Setelah Srikandi Cup terhenti akibat pandemi Covid-19, Indonesia masih belum memiliki kompetisi basket putri yang baru. Hal ini tentu membuat para pebasket perempuan Indonesia harus menjalani kegiatan lain demi mengisi waktu.
Buat mereka yang tergabung dalam Tim Nasional, biasanya memang ada Training Camp jangka panjang. Namun, sepanjang 2024, tidak ada kompetisi yang dijalani sehingga latihan Timnas putri pun vakum.
Beruntung, sejak 2022, Indonesian Basketball League (IBL) cukup sering memberikan job sebagai courtside reporter kepada pebasket putri Indonesia. Salah satu pemain yang sangat sering mendapatkan kesempatan ini adalah Priscilla Karen, andalan Timnas Basket Putri Indonesia.
Pada Sabtu (13/1/2024) dan Minggu (14/1/2024), Karen mendapatkan kesempatan menjadi Courtside Reporter dalam dua pertandingan kandang Satria Muda Pertamina Jakarta pada IBL 2024 di Hall Basket Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.
Karen sendiri menjalani debut sebagai reporter pada 2022 silam. Saat itu, yang sejatinya sudah menjalankan sistem seri pascapandemi kembali diselenggarakan dengan semi-bubble di Hall Basket Senayan akibat merebaknya Covid-19 varian Omicron.
Waktu menjalani petualangan baru sebagai courtside reporter dua tahun silam, Karen mengaku tidak memiliki waktu persiapan cukup. Dia hanya ditunjuk sehari sebelum bertugas.
“Jadi waktu itu, saya sempat diundang sama Pak Junas (Miradiarsyah, Dirut IBL) untuk nonton pertandingan di Hall Basket. Nah di situ juga lah saya diminta beliau untuk jadi courtside reporter,” kata Karen.
“Waktu saya diminta tentu saja tanya ‘kapan?’. Beliau bilang ‘besok’ jadi waktu persiapannya nyaris tidak ada, cuma sehari saja,” kata alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH), Tangerang itu.
Perempuan berusia 27 tahun tersebut mengiyakan ajakan Junas karena ini adalah tantangan baru untuknya. Latar belakang pendidikannya di Ilmu Komunikasi membuatnya mantap menerima pekerjaan dari IBL.
Karen mengaku dirinya diliputi rasa nervous saat kali pertama menjadi reporter. Namun, lama-kelamaan ia terbiasa dan bisa tampil lepas di depan kamera untuk mewawancarai para pemain dan ofisial klub.
“Awalnya pasti nervous. Namanya juga di depan kamera dan disorot sama lampu juga. Namun, akhirnya sih enjoy sekali dengan pekerjaan ini. Sambil mengisi waktu luang menjalankan profesi ini kenapa tidak,” kata Karen.
Kunci Sukses di SEA Games dan FIBA Asia Cup
Sebagai seorang pemain, Pricilla Karen boleh dibilang adalah salah seorang yang masuk buku sejarah. Pada SEA Games 2023 Kamboja, timnas basket putri Indonesia berhasil meraih medali emas. Ini adalah untuk kali pertama tim basket putri mendapatkan prestasi ini.
Hebatnya, hal itu didapatkan saat kompetisi basket putri Indonesia vakum bertahun-tahun. Terakhir ada Srikandi Cup yang akhirnya terhenti pada 2020 akibat pandemi Covid-19. Namun, sebetulnya, Srikandi Cup bukanlah kompetisi. Ajang ini hanya turnamen yang diadakan secara mandiri oleh klub-klub putri yang ada di Indonesia.
Kompetisi basket putri terakhir yang pernah berlangsung adalah WIBL. Terakhir kejuaraan ini diadakan pada 2016 atau delapan tahun silam. Sebuah hiatus yang sangat lama dan belum diketahui kapan bakal kembali dimulai.
Kesuksesan Timnas Basket Putri meraih emas SEA Games tanpa sebab. Ini salah satunya berkat program PP Perbasi yang menjalankan pemusatan latihan (TC) jangka panjang sebelum SEA Games 2023. Ya, selama sembilan bulan, Karen berserta rekan setimnya berlatih bersama.
Ini tentu membuat chemistry sangat terbangun. Itu belum ditambah sejak 2022, timnas basket putri Indonesia memang cukup banyak mengikuti kejuaraan.
Kesuksesan Timnas Basket Putri sendiri bukan hanya meraih emas SEA Games. Srikandi-srikandi Merah-Putih sanggup menjadi juara FIBA Asia Cup 2023 Divisi B. Dengan demikian, pada 2025, mereka akan berpartisipasi di Divisi A bersama tim-tim elite Asia.
“Kami lama berlatih bersama. Sebelum SEA Games, latihan sembilan bulan. Jadi kami sudah kompak. Inilah yang membuat kami bisa jadi juara SEA Games dan juga FIBA Asia Cup Divisi B. Sebuah sejarah yang tentu saja akan sulit dilupakan,” kata Karen.
SWBL Jadi Solusi
Namun, untuk regenerasi Timnas Basket Putri Indonesia, rasanya kompetisi putri di Tanah Air tetap harus bisa kembali diadakan. Pasalnya, pemain-pemain putri hasil jebolan Liga Mahasiswa (LIMA) dan turnamen-turnamen lain tentunya butuh sebuah muara berupa kompetisi profesional.
Namun, kata Karen, mengadakan sebuah kompetisi putri memang tidak mudah. Nyatanya, sampai sekarang belum ada klub putri yang bersedia ikut meskipun PP Perbasi sudah memberikan penawaran.
Untungnya, Indonesia bersama beberapa negara Asia Tenggara lain membuat sebuah liga baru bernama SEA Women Basketball League (SWBL). Liga ini merupakan kompetisi yang melibatkan tim-tim basket putri yang ada di Asia Tenggara.
Pada 2023, SWBL sudah menggelar Introduction Series yang mempertemukan tim Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Rencananya, pada 2024, akan ada tim dari negara ASEAN lain yang berpartisipasi.
Pada dasarnya, SWBL ini adalah kompetisi yang diikuti klub. Jadi bukan tidak mungkin nantinya satu negara diwakili beberapa tim. Hal inilah yang menurut Karen akan sangat berdampak positif bagi regenerasi basket putri di Indonesia. Tim-tim ini pastinya ikut membibitkan pemain muda.
“Sekarang untuk membuat liga putri nasional sulit, tapi kan ada SWBL. Jadi negara-negara di Asia Tenggara membuat liga bersama yang tentunya diikuti tim-tim dari kawasan ini. Jelas ini bagus untuk regenerasi karena tim-tim ini akan memberdayakan pemain muda juga,” kata Karen.