Patricia Yosita Hapsari, Ingin Menutup Karier dengan Prestasi

 

Credit foto : akun @patriciayosita
Perenang Indonesia Patricia Yosita usai berlatih.

Usia tak menjadi halangan bagi seorang Patricia Yosita Hapsari untuk terus meraih prestasi. Meski usianya sudah berkepala tiga, Patricia masih bertekad untuk mengukir tinta emas dan tak mau kalah dengan para juniornya.

Ya, tekad itu dipegang teguh olehnya yang kini tengah berlatih dalam persiapan menuju Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatera Utara 2024. Dia ingin pencapaiannya pada PON Papua 2021 bisa terulang.

Pada edisi sebelumnya, Patricia sukses menyabet empat medali emas dari nomor 100 m gaya bebas putri, 4×100 m gaya bebas estafet putri, 4×200 m gaya bebas estafet putri, dan 4×100 m gaya ganti estafet putri.

Bahkan, tak hanya meraih sukses lewat medali, Patricia juga membukukan satu pencapaian manis lainnya di PON Papua 2021. Dia mampu mencetak rekor nasional setelah menjadi perenang putri pertama di Indonesia yang mampu mencatatkan waktu di bawah 57 detik atau tepatnya 56,95 detik di nomor 100 m gaya bebas.

Tentu, itu menjadi sebuah pencapaian manis yang ingin diulanginya lagi tahun ini. Apalagi, PON Aceh-Sumut 2024 mungkin akan jadi kesempatan terakhirnya untuk tampil sebagai atlet lantaran setelah ini Patricia sudah berniat untuk pensiun.

“Sejujurnya saya sudah terpikir untuk berhenti sejak 2016. Namun, sejak pindah ke Pari Sakti, mungkin dapat input dari pelatih baru, saya lalu berpikir kenapa tidak saya tutup karier saya dengan manis,” kata Patricia kepada Ludus.id.

“Makanya, ada kemungkinan 2024 ini akan jadi PON yang terakhir bagi saya. Jika Tuhan mengizinkan, saya mau menutup karier saya dengan manis di PON agar tidak ada penyesalan,” jelasnya.

Credit foto : akun @patriciayosita
Perenang Indonesia Patricia Yosita usai berlatih.

Dorongan Orang Tua

Dara kelahiran Jakarta, 30 Juli 1993, ini merupakan anak dari pasangan Joseph dan Nita. Mereka berasal dari keluarga yang akrab dengan bidang olahraga.

Pasalnya, sang ayah, Joseph, sempat menjadi atlet triathlon. Dari situ, dia mendorong ketiga anaknya untuk ikut berkegiatan di bidang olahraga.

Kebetulan, pilihannya jatuh di renang. Patricia kecil sudah mulai berlatih sejak usia 7 tahun atau saat kelas 1 SD. Sekian lama berlatih, Patricia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berkompetisi saat menginjak kelas 5 SD. Dari situ, dia termotivasi untuk semakin serius menekuni renang.

“Dulu, orang tua saya mengharuskan ada kegiatan di luar sekolah. Waktu itu pilihannya renang atau menggambar. Saya sempat menjalani keduanya, tetapi akhirnya lebih memilih renang karena saya merasa penilaiannya lebih fair, kalau menggambar kan selera jadi subjektif,” ujar Patricia.

“Akhirnya, saya memutuskan untuk jadi atlet renang pas sudah kelas 5 SD karena saya menikmati kompetisinya juga dan bertahan hingga sekarang,” tambahnya.

Keputusan yang diambil Patricia tak lepas dari raihan yang cukup baik pada kejuaraan pertamanya di mana dia bisa finis di peringkat kedua. “Waktu itu ikut Kejurda,” tutur dia.

Sekian tahun berlatih di klub Kusuma Harapan Jakarta, Patricia harus berpindah klub lantaran sekeluarga pindah ke Padang, Sumatera Barat saat menginjak SMP.

Meski tetap berlatih renang, tetapi Patricia menemukan kegiatan baru yang hampir saja membuatnya berbelok ke olahraga lain. Selama di Padang, dia rutin bermain bola basket. Sampai-sampai membuatnya terpikir untuk beralih menjadi atlet basket.

Credit foto : akun @patriciayosita
Perenang Indonesia Patricia Yosita

“Pas di Padang sempat main basket dan ternyata seru. Sempat terpikir untuk menjadi atlet basket, tetapi orang tua mengingatkan lagi, apa tidak sayang meninggalkan renang karena kan saya mau kuliah di Amerika Serikat dan dapat beasiswa dari sana,” kata Patricia.

Berbekal niat tersebut, Patricia mengurungkan niatnya menjadi atlet basket dan memilih untuk meneruskan karier sebagai perenang. Kemudian, selepas dari Padang, Patricia bergabung dengan Millennium Aquatic selepas lulus dari SMA pada 2011.

Keputusan bergabung dengan klub yang dikelola oleh legenda renang Albert Sutanto itu terbukti tepat. Dari situ, dia terpilih untuk membela Indonesia di ajang SEA Games 2011 dan mendapatkan medali perunggu dari nomor 4×200 m gaya bebas estafet putri.

Selepas tampil di SEA Games, Patricia kembali bersinar di PON Riau 2012. Dia mampu membawa pulang 3 medali emas dan 1 medali perak. Setelah itu, dia benar-benar mewujudkan cita-citanya untuk berkuliah di Amerika Serikat setelah masuk ke California Baptism University.

“Saya menerima beasiswa dan jadi orang Indonesia ketujuh di kampus itu. Saya ambil jurusan kinesiology. Tentu, itu jadi pengalaman berharga bagi saya selama berkuliah di sana karena perjalanannya cukup berat ya,” ucap Patricia.

“Soalnya di sana itu harus benar-benar sekolah. Kalau nilainya jelek tidak boleh latihan dan bisa dipotong beasiswanya kalau prestasinya menurun,” ungkapnya.

Credit foto : akun @patriciayosita
Perenang Indonesia Patricia Yosita dalam sebuah perlombaan.

Momen terpuruk dan kebangkitan

Bisa dibilang, masa-masa kuliah bukan waktu terbaik bagi Patricia dalam pencapaian renangnya. Dia merasa catatan waktunya tak mengalami banyak peningkatan.

Puncaknya, setelah lulus pada 2016 dan ikut serta di PON Jawa Barat. Meski masih membawa pulang 3 medali emas, tetapi Patricia merasa sudah tak lagi berada dalam kondisi terbaik.

Dari situ, dia terpikir untuk pensiun. Namun, keputusannya berubah setelah dipanggil pelatnas untuk persiapan SEA Games 2017. Di situ pula jadi momen kebangkitan Patricia.

 “Waktu itu bisa dibilang sudah frustrasi karena sudah 4 tahun dari 2012-2016 catatan waktu saya tak ada peningkatan,” kata anak pertama dari tiga bersaudara.

“Justru di 2017 bisa cetak rekornas lagi dan berpikir ternyata saya masih bisa. Akhirnya, saya mengurungkan niat untuk berhenti dan memutuskan untuk terus berenang,” jelas dia.

Credit foto : akun @patriciayosita
Perenang Indonesia Patricia Yosita usai berlatih.

SEA Games 2017 juga jadi momen yang paling berkesan bagi Patricia. Dia merasa Indonesia secara tim sangat solid dan mampu melebihi target.

“Termasuk pada Asian Games 2018 juga, walaupun tidak dapat medali, tetapi banyak tercipta rekornas,” ujar dia.

Pada 2022, Patricia mengambil keputusan untuk pindah ke Pari Sakti dari Millennium Aquatic demi mendapatkan insight baru dalam kariernya. Lagi-lagi, dia membuktikan keputusannya itu tepat setelah mampu mencetak rekornas pada PON Papua 2021 lalu.

Kini, dengan usia yang sudah terbilang senior, Patricia pun tak menampik jika dia sudah memikirkan langkah apa yang akan diambil ketika nantinya sudah berrhenti menjadi atlet.

“Saya merupakan pribadi yang menyukai hal-hal baru. Makanya, ketika nanti sudah pensiun, saya mau mencoba hal baru. Misalnya terjun ke dunia entertainment. Saya merasa enjoy karena sebelumnya sudah pernah terlibat juga dalam proyek mini dokumenter mengenai tempat-tempat wisata. Saya jadi host-nya,” ujar Patricia.

“Saya juga ingin membangun usaha yang berhubungan dengan apa yang saya geluti selama ini,” jelasnya.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.