Manchester United tidak membutuhkan pelatih yang sekadar ahli taktik, tetapi juga sosok motivator yang bisa merangkul ego semua pemain. Sosok Sir Alex Ferguson yang memiliki gaya main biasa-biasa saja namun berhasil menjinakkan para pemain bintang menjadi bukti. Akankah karakter ini ada dalam diri Ruben Amorim?
Manajemen Man United masih mencari titisan Ferguson selama lebih dari 10 tahun. Tidak termasuk pelatih interim atau caretaker, total lima pelatih sudah mengisi kursi kepelatihan Setan Merah.
Semua pelatih, sejak David Moyes, Louis Van Gaal, Jose Mourinho, Ole Gunnar Solskjaer hingga Erik ten Hag berujung dipecat. Namun, ada pernyataan menarik yang dilontarkan Amorim jelang laga Sporting Lisbon kontra Manchester City pada lanjutan Liga Champions 2024-2025, Rabu (6/11) dini hari WIB.
“Jika hasilnya negatif, ekspektasi (penggemar Man United) akan turun. Jika kami menang, mereka akan berpikir bahwa Alex Ferguson yang baru telah tiba! Akan sangat sulit untuk memenuhinya. Saya tidak memikirkan itu. Yang menarik bagi saya adalah menang,” kata Amorim dilansir Optus Sport.
Baca juga:
PR Ruud Van Nistelrooy di Man United
Benar saja, Sporting tampil menggila di hadapan sang raksasa Inggris. Bermain di Estadio Jose Alvalade, Sporting justru berpesta empat gol meski jauh dari kata diunggulkan. The Citizens dibuat gigit jari meski sempat unggul lewat gol Phil Foden (4’).
Viktor Gyokeres, senjata andalan Amorim di lini depan, mencetak hattrick (38’, 49’ dan 80’). Dua di antaranya merupakan gol penalti. Maximilano Araujo ikut mencatatkan nama di papan skor.
Tak ada yang mengira Sporting bisa menang dengan skor sebesar itu, terlebih lawannya sekelas Man City. Namun demikian, Amorim memang merupakan pria yang memiliki jiwa pemenang.
Sepak terjang Amorim sudah cukup membuktikan. Dia adalah pelatih termuda yang menjuarai Liga Portugal. Bahkan di musim 2020-2021, Amorim adalah arsitek yang mengakhiri puasa gelar liga Sporting selama 19 tahun.
Di musim yang sama, Amorim membawa Leoes, julukan Sporting, menjuarai Piala Liga Portugal. Semusim setelah itu, Amorim mempersembahkan satu lagi Piala Liga Portugal dan tambahan Piala Super Portugal.
Terbaru, di musim 2023-2024, Amorim kembali mempersembahkan gelar juara Liga Portugal untuk Tim Singa. Sebelum menangani Sporting, Amorim juga sempat membawa SC Braga menjuarai Piala Liga Portugal 2019-2020.
Kendati demikian, publik tetap banyak yang meragukan kapasitas Amorim sebagai juru selamat Man United. Sebab, pelatih-pelatih Man United sebelumnya juga bergelimang gelar.
Sebelum mengasuh Man United, Louis Van Gaal adalah pelatih dengan sederet prestasi. Begitu pula dengan Erik ten Hag yang merupakan jagoan di negara asalnya, Belanda. Sementara Jose Mourinho, tidak usah ditanya lagi deretan prestasi yang menyertai karier kepelatihannya di Benua Biru.
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, Man United tidak butuh pelatih yang sekadar bergelimang gelar, atau pakar taktik. Lebih dari itu, Man United butuh sosok berkarakter, berjiwa pemimpin, tahan banting, motivator dan faktor nonteknis lainnya.
Sebab, permasalahan Man United lebih dari sekadar materi pemain dan taktik yang tepat. Sudah kurang apa manajemen memanjakan Ten Hag dengan pemain-pemain anyar? Toh, permainan Man United masih begitu-begitu saja.
Saat diumumkan sebagai pelatih anyar, kalangan penggemar, pengamat dan media membahas gaya main 3-4-3 ala Amorim dan bagaimana menerapkan pakem tersebut di Old Trafford. Namun, pembahasan tersebut sebetulnya tidaklah relevan. Lebih dari itu, ada hal besar bersemayam dalam diri Amorim.
Sehebat apa Amorim?
Sejak kecil, Amorim ditempa oleh lingkungan yang tidak mudah. Dia besar di pemukiman kumuh di kawasan Alverca do Ribatejo. Orang tua Amorim bercerai ketika dirinya masih berusia satu tahun.
Hak asuh Amorim kemudian diambil oleh sang Ayah, Virgilio Amorim yang hanya berprofesi sebagai tukang kunci. Amorim kecil tumbuh di lingkungan yang keras.
“Dia sangat pintar, dan orang-orang sudah melihat dalam dirinya bahwa dia memiliki kepribadian untuk menjadi pelatih, dia pengamat yang baik dan sangat memperhatikan detail.”
Amorim pernah dirampok sekelompok penjahat jalanan dan harus menyerahkan uang-uang receh yang disembunyikan di balik kaus kakinya. Namun, Amorim tidak cengeng.
Di sekolah, Amorim adalah pribadi yang periang. Amorim seolah menyembunyikan rasa pedih di balik senyum tawanya. Tak sekadar itu, Amorim juga merupakan siswa yang pandai secara akademik. Matematika adalah mata pelajaran yang paling disenanginya.
“Dia (Amorim) anak yang bahagia, saya masih mengingat senyumnya sampai sekarang. Dia sangat menyukai sepak bola, dan sosok pemimpin bagi teman-temannya. Dia selalu menginstruksikan kepada temannya, ‘kamu ke sini, kamu ke sana’” kata guru Amorim, Paula Aheu saat duduk di bangku sekolah dasar CEBI Foundation, dilansir The Athletic.
“Dia sangat pintar, dan orang-orang sudah melihat dalam dirinya bahwa dia memiliki kepribadian untuk menjadi pelatih, dia pengamat yang baik dan sangat memperhatikan detail,” tutur pelatih Amorim di tim junior Clube de Alverca, Joao Catalarranas dipetik Mirror.
Pada musim panas 1998, Amorim menimba ilmu di akademi Benfica. Jose Morais, yang merupakan mantan pelatihnya di tim junior Benfica, menuturkan bahwa Amorim kerap memancarkan aura ketenangan dan kedewasaan di lapangan.
“Dia (Amorim) menjadi kapten karena kemampuannya berinteraksi dengan rekan satu tim. dia memberi pengaruh positif bagi orang lain, seorang panutan,” ujar Morais kepada The Athletic.
“Dalam derby yang menegangkan Benfica melawan Sporting, dia selalu menjadi orang yang mendorong lawan dan memiliki keyakinan untuk menang. ‘Ayo, maju!’ teriaknya. Dia memimpin dengan memberi contoh,” lanjut mantan asisten Jose Mourinho di Inter Milan, Real Madrid dan Chelsea ini.
“Dia seorang pelari, petarung, gerakannya dinamis, bertahan dan menyerang. Dia tidak pernah menyerah. Dia memberikan segalanya, seorang anak yang berkarakter,” imbuhnya.
Amorim juga memiliki sifat seperti bintang sepak bola Eropa kebanyakan. Amorim sangat membenci kekalahan, namun tidak tenggelam dalam kesedihan secara berlarut. Amorim adalah pemain pertama yang memeluk rekan setim dan menyuntikkan kobaran semangat.
“Saya melihat air mata di matanya ketika kami kalah dalam derbi. Dia memiliki keinginan untuk menang. Dia tidak bisa menerima bahwa segala sesuatunya bisa salah. Namun segera setelah itu, dia adalah orang yang memeluk yang lain, menyatukan mereka dan siap berjuang untuk pertandingan berikutnya,” sambung Morais.
Singkat cerita, Amorim tumbuh besar sebagai pria dengan karakter keras. Di masa senja kariernya sebagai pemain, Amorim menghabiskan waktu di Al Wakrah FC, klub Liga Qatar, tepatnya pada 2017 silam.
Ketika berkarier di Liga Qatar, Amorim adalah orang pertama yang meluapkan amarah ketika tahu gaji rekan-rekan setimnya ditunggak klub. Sementara sebagai pemain asing, gajinya yang besar terus mengalir ke rekeningnya. Amorim lantas menyuruh rekan-rekan setimnya untuk mogok latihan.
Amorim kemudian harus pensiun dini lantaran cedera robekan ligamen parah. Lagi-lagi, Amorim tidak cengeng. Rekan-rekannya menyebut bahwa Amorim tetap bangun pukul 6 pagi untuk pergi ke gym, bermain tenis dan golf.
Amorim menghabiskan masa pensiunnya dengan mengambil gelar pascasarjana program studi pelatihan sepak bola kinerja tinggi di University Of Lisbon. Pada tahun itu pula, Amorim menjalani magang di Man United di bawah arahan langsung Jose Mourinho.
Carlos Pires, Direktur Olahraga klub divisi tiga Liga Portugal, Casa Pia kemudian merekrut Amorim sebagai pelatih kepala. Namun, hal pertama yang dilakukan Amorim adalah merekrut seorang pekerja restoran sebagai bek tengah bernama Deritson Lopez. Disebutkan bahwa saat itu Amorim tidak tega melihat Deritson bekerja shift malam untuk menghidupi istri dan tiga orang anaknya.
“Dia (Amorim) metodis, pekerja keras, komunikator alami, dan dia mampu membuat para pemainnya mengeksekusi setiap ide yang muncul dengan sempurna. Semua orang jatuh cinta padanya,” ujar Pires.
“Segala sesuatu yang dia sentuh berubah menjadi emas. Dia memiliki cara yang hebat untuk mengekspresikan dirinya dan dia mampu menjangkau kami dengan kata-katanya dan menciptakan solidaritas,” sambung Pires.
Menyatukan benang emas adalah jalan hidup Amorim. Pelatih muda itu kerap mentraktir anak asuhnya barbekyu ketika selesai sesi latihan. Amorim begitu dicintai.
Menyulap Sporting
Amorim sekali lagi menemui cobaan berat pada 2019. Federasi Sepak Bola Portugal (FPF) menjatuhi Amorim sanksi skors larangan melatih selama setahun. Penyebabnya, Amorim ketahuan menangani sebuah tim tanpa lisensi kepelatihan.
Sanksi tersebut dicabut Pengadilan Arbitrase Olahraga, namun Amorim tetap mengundurkan diri dari kursi kepelatihan Casa Pia. Amorim kemudian direkrut sebagai pelatih tim cadangan SC Braga.
Setelah mempersembahkan sebuah gelar Piala Liga Portugal, Sporting meminang Amorim dengan mahar 10 juta Euro atau Rp171 miliar. Asisten Amorim di Sporting, Jose Chieira mengatakan semua orang di SC Braga menangis lantaran tak rela berpisah.
“Banyak orang, pria dewasa, menangis ketika dia (Amorim) meninggalkan Braga. Orang ini benar-benar berbeda. Dia membawa empati ini, upaya tulus untuk melibatkan semua orang, tetapi pada saat yang sama dia menempatkan semua orang pada tempatnya,” imbuh Chieira.
Saat itu, Sporting dalam kondisi luluh lantak. Tim berseragam hijau itu finis di peringkat empat Liga Portugal 2019-2020, gagal bersaing dengan rival-rivalnya seperti SC Braga, Benfica dan FC Porto.
“Sporting sedang dalam masa sulit. Rasanya seperti perang saudara. Saat itu bukan saat yang tepat untuk menjadi pelatih Sporting dan dia (Amorim) menanggung semua itu. Tekanannya sangat besar. Semua orang terkejut, kecuali sekelompok kecil orang yang mengenal Ruben,” ujar sahabat sekaligus agen Amorim, Tiago Ribeiro.
“Klub memiliki banyak masalah dengan komunikasi dan kepemimpinan dari dewan. Dia memecahkan 90 persen dari masalah tersebut. Seperti kebanyakan pelatih, dia cukup keras kepala dalam prinsipnya, tetapi Anda dapat mengerti karena dia tahu cara menang,” sahut Chieira.
Soal gaya kepelatihan, Chieira menuturkan bahwa Amorim sosok yang keras namun humoris. Amorim menegaskan kepada anak asuhnya ada waktu untuk serius, dan ada waktunya untuk bercanda.
“Anda boleh bercanda, tetapi dia sepenuhnya yakin dengan apa yang dia inginkan dari setiap orang dalam struktur tersebut. Dia mendorong pengambilan keputusan yang terbuka, mudah, dan mengalir ini, tetapi orang-orang harus selalu fokus dan merasakan ketegangan yang tepat,” ucap Amorim.
Sifat komunikatif, demokratis, rendah hati, keras namun humoris di saat bersamaan membuat Amorim begitu dicintai banyak orang di Portugal. Sang megabintang, Cristiano Ronaldo, yang pernah menjadi rekan setim Amorim di timnas Portugal, bahkan menjuluki Amorim sebagai ‘penyair’ karena kepiawaian dirinya dalam berkomunikasi.
Sporting yang luluh lantak dibangun kembali sebagai raksasa Portugal bergelimang gelar. Amorim pernah menunjukkan bahwa dia merupakan sosok juru selamat bagi Sporting. Namun, apakah sifat dan kepribadian Amorim menunjukkan bahwa dirinya adalah titisan Ferguson?
“Kami semua percaya dia akan melakukan pekerjaan luar biasa di Man United. Dia akan memilih dan membentuk tim kemudian membuat mereka sukses. Itulah yang dia lakukan, kami semua bangga padanya,” ujar mantan Direktur Olahraga Benfica, Eduardo Rocha.
Amorim akan menangani Man United usai jeda internasional, tepatnya di laga menghadapi Ipswich Town pada 24 November 2024. Adapun untuk dua laga ke depan, Setan Merah masih akan diasuh pelatih interim, Ruud Van Nistelrooy.