karya-karya mereka.

Para penulis juga memiliki kesempatan untuk diterbitkan oleh mitra penerbit Wacaku. Dalam waktu satu tahun terakhir ini, Wacaku telah menerbitkan enam buku dari ratusan cerita penulis-penulis. Wahyu mengatakan, tujuan utamanya saat mengembangkan Wacaku adalah membawa teknologi web 3.0 ke industri sastra, sejalan dengan ambisi Pemerintah untuk menjalankan program Indonesia Emas pada 2045.

Dengan memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan dan merangkul teknologi, Wacaku bertujuan mengubah literasi serta meningkatkan kualitas dan minat terhadap literasi.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.