Man United di Bawah Van Nistelrooy: PR Masih Sama, Tapi Lebih Baik

Di bawah pelatih interim, Ruud Van Nistelrooy, Manchester United mengeksekusi sistem Erik ten Hag dengan lebih baik. (Ash Donelon/Manchester United)

Manchester United tampak lebih baik di bawah asuhan pelatih interim, Ruud Van Nistelrooy. Meski pekerjaan rumah masih sama dengan kepelatihan Erik ten Hag, terdapat perbaikan di beberapa sektor, terutama pada fase transisi dan jarak antarlini.

Van Nistelrooy baru saja menjalani laga perdana sebagai pelatih interim Man United di Premier League 2024-2025 di Old Trafford, Manchester pada Minggu (3/11) malam WIB. Lawan yang dihadapi pun bukan tim kaleng-kaleng, yakni Chelsea yang merupakan penghuni empat besar papan klasemen sementara.

Man United menatap laga dengan bekal kemenangan meyakinkan 5-2 atas Leicester City di ajang Piala Liga Inggris 2024-2025 tengah pekan silam. Tak ayal, moral Man United tampak lebih berseri.

Melawan The Blues, Man United harus puas dengan satu poin usai bermain imbang dengan skor 1-1. Namun meski gagal menang, Man United tampak bermain lebih kompak.

Baca juga:

Pelatih Legendaris Jepang Bicara Soal Kualitas Pemain Muda Indonesia

Van Nistelrooy mengadopsi gaya main yang tidak jauh berbeda dengan Ten Hag, namun eksekusinya lebih matang. Man United pun tak kesulitan menciptakan peluang berbahaya.

“Mereka mengerahkan seluruh kemampuan di lapangan dan pada akhirnya, tentu saja, kami puas dengan hasil imbang.”

Hanya saja, permasalahan Man United masih sama. Eksekusi peluang Man United masih jauh dari kata matang. Hal ini turut diakui oleh Van Nistelrooy usai pertandingan.

“Jujur saja, saya agak kecewa karena kami tidak menang. Saya rasa kami memiliki peluang yang lebih baik dalam pertandingan ini. Garna (sapaan akrab Alejandro Garnacho) hampir mencetak gol tiga kali, Marcus (Rashford) membentur tiang gawang dengan serangan hebat,” kata Van Nistelrooy dikutip laman resmi klub.

“Dan, Bruno (Fernandes) pada beberapa menit terakhir melepaskan tembakan, tetapi bola memantul dari salah satu bek Chelsea. Secara keseluruhan, saya rasa penampilan para pemain fantastis,” sambung Van Nistelrooy.

“Mereka mengerahkan seluruh kemampuan di lapangan dan pada akhirnya, tentu saja, kami puas dengan hasil imbang,” lanjut pria asal Belanda itu.

Man United melepaskan sebanyak 11 tembakan dengan empat di antaranya mengarah ke gawang, satu tembakan lebih banyak dari yang dicatat kubu tim tamu. Pada laga ini, Van Nistelrooy menerapkan gaya Ten Hag dengan sedikit modifikasi.

Penampakan pola build-up 3-2-5 Manchester United. (Ilustrasi Ludus.id)

Di atas kertas, Van Nistelrooy menerapkan formasi 4-2-3-1. Adapun saat fase membangun serangan, sang legenda klub memakai pola 3-2-5. Diogo Dalot, Matthijs De Ligt dan Lisandro Martinez sejajar membentuk pola tiga bek melebar.

Casemiro dan Manuel Ugarte turun sebagai distributor bola sekaligus mengemban peran umpan pressing untuk Cole Palmer dan kolega. Noussair Mazraoui naik overlap. Bruno Fernandes yang beroperasi di koridor half space aktif meminta bola untuk kemudian dialirkan kepada kedua sisi sayap yang dihuni Garnacho dan Rashford.

Rasmus Hojlund di pos ujung tombak bergerak liar memancing para pemain bertahan Chelsea dengan pergerakan tanpa bola sembari mencari ruang. Skema ini memudahkan Man United perihal ketersediaan opsi-opsi umpan.

Manchester United sigap kembali ke bentuk 4-2-4 saat fase transisi negatif. (Ilustrasi Ludus.id)

Sementara pada aspek bertahan, transisi negatif Man United mengalami perkembangan cukup pesat di bawah asuhan Van Nistelrooy. Setan Merah bisa dengan cepat kembali ke bentuk 4-2-4 begitu kehilangan bola.

Jarak antara empat bek dengan dua gelandang jangkar lagi-lagi cukup rapat, ditambah dengan Noussair Mazraoui yang rajin mengejar ke bawah. Dengan ini, Man United bisa menang jumlah saat bertahan, sedangkan Chelsea tidak nyaman mencari ruang saat menyerang.

Van Nistelrooy juga memiliki pakem tersendiri untuk menangani build-up Chelsea. Pria yang dijuluki Flying Dutchman ini tetap konsisten mempertahankan 4-2-4, dengan empat pemain depan berdiri tinggi di garis pressing pertama.

Secara permainan, Man United tampak lebih terstruktur. Namun, Van Nistelrooy harus memiliki cara komunikasi yang baik kepada penyerang asuhannya untuk menularkan pengalamannya sebagai penyerang tajam. Sebab, penyelesaian akhir Man United masih sangat bermasalah.

Terbukti, statistik menunjukkan Man United mencatat angka harapan gol (xG) lebih banyak ketimbang Chelsea. Berdasarkan catatan Opta, Man United memiliki xG senilai 1,96, sedangkan Chelsea memiliki nilai 1,5.

Namun, gol Man United justru tidak tercipta lewat permainan terbuka. Man United mencetak gol lewat eksekusi penalti Bruno Fernandes pada menit ke-70. Adapun Chelsea menyamakan kedudukan lewat tembakan voli Moises Caicedo empat menit berselang.

Bruno Vs Caicedo

Sorotan menarik lain pada laga ini adalah duel Bruno Fernandes versus Moises Caicedo. Memang keduanya merupakan gelandang dengan peran berbeda. Bruno adalah gelandang serang, sedangkan Caicedo merupakan gelandang bertahan.

Bruno Fernandes aktif meminta bola (atas). Bruno Fernandes langsung bermanuver mengekspos ruang di koridor half space untuk menyediakan opsi umpan bagi rekannya. (bawah). (BBC Match of the Day)

Namun, kedua pemain ini bagaikan bidak perdana menteri pada papan catur. Bruno sekali lagi menunjukkan kapasitasnya sebagai pemain paling kreatif di tim Man United. Boleh dibilang pemain asal Portugal ini adalah nyawa dalam penciptaan peluang Manchester Merah.

“Ketika Anda butuh seseorang untuk berani dan kreatif, dia (Bruno) muncul untuk bisa diandalkan. Nyaris di setiap momen (serangan) dia terlibat, dan dia ada di mana-mana,” ujar mantan gelandang timnas Inggris yang kini menjadi komentator, Danny Murphy dalam program BBC Match Of The Day.

“Ketika tim tidak menjalani pertandingan yang baik, dia orang yang paling depresi dan frustrasi. Dia pemain yang sangat emosional,” lanjut eks pemain Liverpool dan Tottenham Hotspur itu.

Mantan bek Man United, Phil Jones, yang pernah bermain bersama Bruno, sepakat dengan pendapat yang disampaikan Murphy. Tak hanya di lapangan, dijelaskan Jones, Bruno adalah pemimpin ideal bagi Man United di ruang ganti, terutama ketika tim sedang mengalami periode buruk seperti musim ini.

“Sepanjang pengalaman saya bermain bersamanya (Bruno). Dia adalah pemimpin yang bisa merangkul pemain muda. Dia mengeluarkan kualitas rekan-rekannya dengan kualitas yang dia miliki. Dia adalah seorang pemenang,” sahut Jones.

Dalam laga, tampak Bruno aktif berteriak ke rekan-rekannya untuk meminta bola. Mantan pemain Sporting Lisbon ini juga aktif bergerak mencari ruang. Bruno adalah eksekutor utama skema Van Nistelrooy yang banyak mengandalkan distribusi bola langsung ke kedua sisi sayap.

Di kubu lawan, Chelsea memiliki sosok penting bernama Caicedo. Pemain asal Ekuador ini tampil solid bertandem bersama Romeo Lavia. Caicedo aktif memutus aliran serangan Man United.

Pada penghujung laga, Caicedo cerdik membaca arah serangan Man United dengan menempel ketat Joshua Zirkzee. Umpan Garnacho ke kotak penalti pun berhasil dipatahkan.

Moises Caicedo naik menekan dan langsung menjadi aktor atas serangan balik Chelsea (atas). Moises Caicedo membaca arah serangan Man United dan mematahkan umpan Alejandro Garnacho ke Joshua Zirkzee (bawah). (BBC Match of the Day).

Caicedo juga aktif berinisatif menjemput bola ke bawah dan mengalirkan bola pada fase build-up. Caicedo seolah tidak pernah lelah berlari turun untuk menjemput bola.

Sementara, pada proses gol Chelsea, tepatnya pada situasi sepak pojok, Caicedo cerdik memanfaatkan ruang kosong di luar kotak penalti saat para pemain Man United sibuk mengawal pemain Chelsea yang stand by di mulut gawang.

Nyaris tidak ada pemain Man United yang sadar akan potensi bahaya dalam diri Caicedo. Praktis Caicedo pun berdiri bebas tanpa pengawalan. Terlebih, bola hasil antisipasi Casemiro jatuh ke kakinya. Pemain yang didatangkan dari Brighton and Hove Albion ini pun menceploskan bola deras terukur ke gawang Andre Onana.

“Sejak kami tiba, Moi (sapaan akrab Caicedo) tampil fantastis. Moi berkembang pesat. Kami menghabiskan waktu bersama dia dan yang lainnya untuk meningkatkan kemampuan mereka,” ujar pelatih Chelsea, Enzo Maresca, dikutip dari Football London.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.