Ongen Saknosiwi, Bermodalkan Rp15 Ribu hingga jadi Juara Tinju Internasional

Petinju Indonesia, Ongen Saknosiwi, selepas meraih sabuk juara WBA South. (Pratama Yudha/Ludus.id)

Akhir November lalu akan menjadi salah satu kenangan indah yang tak terlupakan bagi perjalanan karier Ongen Saknosiwi sebagai petinju. Bagaimana tidak, Ongen berhasil memenangkan sabuk juara WBA South dalam duel di Tennis Indoor Senayan, Sabtu (30/11).

Kemenangan Ongen dipastikan setelah dia memukul KO lawannya asal Thailand, Saharat Taehirun, di ronde ketiga dari 10 ronde yang dipertandingkan di ajang Byon Combat Vol. 4.

Duel ini sudah berjalan panas sejak awal. Keduanya tampil agresif dan bahkan sempat sama-sama mendaratkan pukulan telak yang membuat mereka terjatuh. Beruntung, Ongen masih bisa bangkit dan melanjutkan pertarungan.

Baca juga:

Dominasi Petinju Indonesia atas Malaysia di Byon Combat 4

Puncaknya di ronde ketiga, Ongen membawa Saharat ke pojok ring. Di momen tersebut, dia mendaratkan pukulan yang membuat lawannya terjatuh dan tak mampu melanjutkan pertarungan sehingga petinju asal Maluku itu dinyatakan menang KO.

“Puji Tuhan saya bisa memenangkan pertarungan ini. Terbayar sudah kerja keras saya selama ini untuk mendapatkan sabuk internasional,” kata Ongen kepada awak media ketika ditemui selepas pertandingan.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada instansi saya, kedua orang tua saya, istri dan anak saya atas semua dukungan yang telah diberikan,” tambah pria yang juga merupakan anggota TNI AU itu.

Ongen tak meraih kemenangan ini dengan mudah meski bisa membuat lawan tersungkur di ronde ketiga. Sebab, Saharat juga memiliki kekuatan dalam pukulannya. Terbukti, Ongen sempat terjatuh di ronde pertama imbas pukulan lawan.

“Pukulannya (Saharat) lumayan keras. Buktinya, di ronde pertama saya kecolongan, saya kurang perhatikan pertahanan sampai pukulan counter-nya kena rahang saya,” ujar petinju berusia 30 tahun tersebut.

“Momen itu membuat saya jatuh kena pukulan lucky blow. Saya sempat gelap, tetapi Puji Tuhan, saya bisa bangkit lagi dan bisa memenangkan pertarungan,” tutur dia.

Sejatinya, Ongen sudah mengantisipasi permainan yang akan ditampilkan oleh Saharat. Sebab, sebelum bertemu Saharat, dia telah tiga kali menghadapi petinju Thailand yang menurut dia memiliki gaya tarung yang serupa.

Maka, tak heran jika Ongen mengakui kecolongan ketika menerima pukulan telak di ronde pertama. Hal itu juga dikonfirmasi oleh sang pelatih, Edin Diaz.

Petinju Indonesia, Ongen Saknosiwi, bersama pelatih Edin Diaz sembari memegang sabuk juara WBA South. (Pratama Yudha/Ludus.id)

Beruntung, Ongen bisa bangkit kembali dan bisa mengikuti strategi yang telah dipersiapkan dengan sangat matang untuk selanjutnya memenangi pertarungan.

“Di ronde pertama itu hampir kecolongan, tetapi untungnya Ongen mampu bangkit. Ketika jeda, saya kasih instruksi untuk tetap tenang dan jangan terlalu berambisi untuk membalas. Fokus recovery dulu,” ucap Edin.

“Setelah mendengar arahan saya, dia kembali bertanding dan hasilnya maksimal. Intinya, kita selalu ambil (KO) setiap ada kesempatan agar gak kecolongan lagi,” jelas Edin.

Mengejar cita-cita bermodalkan Rp15 Ribu

Menjadi petinju memang sudah menjadi mimpi Ongen sejak lama. Itu lantaran olahraga tersebut sangat populer di tempat dia tumbuh besar, yakni Pulau Buru, Maluku.

Sejak kecil, Ongen dijejali dengan berbagai tayangan tinju yang kerap tayang di televisi nasional. Orang tuanya pun sangat menggemari olahraga tersebut.

Maka, tak heran Ongen ikut terinspirasi untuk menjadi petinju. Apalagi, di zamannya masih terdapat dua petinju kelas dunia milik Indonesia, yaitu Chris John dan Daud Yordan.

“Dulu di kampung setiap ada Daud Yordan atau Chris John main pasti kami nonton bareng. Ada beberapa tv di kampung itu dikeluarkan untuk nonton bersama. Terinspirasinya dari mereka,” ucap Ongen ketika diwawancara Ludus.id.

Kedua petinju itu menjadi inspirasi utama Ongen dalam menekuni tinju di samping Yuriorkis Gamboa, petinju asal Kuba yang menjadi idolanya. Dia bertekad untuk mengikuti jejak mereka yang berprestasi di tinju internasional.

“Saya sejak kecil sudah mulai latihan tinju. Seriusnya di kelas 3 SMA ketika berlatih di Ambon,” ujar Ongen.

Ya, Ongen hijrah ke Ambon selain untuk sekolah juga berlatih tinju. Sayangnya, impian untuk menjadi petinju tak didukung oleh orang tuanya.

Bekerja sebagai petani membuat orang tua Ongen berharap anaknya lebih fokus menjalani pendidikan agar memiliki hidup yang lebih layak.

Lantaran tak mendapat dukungan orang tua, Ongen muda memilih untuk kabur ke Jakarta untuk bergabung dengan kenalannya, yakni alm. AKP Wiem Sapulette.

“Lulus SMA saya langsung ke Jakarta. Itu pun kabur dari orang tua karena mereka maunya saya kuliah. Tidak! Saya mau tinju. Tapi, kan ekonomi di Ambon susah, jadi saya memutuskan kabur ke Jakarta untuk melanjutkan karier tinju saya,” kata Ongen.

“Saya dulu ditawarkan Wiem Sapulette untuk bergabung dengan sasana miliknya yang bernama WSBC,” lanjutnya.

Perjalanan ke Jakarta waktu itu terbilang tak mudah. Ongen tak memiliki bekal apa pun selain uang sebesar Rp15 ribu di kantongnya.

“Saya dari Ambon ke Jakarta gak bawa uang apa-apa, cuma uang Rp15 ribu di kantong. Ya, perjuangannya lumayan,” ungkap pria berpangkat Praka itu.

Ternyata, Ongen tak salah memilih jalan. Tinju benar-benar membawa dirinya ke puncak tertinggi. Setelah menjadi juara nasional pada 2013, kariernya semakin terbang tinggi.

Dua tahun berselang, dia bahkan diterima sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) berkat prestasi di dunia tinju.

“Saya bisa masuk TNI jalur prestasi, pelantikannya di awal 2015. Saya ditawari oleh Marsekal Pertama Siswanta, beliau yang sangat berjasa buat saya untuk masuk TNI AU,” kata Ongen.

Meski sudah menjadi TNI, Ongen tak meninggalkan cita-citanya dan tetap melanjutkan karier sebagai petinju. Bahkan, sejak 2016, dia turun ke dunia tinju profesional.

Setelah lima kali bertanding, Ongen mendapatkan kesempatan untuk memperebutkan gelar juara Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI) pada duel keenam. Dia pun memenangkan duel tersebut setelah menaklukkan Jufri Kakauhe.

Gelar tersebut membawa Ongen untuk menjalani duel sabuk internasional pertamanya pada September 2019. Dia mengalahkan wakil Thailand, Nanthawat Maolichat, untuk membawa pulang sabuk juara WBC Asian Boxing Council Continental dalam pertandingan di Singapura.

Hanya berselang dua bulan, Ongen kembali naik ring untuk memperebutkan sabuk juara dunia versi IBA di kelas bulu. Menghadapi petinju Filipina, Marco Demicello, Ongen tampil eksplosif dan dinyatakan menang angka.

Raihan ini membuat Ongen sukses mengukir sejarah sebagai petinju Indonesia yang meraih gelar juara dunia tercepat lantaran kala itu jumlah pertarungannya masih di bawah 10.

Bagi Ongen, duel melawan Marco menjadi salah satu yang paling sulit dalam kariernya. Sebab, lawannya sangat sulit untuk dijatuhkan sehingga dia harus menunggu sampai ronde selesai.

“(Salah satu yang terberat) mungkin pas tanding memperebutkan juara dunia IBA ya. Waktu itu saya lawan petinju Filipina dan harus selesai 12 ronde karena dia lawan yang tangguh,” ungkap Ongen.

Pada Maret 2022, Ongen kembali merasakan pertandingan internasional dengan menghadapi wakil Thailand, Rattakorn Tassaworn. Lagi-lagi, Ongen keluar sebagai pemenang dan merebut sabuk juara WBC Asian Boxing Council Continental.

Dan baru-baru ini, petinju asal Maluku itu menambah koleksi gelarnya setelah mengalahkan Saharat Taehirun (Thailand) dan membawa pulang sabuk juara WBA South.

Hingga saat ini, tercatat dia sudah naik ring sebanyak 13 kali dengan rekor kemenangan sempurna alias tak pernah tersentuh kekalahan. Dia melengkapi catatan apiknya dengan membukukan 11 kemenangan KO.

“Mungkin karena saya dari kampung, sering kerja keras, jadi otot-otot sudah terbentuk sejak kecil sehingga pukulannya jadi keras,” tutur Ongen menanggapi besarnya persentase kemenangan KO yang dia bukukan.

“Saya dulu pas kecil sudah bekerja jadi kuli bangunan. Apa saja dikerjakan untuk dapat uang karena saya merantau dari Pulau Buru ke Kota Ambon buat sekolah,” jelasnya. (Pratama Yudha)


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.