Pecatur Yogyakarta Tanpa Gelar Ini Bikin Geger Dunia: Tiket Piala Dunia Diraih dari Mission Impossible!

Shafira Devi Herfesa saat menghadapi pecatur Mongolia WCM Khulan Bayarsaikhan (Foto: PB Percasi)

Tak ada sorotan kamera mengarah padanya saat turnamen Asian Zone 3.3 Chess Championship 2025 di Ulaanbaatar, Mongolia dimulai. Tak ada prediksi yang mencantumkan namanya sebagai calon juara. Namun diam-diam, langkah-langkah catur Herfesa Shafira Devi justru mengguncang panggung Asia.

Datang sebagai pecatur non-unggulan dengan elo rating hanya 1983 dan tanpa gelar internasional, Shafira tampil senyap di Asian Zone 3.3 Chess Championship 2025. Tapi di balik ketenangannya, tersimpan ketekunan yang telah diasah sejak usia dua tahun. Lahir di Yogyakarta pada 13 Desember 2008, Shafira mengenal catur dari ayahnya yang juga guru pertamanya. Dari ruang tamu sederhana, ia melangkah hingga ke Holiday Inn, Ulaanbaatar, Mongolia—menuju sebuah panggung yang kelak akan mencatat namanya dalam sejarah catur Indonesia.

Turnamen ini menjadi ajang kualifikasi untuk Piala Dunia Catur 2025, dan Indonesia menurunkan enam wakil: empat pecatur putra—GM Novendra Priasmoro, IM Yoseph Theolifus Taher, IM Nayaka Budhidharma, FM Satria Duta Cahaya—dan dua putri—WIM Laysa Latifah dan Shafira Devi. Di antara mereka, Shafira adalah satu-satunya yang datang tanpa gelar dan dengan rating terendah.

Tapi papan catur adalah tempat di mana angka dan gelar bisa ditumbangkan oleh ketenangan, presisi, dan keberanian. Sejak babak awal, Shafira mulai menulis kejutannya sendiri. Di babak kedua, ia menjungkalkan pecatur senior Filipina, WGM Janelle Mae Frayna (rating 2311) dalam 54 langkah. Dan semua itu menjadi klimaks di babak kesembilan—babak terakhir yang menentukan segalanya.

Hari ini, Kamis (1/5/2025), Shafira memegang buah hitam menghadapi pemuncak klasemen sekaligus tuan rumah kebanggaan Mongolia, WGM Turmunkh Munkhzul (rating 2301). Dalam pembukaan klasik Ruy Lopez: Morphy Defense Exchange Variation, ia bermain sabar dan agresif. Keunggulan satu perwira Gajah cukup untuk menghentikan langkah Turmunkh di langkah ke-44. Kemenangan yang tampak seperti akhir kisah, namun sejatinya hanyalah permulaan ketegangan.

Pasalnya, meski menang, Shafira belum otomatis juara. Ia harus menunggu hasil dua pertandingan lain. WCM Khishigbaatar Bayasgalan, pesaing utamanya dengan 6,5 poin, ditaklukkan oleh WGM Frayna—membuka sedikit harapan. Tapi satu lagi, WFM Amgalan Enkh Enkhrii, menang dari Hoang Tu Linh Luong (Vietnam) dan menyamai poin Shafira, masing-masing mengoleksi 7 poin.

Penentu akhir: tie break. Sebelum babak sembilan, Amgalan unggul 40 poin dalam perhitungan tie break. Namun, kemenangan Shafira atas lawan dengan rating tinggi (2301), sementara Amgalan hanya menumbangkan pemain ber-rating 1939, mengubah segalanya. Shafira pun unggul 2218 banding 2208. Hanya terpaut 10 poin—selisih tipis yang menjadi pembeda antara harapan dan sejarah.

“Itu kayak mimpi. Udah tidur terus tiba-tiba ada ‘Mission Impossible’ Shafira di babak terakhir,” ucap Eka Putra Wirya, Dewan Pengawas Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) menyaksikan keajaiban itu dari layar.

Kemenangan ini membuat Shafira menjadi pecatur Indonesia keempat yang lolos ke Piala Dunia Catur melalui zonal, menyusul GM Utut Adianto, GM Susanto Megaranto, dan GMW Medina Warda Aulia. Tapi prestasinya menjadi lebih istimewa karena lonjakan rating yang luar biasa: dari 1983 menjadi 2378—naik hampir 400 poin hanya dalam satu turnamen.

Ketua Umum PB Percasi sekaligus Ketua FIDE Zona 3.3, GM Utut Adianto, mengungkapkan rasa bangganya. “Kita bersyukur, karena sudah punya generasi (lapis) berikutnya untuk memperkuat tim Merah Putih. Mission impossible accomplished. Menjadi juara zonal itu sangat luar biasa,” ujarnya.

Selain berhasil meraih Juara 1 Asian Zone 3.3 Women dan lolos ke Piala Dunia FIDE 2025, Shafira juga mengantungi hadiah 1.500 USD dan gelar Woman International Master (Foto: PB Percasi)

Bagi Shafira sendiri, rasa syukur adalah yang pertama ia ucapkan. “Senang sekali rasanya. Hanya bisa bilang bersyukur,” katanya singkat kepada ludus.id. “Semua lawan sama beratnya. Saya harus tetap fokus dan terus berlatih.”

Pelatihnya di Pelatnas Junior “The Dream Team Reborn,” GM Susanto Megaranto, juga turut memuji.

“Yaa memang luar biasa, apalagi dia belum punya gelar. Tapi saya yakin dia bisa berbuat banyak karena saya setiap hari menangani. Jadi percaya sama dia, bisa, walaupun sebelumnya dipandang sebelah mata. Kelebihan dia kalkulasinya sangat baik dan dengan gaya agresif permainannya. Nanti ke depannya bisa untuk regenerasi, khususnya pemain putri kita.”

Satu demi satu, prestasi Shafira membentuk mozaik kesuksesannya. Pada 2023, ia borong tiga medali emas di Kejurnas U15. Tahun berikutnya, emas di PON 2024. Awal 2025, ia bersinar di Eastern Asia Juniors & Girls Chess Championships.

Tim Catur Indonesia lengkap dengan para official yang berjumlah delapan orang (Foto: PB Percasi)

Sementara itu, lima wakil Indonesia lainnya belum berhasil menembus papan atas. Yoseph Taher di urutan 12 (5,5 poin), Nayaka di urutan 16 (5 poin), Novendra di urutan 19 (5 poin), Satria Duta di urutan 22 (5 poin), dan Laysa Latifah menempati urutan ketujuh kategori Putri (6,5 poin).

Di kategori Open, tie break kembali jadi penentu. GM Tin Jingyao dari Singapura keluar sebagai juara dengan 7 poin dan nilai tie break tertinggi (2394). IM Uurtsaikh Agibileg dari Mongolia menyusul di posisi kedua (tie break 2366), merebut tiket terakhir menuju Piala Dunia, unggul atas rekan senegaranya IM Sugar Gan-Erdene (2277).

Asian Zone 3.3 Chess Championship 2025 resmi ditutup pada 2 Mei 2025, pukul 18.00 waktu Mongolia. Tapi bagi Shafira, justru sebuah pintu baru terbuka—menuju panggung dunia.

Kini, dunia mengenalnya. Bukan sekadar pecatur belia dari Yogyakarta. Tapi seorang pejuang tenang yang membuktikan bahwa bahkan langkah paling diam pun, bisa mengguncang dunia catur.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.