Atlet renang, Leon Marchand mengguncang tanah kelahirannya sendiri di Olimpiade Paris 2024. Namanya disandingkan dengan Michael Phelps, atlet renang legendaris asal Amerika Serikat. Tak hanya memecahkan rekor Phelps, Marchand juga berhasil menaklukkan ketakutannya sendiri, yakni pada dinginnya air.
Marchand lahir di Tolouse pada 17 Mei 2002. Sejak kecil, Marchand justru tak ingin menjadi atlet renang. Marchand menggeluti renang karena latar belakang orang tuanya yang merupakan mantan perenang berlabel olimpian. Ayahnya, Xavier Marchand tampil di Olimpiade Atlanta 1996 dan Sydney 2000.
Sementara sang Ibunda, Celine Bonnet mencatatkan debut perdana di Olimpiade 1992 Barcelona, kala usianya masih menginjak 16 tahun. Latar belakang keluarganya yang merupakan atlet renang mendorong Marchand untuk juga terjun menggeluti akuatik.
Marchand pun didaftarkan ke klub renang kala usianya masih lima tahun. Namun kemudian, Marchand mengeluh dan tidak ingin lanjut mengasah kemampuan renangnya.
Alasannya sederhana, Marchand kecil tidak tahan dengan dinginnya air kolam. Postur Marchand yang saat itu terlalu kurus membuat dirinya tidak kuat menahan dinginnya air. Dia pun berhenti berenang saat menginjak usia tujuh tahun.
“Saya kurus sekali dan kolam renangnya sangat buruk, jadi saya berhenti berenang selama dua tahun,” kata Marchand dilansir laman resmi Arizona State University (ASU), tempat Marchand menduduki bangku kuliah.
Kedua orang tua Marchand membebaskan putra kesayangan mereka dalam menentukan pilihan. Marchand dipersilahkan menekuni olahraga lain. Rugbi adalah salah satu cabor yang dicicipi Marchand usai berhenti menjadi anggota klub renang.
Namun demikian, kemampuannya di darat tak sebaik di air. Marchand ditakdirkan untuk menjadi perenang. Bakat alami yang mengalir dari orang tuanya tak bisa berbohong. Selanjutnya, yang harus dilakukan Marchand hanyalah menjadi pria yang tidak cengeng.
Dua tahun berhenti berenang, Marchand kembali nyemplung ke kolam saat usianya sembilan tahun. Saat itulah, Marchand menelan takdir hidup yang sudah digariskan oleh Sang Maha Pencipta.
Namun, Marchand masih terus mengeluh. Saat masih anak-anak, Marchand terus berpikir bahwa cabang olahraga renang tidak cocok untuk dirinya.
“Ini olahraga yang sangat sulit. Agak sulit untuk menikmati prosesnya sepanjang waktu. Anda berlatih selama bertahun-tahun untuk sebuah perlombaan yang hanya berlangsung selama 20 detik,” ujar atlet berusia 22 tahun itu.
Hari berganti pekan, pekan berganti bulan, dan bulan berganti tahun, Marchand terus berupaya menerima takdir yang sudah digariskan kepadanya. Di usia 14 tahun, Marchand memenangi Kejuaraan Nasional pada partisipasi perdananya, tepatnya di nomor individu 200 meter gaya ganti.
Kemudian pada tahun 2018, Marchand meraih medali perunggu di Kejuaraan Junior Eropa edisi tersebut. Di tahun yang sama, Marchand bergabung bersama Dauphins du TOEC, klub renang paling bonafide di Negeri Menara Eiffel.
Marchand menggeluti renang sembari menyelesaikan studinya di Universitas Tolouse III-Paul Sabatier, Tolouse. Marchand pun meraih gelar sarjana di bidang ilmu komputer. Perlu diingat bahwa masa studi S1 di Prancis hanya berlangsung selama dua tahun, berbeda dengan di Indonesia yang umumnya berdurasi minimal empat tahun.
Marchand kemudian mencatat debut perdana di Olimpiade Tokyo 2020. Namun, pencapaian terbaik Marchand saat di Negeri Sakura hanya menempati peringkat enam di nomor individu 400 meter gaya ganti.
Ikuti dan taklukkan jejak Michael Phelps
Setahun setelahnya, kedua orang tuanya membujuk Marchand untuk melanjutkan perkuliahan tingkat tiga di Arizona State University (ASU), Amerika Serikat. Untuk diketahui, klub renang di kampus ini telah melahirkan Michael Phelps, seorang legenda yang namanya masyhur sebagai peraih medali terbanyak sepanjang sejarah Olimpiade.
Sepanjang kariernya, Phelps mengoleksi 28 medali dengan rincian 23 emas, tiga perak dan dua perunggu. Tak hanya jagoan dalam urusan meraih medali, Phelps juga pemegang rekor sepanjang sejarah Olimpiade. Rekor tercepat dia ukir di Olimpiade Beijing 2008 di nomor 200 meter gaya ganti, dengan catatan 1 menit, 54,23 detik.
Di Negeri Paman Sam, takdir pun mempertemukan Marchand dengan Bob Bowman, pelatih yang dulunya melatih Phelps di ASU. Ya, tidak hanya satu almamater, Marchand diasuh oleh pelatih yang dulunya pernah melahirkan sosok legenda hidup.
Bowman pun mencium bahwa Marchand adalah atlet muda yang kelak akan meneruskan warisan mantan muridnya. Bowman takjub dengan betapa matang kemampuan Marchand di kolam renang.
“Sebagai seorang atlet, saya kagum betapa hebatnya dia (Marchand) di bawah air. Tendangannya di bawah air sangat menakjubkan dan sejujurnya saya bahkan tidak tahu seberapa hebat dirinya saat itu,” ujar Bowman dipetik State Press.
“Dia dilatih dengan sangat baik di sekolah menengah sehingga dia memiliki latar belakang teknis yang sangat kuat,” sambungnya menambahkan.
“Menurut saya, dalam renang, dia menghadapi setiap tantangan dan menjadi lebih percaya diri karena setiap langkahnya dia naik ke level berikutnya. Menurut saya, secara umum, dia berpikiran terbuka dan itu adalah sifat yang hebat,” ujarnya lagi.
Tak hanya meneruskan tonggak estafet Phelps, Bowman berpendapat bahwa Marchand memang merupakan titisan sang legenda. Dia menemui banyak kemiripan antara Marchand dan Phelps.
“Mereka memiliki kepribadian yang sangat berbeda, tetapi cara mereka menghadapi balapan dan latihan yang sebenarnya sangat mirip. Mereka sangat konsisten setiap hari, dan selalu berlatih dengan tingkat yang tinggi setiap hari,” lanjut Bowman.
Marchand, pada awalnya memang seorang anak manja yang suka mengeluh. Namun, selama menimba ilmu di Amerika Serikat, kejantanan Marchand terus tumbuh. Dia berlatih keras selama enam hari dalam seminggu.
Setiap harinya, Marchand menghabiskan waktu di kolam selama dua hingga empat jam. Seperti kata Marchand, rutinitas membosankan ini terus dilakukan hanya untuk memenangkan perlombaan yang durasinya tak sampai 20 detik. Ketekunan yang ditunjukkan Marchand menuai puja-puji dari sang pelatih.
“Anda akan menghabiskan waktu sekitar dua hingga empat jam sehari di kolam renang, pada dasarnya hanya naik ke garis hitam ini dan kembali turun. Itu membosankan, dan tidak ada cara untuk menjauh dari kebosanan semacam itu,” tutur Bowman.
“Anda harus benar-benar menginginkannya. Saya pikir dibutuhkan seseorang yang sangat menghargai kepuasan yang tertunda,” pungkasnya
Singkat cerita, Marchand pulang ke kampung halamannya untuk kembali beraksi di Olimpiade Paris 2024. Hasil pun tak mengkhianati kerja keras. Berlaga di Paris La Defense Arena, Paris, Marchand menyabet empat medali emas sekaligus pada Olimpiade edisi kali ini.
Senin (29/7), Marchand menjadi yang terdepan di nomor individu 400 meter gaya ganti. Kemudian pada Kamis (1/8), atlet berusia 22 tahun ini meraih emas di nomor individu 200 meter gaya dada. Marchand juga berhasil mengungguli lawannya di nomor individu 200 meter gaya kupu-kupu.
Kemudian yang terakhir, pada Sabtu (3/8), Marchand meraih medali emas di nomor individu 200 meter gaya ganti. Pemecahan rekor pun turut menghiasi keberhasilan Marchand dalam menyabet empat medali emas.
Marchand melampaui rekor pendahulunya, yang tak lain dan tak bukan adalah Phelps. Marchand melakukan pencapaian tersebut dengan waktu 1 menit 54,06 detik. Jika saja Marchand dahulu menyerah pada dinginnya air, sejarah tak akan tercipta.
“Penonton sangat bersemangat. Sungguh gila menjalani ini sebagai orang Prancis. Saya sangat bahagia,” ujar Marchand usai perlombaan, dilansir CNN World.