Jakarta Pusat bukan hanya terkenal sebagai sentra sepak bola dan bola basket, tetapi juga voli. Di sini, ada Pervina, klub bola voli legendaris yang fokus mengembangkan pemain.
“Pervina itu terbentuknya sekitar tahun 1984 dan basecamp-nya sudah di GOR Senen, Jakarta Pusat. Kita ini pembinaan dan join juga dengan dinas terkait,” kata Haryono, Ketua Umum Pervina, saat ditemui Ludus.id, beberapa waktu lalu.
Pervina merupakan singkatan dari Persatuan Bola Voli Putra Putri Indonesia. Mereka mengusung semangat pembinaan di tengah industri bola voli Indonesia yang sedang menanjak.
Namanya klub, sudah pasti mengalami masa jaya dan sebaliknya. Nama Pervina sejak dahulu cukup harum di DKI Jakarta, khususnya Jakarta Pusat.
Mereka bersama-sama dengan sejumlah klub legendaris lainnya seperti Volta, Vobgard, Vancing ataupun Maluku menjadi “wajah” bola voli Jakarta Pusat di ibu kota. Semua dibangun dengan semangat pembinaan hingga hari ini.
Haryono menjadi generasi terkini yang mengurus Pervina. Tugasnya cukup berat: menghidupi klub dengan nama sohor di kota sebesar Jakarta. Ia kini memimpin klub setelah sebelumnya terjun sebagai pemain.
“Saya di Pervina hanya menyambung saja karena sudah ada pendiri-pendirinya yang kini sudah almarhum. Kita sekarang meneruskan saja. Dulu saya pemain, kebetulan tidak ada yang mengurus, akhirnya kita inisiatif mengurus Pervina,” tutur Haryono.
Pervina kerap mengikuti turnamen resmi yang diadakan oleh Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI). Klub mengikuti pertandingan di kategori U-17, U-19, dan junior.
“Itu semua kalender resmi PBVSI dan di luar itu kita ada ikut turnamen open yang sifatnya tidak resmi. Sebetulnya itu tidak wajib juga, tetapi kita ikut untuk mengukur sejauh mana tim berkembang sekaligus menjadi evaluasi,” ucap pria berkacamata itu.
“Semua kita ikuti baik yang kalender resmi PBVSI ataupun yang di luar Jakarta Pusat, mau itu pemula ataupun junior,” tamba Haryono.
Pervina sebagai klub pembinaan memiliki tim usia muda seperti U-23, lalu U-17, hingga paling kecil ada kategori U-13. Mereka juga membuka pendaftaran untuk anak-anak yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD) agar bisa mengenal bola voli sejak dini.
Sekretaris Pervina, Rosa menjelaskan bagaimana cara bergabung dengan Pervina. “Pendaftarannya bisa menghubungi Pak Haryono dengan nomor telepon 081511147833 atau saya di 08128388464. Kita ada trial dulu untuk melihat anaknya minat atau tidak karena kita kan latihan empat jam, takutnya sudah daftar tetapi anaknya tidak minat,” jelas Rosa.
Dengan pendaftaran tersebut, anggota Pervina bisa mengikuti Latihan seminggu penuh atau memiliki di hari tertentu saja. Pervina memiliki jadwal rutin di Harapan Baru dan GOR Senen, Jakarta Pusat.
“Hari Kamis itu kita ada di Harapan Baru, lalu Sabtu-Minggu ada di GOR Senen dan ada juga di lapangan luar di Lapangan Seroja, Bekasi setiap Selasa, Rabu, dan Jumat,” jelas Rosa.
Kesuksesan dan kesulitan
Banyak turnamen yang diikuti, sudah barang tentu prestasi akan hadir ke lemari trofi klub. Mereka merupakan juara di wilayah Jakarta Pusat baik putra dan putri. Sementara di luar wilayah itu, Pervina terus berkembang secara tim dan pemain, khususnya selepas pandemi Covid-19 lalu.
Selain itu, Pervina juga melahirkan beberapa pevoli andal yang kini berada di kasta Proliga, seperti Angeli Faulina yang membela Jakarta Livin’ Mandiri (JLM). Lalu ada pula beberapa pemain yang masuk dalam tim DKI baik provinsi ataupun kotamadya.
Bagi Unang Nurjaman, pelatih kepala Pervina, momen adanya pevoli Pervina yang sukses menembus liga atau tim nasional menjadi kebanggan tersendiri. Ia merasa senang ada anak didiknya yang menembus level nasional, meski itu bukan hal utama.
“Memang menjadi kebanggaan tersendiri, tetapi lebih bangga kalau atlet itu berhasil semua dan tidak hanya satu saja. Pelatih ‘kan bangga kalau anak didiknya sukses. Nah, sukses juga bukan hanya di olahraga saja tetapi bisa juga di pendidikan dan bidang lainnya,” ujar Unang.
Meski berprestasi, Pervina tidak lepas dari kesulitan. Masalah klasik seperti fasilitas dan peralatan juga menghampiri Pervina sebagai klub akar rumput.
Unang yang mengeyam asam garam sebagai pelatih tim bola voli menceritakan bagaimana timnya cukup mengalami kesulitan dalam hal fasilitas.
“Banyak (kesulitannya), terutama sarana dan prasarana untuk latihan,” ucap Unang.
“Kalau di Jakarta itu GOR (Gedung Olah Raga) kan bayar juga. Sabtu dan Minggu kadang digunakan untuk pertandingan. Kita sulit nyari tempat lain,” tambahnya.
Belum lagi kesulitan dalam alat penunjang latihan, seperti bola.
“Bola yang kita punya itu mandiri dari orang tua pemain. Sebagian uang untuk prasarana itu disisihkan dari orang tua pemain,” jelas Unang.
Kesulitan tersebut juga membuat Pervina tak muluk-muluk memikirkan menjadi klub profesional dan bergabung dengan Proliga ataupun kejuaraan pro lainnya. Ada permasalahan biaya yang besar jika Pervina memaksakan diri menjadi klub pro.
Haryono sebagai ketua juga mengungkapkan kesulitan yang menghinggapi klubnya sehingga memilih jalur akar rumput.
“Ya, kendala di biaya karena tanpa biaya itu kegiatan Pervina tidak bisa berjalan. Ada event yang lebih besar yang kita ikuti, maka biaya operasionalnya juga semakin besar,” jelas Haryono.
Mengembalikan kejayaan
Tidak adanya investor atau bapak asuh juga cukup membuat Pervina harus putar otak dengan keras untuk menghidupi klub. Mereka selama ini mengandalkan donatur dari orang tua dan juga iuran per bulan.
Meski begitu, Haryono dan jajaran pengurus serta pelatih tetap bekerja keras menjaga Pervina agar tetap eksis. Cara mereka mempromosikan lewat media sosial ataupun yang lebih ‘old school’ lagi, yakni mulut ke mulut, membuat Pervina tetap menjadi salah satu primadona klub bola voli di Jakarta.
“Saya satu daya tariknya kita itu selalu mengikuti kompetisi. Kita juga klub yang menjaga rasa kekeluargaan, makanya tidak jarang ada orang tua yang pernah di Pervina, memasukkan anaknya dan bahkan cucunya ke klub ini juga,” ucap Haryono.
Baik Haryono dan Unang berharap Pervina bisa terus eksis dan bermanfaat bagi perkembangan bola voli di Jakarta dan Indonesia secara umum. Mereka ingin Pervina bisa lebih maju dalam pengelolaan sebagai klub berbasis pembinaan dan lepas dari kesulitan mereka yang selama ini dirasakan.
“Yang jelas kita akan terus mencetak bibit baru yang bisa berkembang tidak hanya di Jakarta Pusat, tetapi juga di Jakarta dan syukur-syukur menembus nasional,” harap Haryono.
Seleras dengan Haryono, Unang juga ingin Pervina bisa maju serta mendapat dukungan penuh dari pemerintah kota. “Karena kita itu di Jakarta Pusat dan sejarah awal bola voli ibu kota itu di Jakarta Pusat, bukan di (Jakarta) Selatan. Kita mau mengembalikan kejayaan itu,” tegas Unang.