Pecatur International Master (IM) Aditya Bagus Arfan tampil gemilang dan berhasil keluar sebagai juara di ajang Pertamina Indonesia GM Tournament 2024.
Tidak hanya itu, pecatur asal Bekasi, Jawa Barat itu juga meraih norma Grand Master catur pertamanya usai mendapatkan nilai 8,5 poin. Gelar Aditya ditentukan setelah pada babak 11 berhasil meraih 0,5 poin usai remis dengan IM Uurtsaikh Agibileg dari Mongolia. Ini menjadi salah satu prestasi terbaik Aditya setelah beberapa gelar internasional yang dia dapat.
Setelah mendapatkan gelar GM, Aditya berharap bisa mengikuti jejak langkah idolanya di dunia catur, yakni GM Utut Adianto, yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Catur Indonesia (PB Percasi).
“Tentu saya ingin mengikuti jejak Pak Utut Adianto. Saya ingin seperti dia dan menjadi salah satu legenda catur di Indonesia,” kata Aditya.
Setelah mendapatkan gelar juara Pertamina Indonesian Tournament 2024, Aditya langsung mempersiapkan diri untuk mengikuti ajang selanjutnya. Aditya bakal bersaing di Sharjah Masters 2024 di Uni Emirat Arab (UEA) pada 14-22 Mei mendatang.
“Rencana saya seminggu setelah turnamen ini saya akan bertanding di Sharjah, di Uni Arab Emirates. Satu minggu setelah turnamen ini berakhir,” kata Aditya.
Namun, di balik rangkaian prestasinya di dunia catur, Aditya punya kisah yang menarik dalam perjalanan kariernya. Segalanya berawal dari sang kakek.
Bermain Catur Sejak Usia Belia
Prestasi yang gemilang dari Aditya ternyata memiliki cerita yang unik. Ia sudah mengenal permainan catur sejak berusia sembilan tahun.
Bermula ketika Aditya yang merupakan ‘Anak Bekasi’, sedang berkunjung ke rumah kakeknya di daerah Kuningan, Jawa Barat. Ia lantas melihat bidak-bidak catur dimainkan tangan sang kakek di halaman rumahnya.
“Awal mulanya saya berkenalan dengan catur saat berlibur di rumah kakek. Saat itu saya melihat kakek bermain catur dan tertarik dan minta diberi tahu bagaimana cara bermainnya,” jelas Aditya dikutip dari Youtube SMA Taman Harapan 1.
Keterarikan pecatur kelahiran 2006 ini dengan catur tidak berlangsung satu atau dua hari saja, tetapi sepulangnya dari Kuningan, ia dimasukkan orang tuanya ke Sekolah Catur Utut Adianto, yang masih berada di Kawasan Bekasi, Jawa Barat.
Sejak belajar di Sekolah Catur Utut Adianto, Aditya benar-benar menikmati setiap proses menjadi pecatur nasional. Namun, bersekolah catur milik legenda catur Indonesia tidak serta merta membuat dirinya langsung menjadi pecatur nasional. Aditya terlebih dahulu ditempa di kejuaraan-kejuaraan daerah seperti kecamatan, kota, hingga provinsi.
“Saya sering juara di daerah dan setelah itu saya lanjut ke Kejurnas (Kejuaraan Nasional) untuk kelompok usia sembilan tahun,” jelas Aditya.
Setelah menguasai Kejurnas kelompok usia, Aditya mengikuti turnamen level Asia Tenggara di Thailand di usianya yang masih sembilan tahun. Hasil terbaik didapat Aditya, yakni juara.
Sejak saat itulah dirinya mulai mendapat perhatian dari PB Percasi. Federasi catur di Indonesia itu kemudian membawa Aditya ke turnamen yang levelnya mendunia.
“Saya dihubungi pengurus Percasi dan ditawari ikut turnamen Children of Asia International Sport Games 2016 di Rusia. Saya akhirnya ikut ke Rusia dengan beberapa atlet dari cabang olahraga lain,” tutur Adit.
Bermain di Rusia dan bertarung dengan para pecatur yang lebih tua darinya, memberikan pengalaman yang berharga. Ia yang masih berusia sembilan tahun memang tidak juara, tetapi dari situlah langkahnya sebagai pecatur masa depan Indonesia dimulai.
Melihat potensi anaknya yang luar biasa di catur, Ayah Aditya pun semakin serius membina anaknya dengan mencarikan sponsor yang membantu segala kegiatan catur sang anak.
Buahnya terlihat. Aditya pun menjadi pecatur binaan United Tractors, salah satu perusahan konstruksi alat berat terbesar di Indonesia. Ia menjadi bagian dari program ‘Inspiring Youth’.
“Sampai saat ini, saya masih bersama United Tractors dan menjadi bagian program yang menginspirasi anak-anak muda agar bisa berkarya dan berpestasi,” pungkasnya.