Real Madrid kebobolan tujuh gol dalam dua laga terakhir di kandang mereka, Santiago Bernabeau. Stadion tersebut sudah tidak angker seperti dulu.
Di saat El Real butuh sosok haus gol, sayangnya Vinicius Junior justru dikantongi pola lima bek AC Milan. Berbeda nasib dengan Vinicius atau Kylian Mbappe yang mandul, Rafael Leao menari ceria di sisi sayap kiri lapangan dan Tijjani Reijnders tersenyum semringah.
Setelah Barcelona yang berpesta empat gol di La Liga 2024-2025 pada Minggu (27/10) silam, kini giliran wakil Italia, AC Milan yang menebar luka di Bernabau pada lanjutan Liga Champions 2024-2025, Rabu (6/11) dini hari WIB. Real Madrid harus mengakui keunggulan sang tamu dengan skor 1-3.
AC Milan unggul lebih dulu lewat tandukan Malick Thiaw yang memanfaatkan situasi sepak pojok pada menit ke-11. Real Madrid kemudian membalas lewat eksekusi penalti Vinicius yang bergaya panenka 12 menit berselang
Kemudian AC Milan tampil menggila dengan gol Alvaro Morata pada menit ke-39 dan Tijjani Reijnders pada menit ke-73. Hasil ini cukup di luar dugaan sebab Real Madrid kerap tampil ganas di Liga Champions.
Baca juga:
Barcelona Gelar Sirkus Jebakan Offside
Tidak ada yang meragukan DNA Los Blancos jika berkompetisi di level Benua Biru. Sebelumnya, Real Madrid sempat mengamuk dengan skor 5-2 atas Borussia Dortmund setelah tertinggal dua gol di babak pertama.
Namun, penampakan berbeda terjadi saat mereka menjamu I Rossonerri, julukan Milan. Real Madrid seolah kehilangan gairah serta ketajaman. Permainan Real Madrid menurun drastis. Terlebih, sang lawan memiliki cara untuk mematikan pergerakan penyerang andalan Carlo Ancelotti.
Statistik menunjukkan Real Madrid mencatat sebanyak 23 tembakan, dengan hanya 10 di antaranya mengarah ke gawang. Sementara, AC Milan hanya melepaskan 14 tembakan, dengan sembilan di antaranya mengarah ke gawang.
Dari situ, dapat disimpulkan Real Madrid mandek di aspek kuantitas peluang, alih-alih kualitas. Usai laga, Ancelotti sangat menyesalkan permainan kurang solid yang ditunjukkan anak asuhnya.
“Kenyataannya adalah apa yang kita lihat di lapangan dan ada sesuatu yang kurang. Kita harus memperbaikinya. Kita semua harus berpikir tentang bagaimana kita dapat meningkatkan berbagai hal dan menemukan soliditas yang telah kita miliki sejak lama,” tutur Ancelotti dipetik laman resmi klub.
“Dan, yang masih kurang saat ini. Kita sedang berjuang untuk menemukan soliditas itu. Kita telah kebobolan sembilan gol dalam pertandingan terakhir dan itu terlalu banyak untuk tim yang telah membangun fondasinya dengan menjadi solid,” lanjutnya kemudian.
“Kami menciptakan banyak peluang dan kurang memiliki sedikit keunggulan klinis, tetapi yang terpenting adalah betapa mudahnya lawan kami menemukan jalan keluar untuk menyerang,” imbuh pelatih asal Italia ini.
Ragam cara hancurkan Real Madrid
Setiap pelatih memiliki gaya bermain masing-masing, begitu pula juru taktik AC Milan, Paulo Fonseca. Pria asal Portugal ini tidak meniru Barcelona asuhan Hansi Flick yang banyak mengandalkan garis pertahanan tinggi serta jebakan offside.
Sebaliknya, Fonseca justru menerapkan blok pertahanan rendah atau menengah, tergantung situasi. Salah satu aspek menarik adalah bagaimana AC Milan asuhannya mengikat Vinicius yang merupakan salah satu pemain paling berbahaya di kubu tuan rumah.
Di atas kertas, AC Milan menerapkan formasi 4-3-3. Namun, ketika tidak memegang bola, bentuk AC Milan berubah menjadi 5-3-2. Fonseca menambah satu pemain turun ke garis pertahanan. Yunus Musah pun ditugaskan untuk turun sejajar dengan empat bek lain.
Musah juga turun menjaga area kelebaran, sedangkan Emerson Royal mengawal koridor half space. Tujuannya agar timbul situasi menang jumlah dan Vinicius tidak akan nyaman mencari ruang.
Ancelotti mengakali hal ini dengan menugaskan Ferland Mendy naik overlap. Namun, garis pertahanan AC Milan bergerak kompak. Mereka akan menyerbu kemana bola akan dialirkan, sehingga Fikayo Tomori dan kolega selalu unggul jumlah pemain.
Kendati demikian, bukan berarti AC Milan bermain pasif. AC Milan akan berubah ke bentuk 3-3-4 ketika fase build-up. Rafael Leao dan Christian Pulisic, yang kerap bergerak melebar, menjadi motor serangan utama bagi jawara Liga Champions tujuh kali itu.
Bola kerap diarahkan langsung ke kedua sisi sayap. Jika lewat Leao di sisi kiri, Pulisic tetap berada di posisinya. Begitu pun sebaliknya, jika lewat Pulisic, Leao bergerak ke dalam. Sementara Morata yang kerap terlibat turun menjemput bola akan berlari jogging di saat para pemain Real Madrid sibuk transisi.
Ide Fonseca adalah menugaskan Morata untuk muncul saat situasi tak terduga, seperti adanya bola rebound pada proses gol pertama. Morata yang sejak awal hanya jogging, tiba-tiba muncul menyambar bola muntahan hasil tembakan Leao.
Pada babak kedua, AC Milan bermain lebih pasif dan banyak mengandalkan momen serangan balik. Pada menit ke-79, Fonseca kemudian menukar Morata dengan Tammy Abraham yang merupakan penyerang bertipikal dominan lari.
Sementara itu, pola bertahan 5-3-2 terus dipertahankan. Namun demikian, AC Milan sesekali membangun serangan dari bawah dengan cepat. Alih-alih membuang bola dan menunggu momentum, AC Milan memilih untuk cepat mengalirkan bola vertikal secara terukur.
“Saya tidak setuju ketika orang mengatakan sepak bola Italia bersifat defensif. Kami bisa menjadi tim dengan lebih banyak inisiatif dan dominasi dalam pertandingan di Eropa, itulah karakteristik tim,” tutur Fonseca dilansir Football Italia.
“Kami membuktikan bahwa tim Italia tidak hanya bertahan, kami memainkan bola dan memiliki posisi yang hebat. Tim memiliki kesabaran untuk menguasai bola, memilih momen yang tepat untuk menyerang. Kami harus terus berkembang, karena kami memiliki banyak potensi,” sambungnya menambahkan.
Panggung bagi Rafael Leao dan Tijjani Reijnders
UEFA menunjuk penjaga gawang AC Milan, Mike Maignan sebagai man of the match pada laga ini. Namun, Leao memiliki panggungnya sendiri. Pola serangan AC Milan tidak akan berjalan efektif tanpa sosok winger asal Portugal ini.
Performa Leao dikritik lantaran puasa gol yang dia alami sejak 31 Agustus 2024 silam. Gol ke gawang Lazio merupakan satu-satunya gol Leao di musim ini di segala kompetisi.
Namun demikian, sepak bola bukan matematika. Leao tidak pernah lelah berlari di sisi sayap untuk mengakomodasi serangan. Leao juga memiliki visi dan akurasi tembakan yang baik.
Berdasarkan catatan Milan Posts, Leao mencatat dua tembakan tepat sasaran, tiga giringan bola sukses dalam enam percobaan, dua umpan kunci serta akurasi umpan di angka 81 persen. Selain terlibat pada gol pertama, pesona Leao juga tampak nyata pada proses gol ketiga yang dicetak Reijnders.
Mulanya, Leao berdiri pada ruang kosong di sisi sayap kanan pertahanan Real Madrid sembari meminta bola. Leao kemudian menggiring bola sendirian di sisi kiri seraya menaklukkan Eder Militao dan Lucas Vazquez.
Aspek yang patut digarisbawahi dari aksi tersebut adalah keseimbangan dan kekuatannya dalam menggiring bola. Arah bolanya tetap stabil meski dirinya harus berkontak fisik dengan pemain lawan.
Leao tidak terjatuh dan bola tetap lengket berada di bawah kuasanya. Leao juga tahu timing kapan dirinya harus melepaskan umpan. Tak sampai di situ, pemain berusia 25 tahun itu juga tahu ke mana dia harus mengalirkan bola.
“Sepak bola zaman sekarang hanya tentang statistik dan saya tidak menyukainya. Sepakbola adalah keajaiban dan kegembiraan. Orang-orang yang hanya memikirkan angka membuat saya marah. Orang-orang harus dihibur agar saya juga bisa bersenang-senang,” ujar Leao pada Maret 2024 silam, kepada Corriere Della Sera.
“Saya penggemar estetika dan keindahan. Dalam sepakbola, mode, musik, dan cinta. Saya suka gol-gol hebat, tentu saja saya ingin mencetak lebih banyak gol, tetapi saya juga membuat assist, saya pemain yang lengkap,” tandas Leao.
“Lihat saja senyumnya saat bermain. Dia memberikan segalanya namun tetap bisa menikmati dirinya sendiri.”
Sementara itu, dengan satu gol ke gawang Real Madrid, Tijjani Reijnders meneruskan performa apiknya bersama AC Milan. Gelandang keturunan Ambon, Maluku itu sukses membuat para tim peminat semakin kepincut.
Barcelona dan Manchester City dikabarkan siap menebus gelandang berusia 26 tahun itu. Namun, langkah ini sudah diantisipasi Milan yang siap memperpanjang kontrak Tijjani hingga 2030, dengan kenaikan gaji bersih sebesar 4-5 juta euro per tahun.
Adik Tijjani, Eliano Reijnders yang kini menjadi pemain naturalisasi di tim nasional Indonesia pun mengomentari penampilan impresif sang kakak.
“Lihat saja senyumnya saat bermain. Dia memberikan segalanya namun tetap bisa menikmati dirinya sendiri. AC Milan sangat menyukai Tijjani dan mereka telah merawat dia sejak awal. Ini sangat penting,” ujar Eliano.