Kegagalan Indonesia meraih emas pada SEA Games 2011 mungkin masih diingat penggemar sepak bola yang berasal dari generasi milenial. Betapa tidak, saat itu, ekspektasi terhadap Garuda Muda cukup tinggi lantaran Indonesia telah 20 tahun puasa gelar dan kebetulan pesta olahraga Asia Tenggara digelar di rumah sendiri.
Gelar juara umum SEA Games 13 tahun silam seolah hambar akibat tidak dilengkapi emas sepak bola. Yang lebih menyakitkan, pada babak final, Indonesia kalah dari sang musuh bebuyutan, Malaysia, via babak adu penalti. Padahal kala itu, pencinta sepak bola Indonesia juga ingin Titus Bonai dan kawan-kawan membalas kekalahan Timnas Senior pada Piala AFF 2010 dari Malaysia.
Salah satu sosok yang menjadi penyebab kegagalan Indonesia saat itu tentu adalah pelatih Tim Harimau Malaya U-23, Ong Kim Swee. Baru tahun pertama melatih skuad muda Malaysia, Ong sukses membuat tim tersebut sangat kuat.
Ong mampu mempertahankan dominasi Malaysia di Asia Tenggara saat itu. Bayangkan, Malaysia selalu juara pada ajang terbesar ASEAN tiga musim berturut-turut, yakni SEA Games 2009, Piala AFF 2010, dan SEA Games 2011.
Prestasi ini lantas mengantarkan Ong Kim Swee menjadi pelatih timnas senior Malaysia pada medio 2015-2017. Lalu pada 2017-2019 ia kembali menangani Malaysia U-23 dan pada 2021 Ong masih ada di Harimau Malaya meski hanya berstatus Direktur Teknik.
Saat ini, Ong sudah tak lagi bekerja di bawah naungan Football Assosiation Malaysia (FAM). Ia menangani salah satu tim papan atas Malaysia, Sabah FC.
Sebagai catatan, Sabah saat ini diperkuat oleh salah satu pemain muda Indonesia, Saddil Ramdani. Saddil saat ini sudah tidak menjadi pilihan utama Shin Tae-yong di timnas Indonesia.
Namun, Ong yakin, dengan talenta yang dimiliki pemain asal Raha, Sulawesi Tenggara tersebut, Saddil akan mampu kembali memperkuat Tim Merah-Putih. Menurut Ong, Saddil pemain yang punya passion besar serta semangat juang tinggi.
“Tentu saja, saya cukup yakin dia masih bisa berkembang. Dia punya semangat juang tinggi. Tentu saya senang jika dia nantinya kembali ke timnas Indonesia,” kata Ong.
Ong mengakui, Saddil memang pemain yang terkadang sulit mengendalikan emosi. Bahkan, terkadang dirinya juga bersitegang dengan Saddil. Namun, menurut Ong, itu adalah hal yang normal terjadi dalam sepak bola.
Ketidakmampuan mengendalikan emosi tentu saja bakal menyulitkan karier seorang pesepak bola. Oleh karena itulah, Saddil harus banyak belajar dan Ong berkomitmen untuk terus membantu dirinya.
“Saya akan terus membantu Saddil di Sabah. Jika dia terus tampil di laga-laga kompetitif, saya optimistis dia bakal menjadi pemain yang lebih bagus dan lebih hebat lagi,” Ong menuturkan.
Jakarta kota spesial
Ludus.id menemui Ong pada awal Mei 2024 di kawasan Sabang, Jakarta Pusat. Ia baru saja menghadiri konferensi pers mini tournament yang diadakan di Jakarta International Stadium (JIS), yang diikuti Persija Jakarta, Sabah FC, dan Selangor FC.
Ong memberikan pujiannya kepada JIS. Menurut Ong, stadion yang diresmikan pada 2022 ini merupakan stadion bagus dan berkelas internasional. Ia pun mengaku tidak sabar menghadapi laga di JIS.
Pria berusia 53 tahun ini juga mengatakan Jakarta selalu spesial baginya. Bukan hanya karena ia membawa Malaysia meraih emas SEA Games saat pesta olahraga ini dilaksanakan di Jakarta, melainkan juga suasananya.
Setiap pergi ke Jakarta, ia selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi restoran Padang. Nasi Padang adalah makanan kesukaannya dan orang Malaysia banyak yang menggemari kuliner ini.
“Jakarta tentu saja selalu spesial untuk saya. Saya membawa Malaysia meraih emas SEA Games di sini. Selain itu suasananya juga menyenangkan. Saya selalu ke restoran Padang jika pergi ke Jakarta,” ia mengungkapkan.
Ingin melatih di Indonesia
Ong Kim Swee juga sangat mengagumi sepak bola Indonesia. Banyak sekali pemain bertalenta yang berasal dari Tanah Air. Salah satunya tentu Saddil Ramdani yang jadi anak asuhnya di Sabah FC.
Apa yang dilakukan PSSI dengan mendatangkan pemain naturalisasi juga mendapatkan sorotan dari Ong. Kata dia, ini langkah yang sangat baik karena terbukti performa timnas Indonesia di bawah asuhan Shin Tae-yong meningkat pesat.
Sebenarnya, Malaysia lebih dulu menjalankan program naturalisasi secara masif. Sayangnya, hanya sedikit pemain naturalisasi Malaysia yang mampu berkontribusi.
Hal ini berbeda dengan Indonesia di mana yang didatangkan adalah pria diaspora dengan keterampilan sepak bola mumpuni. Mereka bermain di Eropa dan beberapa di antaranya adalah pemain inti. Sebut saja Jay Idzes yang berstatus pilihan utama di Tim Serie B, Venezia.
“Di Malaysia pemain naturalisasi kebanyakan adalah dia yang bermain di Liga Super Malaysia. Tidak banyak yang mampu berkontribusi. Sedangkan, Indonesia mencari pemain keturunan Indonesia yang ada di luar negeri dan itu terbukti membuat Indonesia punya timnas yang kuat,” ujar Ong.
Ong juga memuji kompetisi sepak bola Indonesia yang sangat kompetitif. Perebutan gelar juara Liga 1 selalu menarik. Untuk itulah, ke depan ia berharap bisa melatih di Indonesia.
Apalagi, Ong sudah memendam keinginan melatih di luar Malaysia. Indonesia adalah tujuan yang sangat cocok, apalagi secara kultur tidak berbeda jauh dengan Indonesia.