“Dan Memen berhasil mencetak gol menjadi… tiga dua!”
Suara nyaring komentator Indosiar itu begitu renyah terdengar menyambut gol Maman Abdurrahman ke gawang Sriwijaya FC pada laga krusial bagi Persija Jakarta.
Sundulan kepala Maman Abdurrahman disambut gegap gempita pendukung Persija yang memenuhi Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada 24 November 2018 lalu.
Gol tersebut menjadi momen penting bagi Persija yang sedang mengejar gelar juara di Liga 1 2018. Gol Maman membantu Persija menjaga asa juara dan bersaing ketat dengan PSM Makassar.
Hasilnya, musim 2018 menjadi musimnya Persija. ‘Si Merah-Putih’ berhasil menjuarai kompetisi Liga 1 dan salah satu faktornya adalah gol Maman ke gawang Sriwijaya. Gol itu menjadi momen terindahnya di Persija.
“Gol saat itu sangat spesial. Saya mencetak gol di penghujung laga dan kebetulan saya menjadi kapten. Saya berlari ke arah penonton dan meluapkan kebahagiaan saya. Alhamdulillah kemenangan itu membuka kembali asa juara,” kata Maman dari laman resmi Persija.
Maman dan Persija akan segera berpisah setelah delapan tahun Bersama. Maman Bersama Tony Sucipto resmi pergi dari Persija dan mini turnamen di Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara, pada 30 Mei 2024 menjadi laga perpisahan mereka.
Maman menjadi sorotan. Ia memainkan pertandingan terakhirnya di Persija melawan PSIS Semarang dalam sebuah turnamen mini pada Jumat (30/5). Klub tersebut tidak asing dengan Maman karena ia pernah bermain di sana dalam jangka waktu yang cukup lama, bahkan menjadi idola.
Melawan PSIS, Maman bertindak sebagai kapten. Meski tidak lahir dari sistem pembinaan Persija, Maman dengan segala pengalamannya di klub dan tim nasional Indonesia, mendapatkan respek yang luar biasa di Persija.
Persija menang 1-0 atas PSIS. Gol Akbar Arjunsyah sudah cukup membawa klub yang lahir di Kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, itu meraih kemenangan di depan pendukungnya sendiri. Maman bermain dan memimpin rekan-rekannya meraih kemenangan.
Berawal dari Persija Timur
Karier Maman di sepak bola cukup unik. Ia terbilang terlambat bermain sepak bola dan dibuktikan ketika dirinya berbicara di kanal Youtube Sport77 Official.
PS PAM Jaya bukanlah klub profesional. Klub itu adalah anggota internal Persija Jakarta Timur dan yang dikenal dengan nama Persija Timur ataupun Persijatim.
Maman masuk ke PS PAM Jaya dengan tujuan menjadi karyawan di perusahaan air minum swasta, PAM Jaya. Ia bermain di klub tersebut pada 1996 sampai 1998.
“Saya ini termasuk terlambat main bola. Sekitar kelas 3 SMP. Waktu itu main bola di PS PAM Jaya. Tujuannya biar bisa dapat pekerjaan di sana. Karena dari main bola, mudah dapat pekerjaan,” ujar Maman.
Garis hidup berubah. Keinginan Maman menjadi karyawan PAM Jaya malah berbelok menjadi pesepak bola profesional. Ia terpilih masuk ke tim Persijatim U-18 yang kala itu bersiap untuk ajang Piala Soeratin 2000.
Piala Soeratin merupakan turnamen usia dini yang populer di sepak bola Indonesia saat itu. Banyak pemain hebat Indonesia lahir dari kompetisi yang dimulai pada 1965 tersebut dan Maman menjadi bagian turnamen usia muda legendaris itu.
Maman berhasil membawa Persijatim menjadi juara Piala Soeratin tahun 2000. Ia menghadapi rival sekota, Persija, yang uniknya di klub itulah dirinya menjadi legenda. Gol Magno sudah cukup membuat Persijatim juara di depan ‘musuh’ sekotanya itu.
Ia kemudian masuk ke tim senior. Ia membela Persijatim tahun 2001. Sebagai junior, dirinya belum banyak mendapat kesempatan bermain, terlebih ketika itu Laskar Betawi (jukukan Persijatim) memiliki banyak pemain bertahan senior seperti Ismed Sofyan, Zulfadli, Nur’afiq, Deny Ariyanto, hingga Nurcholis Madjid.
Maman baru benar-benar menjadi “senior” Ketika Persijatim pindah ke Solo, Jawa Tengah, dan mengganti nama mereka menjadi Persijatim Solo FC. Maman mulai berkembang berkat kepercayaan Yusack Sutanto sebagai pelatih kepada pemain-pemain muda.
Ketika Persijatim berubah nama menjadi Sriwijaya FC dan pindah ke Palembang, Maman dalam dilema. Ia dipertahankan tim untuk menjadi pemain Sriwijaya FC, tetapi di satu sisi dia juga sudah sepakat mengikuti Yusack ke Deltras Sidoarjo.
Namun, takdir berkata lain. Maman memilih PSIS bersama eks Persijatim lainnya, Harri Salisbury dan Modestus Setiawan. Di tim berjuluk Mahesa Jenar itu, Maman menemukan bentuk permainannya dan semakin matang di lini pertahanan.
Namanya begitu berkibar di PSIS. Bahkan pada 2006, Maman mampu membawa PSIS melangkah ke final Liga Indonesia. Sayang, Maman belum bisa angkat piala lagi seperti di Persijatim. PSIS harus mengakui keunggulan Persik Kediri ketika itu.
Jadi juara lagi di ibu kota
PSIS akhirnya ditinggalkan Maman. ia memulai petualangan baru di Persib Bandung. Ia bergabung dengan Maung Bandung pada 2008. Di sana, ia meraih puncak karier dari segi individu dan menjadi bagian timnas Indonesia.
Sayangnya, Maman juga tak mendapatkan gelar juara di Persib. Bahkan ia harus hengkang dari klub tersebut pada 2013 dan bergabung dengan Sriwijaya FC, yang memiliki darah Persijatim sebelumnya.
Di Sriwijaya FC, karier Maman menurun. Ia mengalami cedera lutut di musim perdananya datang ke Palembang. Maman bahkan tersingkir dan menyingkir ke Persita Tangerang pada 2014-2015. Ia rela bermain di kasta kedua bersama Persita.
Maman kemudian kembali ke Jakarta, tanah kelahirannya. Kali ini tidak pulang ke Jakarta Timur, tetapi ke Persija yang dulu menjadi rival sekota. Maman datang dengan harapan menjadi penjaga pertahanan Macan Kemayoran.
Harapan warga Jakarta akhirnya terwujud. Maman bersama para penggawa Persija lainnya berhasil merebut gelar juara tertinggi di Indonesia, sejak terakhir kali diraih pada 2001 silam.
“Ternyata di klub tanah kelahiran baru dapat gelar juara. Bersyukur karena bisa memberikan gelar di tim ini. Kenapa tidak dari dulu saja saya bermain di Persija,” canda Maman.
Kini, Maman harus berpisah dengan Persija. Namun, dia bukan pensiun dari sepak bola. Di usianya yang menginjak 42 tahun, Maman dikabarkan akan bermain di PSPS Pekanbaru. Usianya yang tak muda tak menyumbat keinginannya bermain sepak bola.
Meski meninggalkan Persija, Maman mewariskan putranya untuk Persija, Raffa Abdurrahman. Raffa akan menjadi penerus Maman dan sudah dipercaya debut di tim senior pada pekan terakhir Liga 1 2023-2024.
Maman akan selalu diingat publik sepak bola ibu kota karena dirinya hanya juara ketika membela tim tanah kelahiranya, Jakarta.